Pukul 06.00 Chesa sudah berdiri tegak di koridor utama sekolah, mengamati satu per satu siswa-siswi yang memasuki gerbang. Dengan membawa papan berisi selembar kertas mengenai poin-poin pelanggaran, ia berusaha menjalankan hari pertamanya sebagai asisten guru BK dengan sebaik mungkin. Walau banyak pasang mata yang menatapnya heran, bahkan sebagian di antaranya tampak sangat sinis. Namun, Chesa tetap melakukan perannya sebaik mungkin.
Chesa menegur beberapa siswa yang melakukan pelanggaran seperti menggunakan atribut lain selain atribut yang diberikan sekolah, rambut panjang melewati mata bagi siswa laki-laki, serta pelanggaran-pelanggaran lainnya.
Semua orang mengamati Chesa seolah yang dilakukannya adalah sesuatu yang aneh. Mungkin memang terlihat aneh karena biasanya yang berdiri di tempatnya saat ini adalah guru BK atau guru piket yang bertugas menegur dan mencatat pelanggaran siswa.
Namun, Chesa yakin semua akan terasa normal seiring berjalannya waktu."Kakak yang pakai tas biru!" tegur Chesa pada seseorang yang baru saja berjalan melewatinya dengan santai. Orang yang dipanggil bahkan tidak merasa sama sekali.
Chesa berjalan cepat hingga berhenti tepat di depan orang itu. Ia memperhatikan penampilan kakak kelas itu dari kepala hingga kaki.
"Datang terlambat 10 poin, rambut merah 15 poin, seragam dikeluarin 5 poin."
Si kakak kelas menatap Chesa dengan kesal. "Lo siapa?"
"Namaku Chesa Mirabella. Mulai hari ini aku ditugasin jadi asisten guru BK. Jadi, segala pelanggaran siswa akan aku laporin ke guru BK!"
Yang bersangkutan memandang remeh Chesa. Seolah yang dilakukan Chesa sama sekali tidak berguna.
"Aksara Danendra," sebut Chesa membaca tag nama di seragam siswa itu. "Aku akan kasih keringanan. Kalo Kakak mau ngubah penampilan besok, aku nggak akan laporin pelanggaran Kakak hari ini."
"Bukan urusan lo!" Aksa berjalan melewati Chesa tanpa terusik sama sekali.
"Aku kasih kesempatan sampai besok!" teriak Chesa. Ia berharap peringatannya hari ini bisa diterima dengan baik. Ia memang harus bersikap tegas untuk siswa-siswi yang meremehkan kedisiplinan. Mungkin hal ini akan membuatnya banyak mendapat musuh. Namun, yang ia harapkan adalah membuat semua orang menyadari pentingnya kedisiplinan. Di saat-saat seperti ini sifat perfectionist-nya akan mendominasi.
***
"Gue baru tau ada yang namanya asisten guru BK," Arya mengawali perbincangan di kantin siang itu.
"Cewek mungil, rambut panjang yang berdiri di koridor utama pagi-pagi itu?" Theo menanggapi. Sesekali ia menatap Arya dari balik ponsel yang tengah menampilkan track balapan motor dalam suatu permainan.
"Iya, cewek yang kemarin nggak terima kertasnya diinjak sama si Bos."
"Lo ditegur apa aja?"
"Pakai headphone 15 poin, rambut panjang 15 poin."
"Muka jelek nggak kena poin?" ledek Theo.
"Enak aja, muka ganteng gini." Arya bergaya merapikan jambulnya. "Tuh cewek mau nyita headphone gue kalo besok masih gue bawa ke sekolah."
"Trus, lo bakal nurut?"
"Masa bodo. Selama ini fine-fine aja penampilan gue. Kalo lo ditegur apa aja?"
"Pakai topi bebas 10 poin, pakai kaos bebas di balik seragam 10 poin."
Arya tertawa. "Trus apa tanggapan lo?"
"Sempat gue godain impas kalo tukeran nomor hp, eh dia malah makin galak. Katanya gue bakal diaduin sama Bu Retno." Theo tersenyum miring. "Tuh cewek kurang kerjaan banget. Mau-maunya ditugasin jadi asisten guru BK. Mungkin buat yang lain mempan. Tapi nggak buat kita-kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover
Teen FictionMendapatkan titah untuk menjadi asisten guru BK membuat Chesa terlibat dengan geng brandal pembuat onar. Namun, setelah mengenal Aksa dan teman-temannya lebih jauh, Chesa sadar mereka tidak seburuk yang dipikirkan. Meski masa lalu yang belum tuntas...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi