[ One ]

1.3K 176 17
                                    

▼△▼△▼△▼

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▼△▼△▼△▼

"I got a confession
I got an obsession"

△▼△▼△▼
.
.
.
.

Suara dentuman senjata api yang bersahutan terdengar memekakkan telinga, tak terhitung sudah berapa banyak tubuh yang berjatuhan tak bernyawa memberi warna merah di gang sempit tersebut.

Sungguh kejam, tapi lihat reaksi apa yang pria itu tunjukkan pada situasi mengerikan itu? Hanya tatapan puas serta penuh kemenangan karna sejak tadi dia berhasil menumpas lawannya tanpa terluka sedikit pun.

"Boss lapor! Distrik ini sudah berhasil di bersihkan!"Lapor seorang anak buah dari pria itu yang dibalas dengan kekehan khasnya.

"Sialan, aku tidak sengaja membunuh pimpinannya padahal aku ingin bertanya soal keberaniannya mengusik gadisku Kemarin"Ucap pria itu kesal seraya mengarahkan pistolnya dan menembak tubuh orang yang sudah terbujur kaku dihadapannya.

Sebut saja Feitan Portor adalah pria gila tanpa hati yang hobi melayangkan nyawa orang lain tanpa rasa bersalah, sungguh sepanjang hidup Feitan tak ada yang lebih menarik dibanding pertumpahan darah antar geng mafia.

Dan [Full Name], kekasihnya yang begitu candu bagi Feitan.

Permainan menembak Feitan terusik dengan suara dering ponselnya, pemuda itu buru-buru merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponselnya.

[Name]🖤  is calling...

Feitan menyunggingkan senyumannya sembari mengangkat panggilan tersebut.

"Aku tahu kau berbuat gila lagi" Tuduh [Name] sesaat setelah panggilan mereka tersambung sebelum Feitan sempat menyapa.

"Aku hanya menyapanya tidak lebih"

"Kau selalu mengatakan itu, aku yakin orang itu tinggal nama"

Feitan menghela nafas berat.

"Aku tidak bisa menghidupkannya lagi, jadi kau benar"

Klik

Gadis itu langsung memutus sambungan telfon mereka tanpa menjawab ucapan Feitan, Feitan tersenyum penuh arti sembari menatap ponselnya.

Hanya [Name] yang berani bertindak seperti ini padanya dan sikap itulah yang membuat Feitan penasaran.

Rasa penasarannya mulai berubah menjadi obsesi serta candu untuk memiliki gadis itu sepenuhnya, butuh waktu selama 3 tahun bagi Feitan untuk meluluhkan hati gadis itu.

Gadis itu benar-benar tidak berubah bahkan setelah mereka berpacaran, hubungan mereka memang terbilang cukup toxic.

[Name] yang cukup populer di kampusnya hingga beberapa kali di dekati para pemuda di kampusnya dan Feitan yang posesif hingga kadang kala melakukan hal kejam seperti hari ini.

Feitan kesal dengan pimpinan mafia yang naksir dengan gadisnya hingga berani mengajak [Name] berkencan, gadis itu memang menolaknya tapi pria itu masih saja ngotot yang membuat Feitan kesal.

[Name] sendiri adalah gadis yang cuek, tidak pernah peduli Feitan di dekati atau dekat dengan gadis manapun dan tidak peduli jika Feitan merasa cemburu dengan ke-cuekannya pada para laki-laki yang mendekatinya.

Mungkin terdengar konyol, tapi sikap [Name] terasa begitu sempurna bagi Feitan karna hal itu yang membuat Feitan penasaran setiap harinya.

[Name] bagaikan sebuah lawan yang sulit dia kalahkan dan Feitan suka lawan yang sulit ditaklukkan.

Feitan berusaha menelpon [Name] lagi tapi nampaknya gadis itu sudah kesal karna tindakan Feitan hari ini, tak habis akal Feitan memutuskan mengunjungi apartemen gadis itu.

"Antar aku kerumah [Name]"

"Baik tuan".

✨🖤✨

"Jadi, kau mau apa kesini?"Tanya [Name] dingin sambil melipat kedua tangannya di depan dada, Feitan menyentil kening gadis itu.

"Sudahi emosimu itu, lagipula dia memang pantas mendapatkannya"

"Kau ini bodoh? Dia itu cuma mengajakku kencan dan aku juga menolaknya, harusnya kau biarkan saja!"

Feitan mengangkat dagu [Name] sambil menatap tajam gadis itu dan gadis itu membalas tatapan tajam Feitan dengan tatapan yang tak kalah tajam.

"Aku tidak suka dia mengusik apa yang menjadi milikku"Ucap Feitan dingin, gadis itu mendecih lalu menepis tangan Feitan.

"Aku bukan barangmu sialan"

Gadis itu menghela nafas berat.

"Jadi, kau mau aku apa hari ini? Aku sedang belajar, kalau kau tidak ada urusan lagi sebaiknya kau pulang"Ucap [Name] kesal, Feitan tidak menjawab namun kemudian memberi isyarat pada anak buahnya untuk kembali ke markas.

"Astaga, kau ingin menginap? Lagi?"

"Hm"

[Name] menghela nafas kasar namun tetap mempersilahkan Feitan masuk ke apartemennya, nampaknya malam ini akan menjadi malam yang panjang lagi.

▀▄▀▄▀▄  L o a d i n g . . . ▄▀▄▀▄▀

Obession || HxHWhere stories live. Discover now