13 - fighting!

220 82 4
                                    

"Junkyu."

"Lo tau junkyu?" Tanya sia dengan amat penasaran. Kini sepertinya dia sudah lupa dengan tangisannya tadi.

"Tau lah, dia selalu ngintilin Lo kemana mana masa gue gatau."

"Lo bisa liat dia?"

"Bisa."

"Sejak?"

"Pertama dia sama lo."

Ternyata bukan hanya sia yang mampu melihat junkyu. Namun yedam juga.

"Agak lucu aja waktu dia diem diem merhatiin gue, dikiranya gue gabisa liat dia." Ujar yedam dengan terkekeh.

"Gue juga tau, dia selalu lindungin Lo. Lo inget waktu si haechan sama chenle bawa ember terus nyiram pak june? Sebenernya mereka mau nyiram Lo tapi dihalangin junkyu. Karena junkyu tau Lo bakal lewat situ jadi dia rubah arah jalan Lo yang tadinya mau ke perpus malah ke kantin. Setelah nunggu lama eh ternyata yang kesiram malah pak june."

"Terus Lo juga inget nggak waktu Lo jalan kadang di dorong junkyu? Itu karena didepan Lo ada kotoran hewan. Dengan didorong junkyu sepatu Lo jadi nggak kena kotoran itu."

Jelas yedam panjang lebar. Sia tak tau sedetail itu yedam memperhatikan nya dan Junkyu. Sia juga tak tahu kalau junkyu berusaha melindungi nya, ia kira selama ini junkyu iseng menjahilinya. Mendorong, menarik, memutar arah jalan dan sebagainya.

"Seniat itu Lo ngikutin gue sama junkyu?" Tanya sia penasaran.

"Sebenernya target gue bukan Lo, tapi junkyu." Jawab yedam seadanya.

"Target?? Target apaan?"

"Gatau. Pokoknya rasanya gue pernah ketemu junkyu tapi gue lupa."

"Kapan yaa.." ujar yedam sambil mengarahkan kedua bola matanya kekiri atas seperti sedang berpikir.

Wayo wayo wayo...

Ponsel yedam berbunyi. Pemilik ponsel tersebut langsung mengangkat panggilan dari seseorang. Yaitu, papanya.

Ia berdiri dan pergi beberapa langkah menjauhi tempat duduknya bersama sia.

Tidak lama kemudian ia kembali dengan ekspresi yang berbeda dari sebelumnya.

"Papa Lo?"

"Heem. Pulang yok udah malem juga."
Ajak yedam.

"Dam."

"Hm?"

"Dimarahin sama papa Lo?"

"Biasa. Gapapa kok. Lagian kan yang ngajak main gue. Santai ajalah."

Sia hanya mengangguk pelan. Sebenarnya dia juga merasa tidak enak karena sudah main sampai sore dengan yedam. Pasti saat pulang nanti pun ia juga dimarahi oleh kakaknya.

"Dam. Gue percaya lo bisa yakinin papa Lo soal Lo yang mau jadi musisi. Suara, bakat, semuanya bakal sia sia kalo nggak diasah lebih dalam lagi. Lagian kan itu passion Lo. Gue akan terus dukung, Dam. Fighting!!"

Tutur sia dengan semangat kearah yedam. Tangannya mengepal kuat tanda memberi kekuatan agar yedam terus berjuang di jalannya sendiri. Bukan jalan yang dipilih papanya.

"Fighting!! Makasih ya, sia. Ga nyesel gue ngajak Lo kesini."

Senyum mereka berdua terpancar saling memberi kekuatan antara satu sama lain.

Akhirnya kedua pelajar itupun pulang menaiki bus seperti saat mereka berangkat.

invisible | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang