Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi

117 30 1
                                    

Sistem matahari, planet, dan komet terindah hanya bisa berawal dari nasihat dan kendali Entitas cerdas dan berkuasa.
-Newton

.

.

.

Sila berspekulasi ....

Rinjani dibuat berbeda kali ini. Bagaimana tidak? Perilaku teman-temannya membuat Rinjani terasa seperti seseorang yang paling berharga di muka bumi. Senyum yang begitu hangat, tawa yang ceria, serta candaan di sela-sela pembicaraan. Meski awalnya Rinjani sedikit terheran, dia menepis jauh-jauh pikiran itu. Malahan Rinjani dengan lancar menceritakan pertemuannya bersama Maharani. Sungguh pertemuan yang tiada diduga-duga.

Ada kalanya manusia membutuhkan orang-orang seperti mereka. Memiliki persamaan nasib yang sama, keadilan yang sama rata, dan rasa peka terhadap sesama. Seandainya di dunia nyata terjadi circle yang begini adanya kemungkinan besar akan mengobati seorang manusia yang melebur dengan problematika kehidupan nyata.

Namun setelah disadari semua itu hanyalah mimpi dan berkhayal kan bisa mengukir keharmonisan. Sebuah karya semu yang tak dapat disentuh oleh raga. Hanya dapat dirasa oleh jiwa-jiwa yang terbuka. Memilih memendam masalah demi mendapat ketenangan sementara. Rela menyakiti diri sendiri tatkala emosi tak terkendali. Dan memoles senyum untuk membungkam segala yang dirasa.

Ah manusia ....

Terhanyut dalam ayat perandai-andaian. Menarik diri dari realita memilih jalan hidup dengan refleksi maya. Khayal. Terbang. Melayang. Senang. Lupa Tuhan. Jatuh. Terbanting oleh kenyataan. Terpelanting sejauh ratusan meter oleh keadaan. Tak sanggup bertahan. Hancur lebur. Babak belur. Sampai bunuh diri dianggap sebagai cara terindah sekaligus solusi terbaik untuk mengakhiri semuanya.

Sungguh proses yang panjang nan kejam. Hingga menimbulkan satu gejala yang menggerogoti jiwa-jiwa yang hampa. Mengikis habis kebahagiaan yang diamanatkan Tuhan. Dan ingatan-ingatan tentang traumatis berdatangan. Menghantam sel memori bak hujan peluru. Menggantikan ingatan positif yang luruh.

Akan tetapi kekejaman itulah justru mencambuk jiwa-jiwa manusia yang hampa menjadi sosok yang dewasa dan bijaksana. Kedewasaan bukan perihal umur juga kebijaksanaan bukan perihal jabatan atau kenaikan pangkat yang seseorang dapat. Melainkan dengan memecahkan solusi dari ujian kehidupan yang bertamu tiada henti.

Begitulah siklus pendewasaan diri. Dihancurkan dan dibanting habis-habisan oleh keadaan kemudian dibangkitkan bersama musim semi serta bunga-bunga indah bermekaran. Setelah melewati musim dingin yang panjang.

Jadi jangan mencela keadaan apalagi Tuhan ....

Sudah cukup basa-basinya. Mari kita lanjutkan cerita sesungguhnya. Ternyata benar, popularitas MA makin melunjak. Geng yang awalnya tercap sebagai pembuat onar kini menjadi seleb kampus. Lihat saja banyak mahasiswa/i dari berbagai fakultas yang menghalangi mereka hanya untuk berfoto ria. Terutama dengan ketampanan Gusti. Ah, pasti cowok itu modusnya bertambah. Apalagi Dora yang makin menjadi. Followers di instagramnya pun bertambah 3K.

Tak nyaman dengan kehadiran para fans-nya yang berdesak-desakan, Rinjani nekat menerobos keluar. Akan tetapi langkahnya terhentikan ketika beberapa mahasiswa menghadangnya dengan mengacungkan ponsel dan berteriak meminta foto bersama. Lama kelamaan Rinjani gagap, cemas, dan ketakutan. Mustahil dia melawan penggemarnya sendiri. Malah memperkeruh masalah nantinya.

"Rin ...." Rinjani terkejut ketika digenggam oleh seseorang. Setelah ia melihat ke arah tangan yang menggenggamnya--ternyata itu Brian..

"Brian ...?" Rinjani tertegun.

Mahasiswa Anjay [✔️SELESAI]Место, где живут истории. Откройте их для себя