10 - school

231 90 14
                                    

Pagi ini berbeda dari pagi sebelumnya. Tak ada yang mengganggu sia karena jeongwoo tidak masuk hari ini. Tak ada pula makhluk yang selalu merengek kearah sia karena dia ingin bermain dan meminta makanan sia, karena junkyu pun sepertinya sudah tak mengikutinya lagi.

Hari ini, hari yang paling sia benci. Kejadian dua tahun yang lalu terulang kembali. Dimana ia dijauhi teman bahkan sahabatnya. Ia dikira gila karena terus berbicara kepada udara. Terkadang ia juga berteriak. Sahabat nya yang tak tahu menahu perihal sia yang memiliki 'anugrah' memilih untuk menjauhinya seperti ia tak pernah ada dalam bagian pertemanan tersebut.

Saat itu sia hancur sehancur hancurnya. Dirinya yang rapuh karena kepergian kedua orangtuanya ditambah sahabatnya yang pergi menjauh darinya.

Ia terlalu takut datang ke sekolahnya. Sampai ia memutuskan pindah sekolah ke sekolahnya yang sekarang.

Pertama kali di sekolah ini pun sia tak banyak berbicara. Ia hanya takut jika harus memulai hubungan pertemanan dengan seseorang. Ia takut saat seseorang tau 'anugrah' yang ia miliki. Seseorang itu malah pergi menjauhi. Lagi.

Sampai pada suatu saat jeongwoo menghampiri nya dan mengajak nya berteman. Rasanya seperti mimpi saat jeongwoo mengatakan hal klise seperti itu.

"Mau temenan sama gue nggak?"

Kalimat jeongwoo pada saat itu yang dibalas anggukan oleh sia. Setelah itu mereka sangat akrab seperti teman lama yang bertemu kembali.

Meskipun jeongwoo belum tahu tentang 'anugrah' yang sia miliki. Namun tetap saja ia telah ceroboh sehingga kehilangan sahabat satu satunya disini.



Melihat sia yang murung tak seperti biasanya membuat yedam menghampiri sia dengan tujuan menanyakan keadaannya.

"Sia."

Mendengar ada yang memanggil namanya, sia segera mendongak keatas dengan disertai senyuman manis yang biasa ia lemparkan ke seseorang yang memanggil nya.

Namun kali ini senyumannya berbeda. Rasanya seperti ada hal lain yang mengganjal di bibirnya sehingga senyuman itu tak seindah biasanya.

"Sendirian aja. Jeongwoo kemana?"

Tanya yedam sambil menghempaskan dirinya ke kursi depan bangku sia.

"Nggak tau. Kayaknya dia bolos."

"Ohh." Jawab yedam singkat.

"Kenapa dam?"

"Hm? Nggak apa-apa cuma tanya doang. Heran aja biasanya dia nemplok terus ke Lo. Tiba tiba hari ini nggak masuk."

"Lo sakit?" Lanjut yedam.

"Nggak kok. Gue baik baik aja." Ujar sia pelan sambil meyakinkan kalau dia benar-benar baik baik saja.

"Sia, Lo tau nggak. Semakin Lo berusaha buat baik baik aja, semakin hancur rasa di dalam diri lo. Karena Lo sedang dalam kondisi nggak baik baik aja, ditambah kebohongan membuatnya tambah buruk."

"Kalo lagi nggak baik baik aja, terima kalo itu emang bener. Semakin berusaha Lo nutupin hal itu, semakin kelihatan."

"Nggak ada yang salah dari kalimat 'gue lagi nggak baik baik aja' atau 'gue lagi ada di kondisi yang jauh dari kata baik' itu semua nggak bikin harga diri Lo jatuh. So, gue selalu ada buat Lo. Jadi kalo Lo mau cerita silahkan. Nggak sekarang juga gapapa, gue bakal tunggu Lo."

Ujar yedam panjang lebar. Sia tak berkeinginan membalas kalimat yedam.

"Udah bel masuk. Sepulang sekolah ikut gue ya."

"Kemana?"

"Ada deh. Bye."

Ucap yedam sambil menepuk pelan pucuk kepala sia dan bergegas kembali ke bangkunya yang berada di pojok depan dekat jendela.

invisible | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang