"Apaan sih kak. Enggak ya," ketus Aulia.

Aulia bekerja di salah satu cafe milik seorang pengusaha. Aulia tidak tahu bahwa cafe tempat ia berkerja adalah milik ayah Aksa. Karena ayah Aksa mempercayakan cafe itu kepada salah satu anak buahnya. Jadi ia jarang sekali ke cafe untuk mengecek.

Aulia bersyukur karena diizinkan bekerja di cafe itu dan diizinkan berangkat setelah pulang sekolah. Bosnya sangat pengertian. Namun bukan berarti Aulia seenaknya dalam bekerja. Cewek itu sebisa mungkin datang tepat waktu.

"Hilih," cibir Liora.

Aulia terkekeh geli melihat cewek yang dua tahun lebih tua itu mencibir. Liora sangat baik pada Aulia. Membuatnya betah bekerja disana.

Aulia melayani setiap pembeli dengan ramah. Mencatat setiap pesanan dengan teliti. Namun fokusnya kali ini teralihkan pada sesosok laki-laki yang duduk di meja dekat jendela transparan. Posisinya membelakanginya.

Entahlah seperti ada magnet yang menarik perhatianya. Aulia terus saja memandang tubuh laki-laki itu. Postur tubuhnya seperti tak asing dimata Aulia. Namun fokusnya terganggu saat sebuah penggilan membuatnya harus melanjutkan pekerjaannya.

***

Sudah dua menit yang lalu cafe di tutup. Aulia dengan setia menunggu sang Abang menjemputnya. Aulia takut setan. Itu fakta. Cewek itu memang penakut jika berkaitan dengan hal-hal ghaib. Walaupun belum pernah melihat setan secara langsung namun Aulia tetap takut. Jadi Aulia meminta Liora untuk menemaninya sambil menunggu Arga.

Liora juga sama sekali tidak masalah. Arga sangat tampan siapa juga yang akan menyia-nyiakan kesempatan untuk melihatnya. Ya bukan rahasia lagi kalau Liora ini naksir pada Arga apalagi melihat Arga setiap hari setelah Aulia bekerja disini. Namun Liora adalah perempuan yang tidak mudah menjatuhkan harga diri. Jadi walau sebenarnya naksir berat Liora tetap tidak mendekati Arga duluan. Apalagi memaksa maksa Aulia untuk menjomblangkanya.

Beberapa menit kemudian sebuah motor berhenti tepat di depan Aulia yang sedang berbincang ria dengan Liora. Bukan Arga. Melainkan Aksa. Membuka helm full face-nya. Aksa menyugar rambutnya dengan jari. Dibumbui terpaan angin malam. Sok keren.

"Ngapain lo kesini?" tanya Aulia ketus. Aulia masih jengkel dengan insiden tadi siang.

Aksa menatap Liora sebentar kemudian tersenyum manis. "Makasih udah nemenin dia kak. Kakak duluan aja, biar dia pulang sama saya."

"Kok bukan Arga yang jemput. Kamu siapanya?" tanya Liora hati-hati ia harus tetap waspada karena memang Arga selalu minta tolong padanya untuk menjaga Aulia.

"Dia itu setan," sahut Aulia cepat.

Aksa tersenyum geli. "Saya pacarnya."

Liora menatap Aksa bingung. melirik gadis kecil di sampingnya yang menggeleng kuat.

"BUKAN, ENAK AJA NGAKU-NGAKU!"

"Bercanda elah. Saya temenya bang Arga kak. Tenang aja bukan penculik kok."

Aulia menatap Aksa sengit. Berbeda dengan Liora yang kini mengangguk canggung.

"Yasudah kalau begitu saya duluan. Kakak duluan ya Aul," pamit Liora setelah aksa memberikan bukti chat miliknya bersama Arga.

Aksa sangat tampan malam ini. Padahal cowok itu hanya memakai kaos hitam dengan celana jeans hitam yang melekat pada tubuhnya. Mendapati Aulia yang menatapnya terus Aksa tersenyum jahil.

"Gue tau gue ganteng tapi gausah natap gue kaya gitu. Gue jadi malu," Ucapnya percaya diri

Aulia memalingkan wajah mendengus kala Liora benar-benar meninggalkanya dengan Aksa. Cewek itu mencebikkan bibir kesal. "Lo kenapa sih? gangguin gue mulu."

AULIA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang