14

38 25 34
                                    

Duduk di kursi kebesarannya dengan keadaan yang susah di katakan baik, Alarda sudah seperti orang depresi, Berkas di mana-mana, rambut serta pakaiannya berantakan, dia terlalu sibuk untuk mengurus pekerjaannya. Belum lagi Neia yang tadi pagi mengalami penurunan sedangkan dokter yang akan menangani belum sampai dari luar negeri.

"NAM! BAWAKAN SAYA ALKOHOL LAGI!!"

sudah berapa kali Alarda memesan minuman itu, padahal Neia selalu melarangnya tapi kali ini Alarda meminumnya, semoga saja tidak ada perang jika Neia sudah sadar.

Srett

Pintu ruangan terbuka menampilkan seorang laki-laki berjas putih dengan rambut biru menyala yang membawa sebuah berkas ditangannya. Laki-laki itu mengambil tempat duduk berhadapan dengan Alarda.

"Gue udah cari tahu semuanya, dari data yang gue dapet dia benar dari keluarga Ambara tapi gue ada yang janggal disini" laki-laki yang sering dipanggil Kevin itu menyerahkan sebuah kertas berwarna biru, Alarda menerimanya dan membacanya dengan teliti. Tidak ada yang janggal.

"Yang gue tahu dari Om Wirdan, keluarga itu punya anak tiga, yang kedua tahun kelahirannya 1997, tapi Yuna ini ternyata lahir tahun 1995 seumuran sama kita. Dan juga katanya anak itu punya adik laki-laki kelahirannya sama kayak Neia, tapi Yuna ini anak tunggal"

Alarda terdiam. Apa ini? Sebuah penipuan atau siasat licik? Dia jadi khawatir. Oh, Alarda tidak akan menanyakan anak pertama keluarga itu.

"Gue juga dapet info, kalo laki-laki yang terlibat kasus pelecehan yang Neia alami satu tahun lalu nama belakangnya Ambara. Dia anak terakhir dari keluarga itu. Sejak dia keluar dari penjara, orang gue selalu ngikutin dia dan tadi orang gue ngelaporin, terakhir kali mereka lihat anak itu disekolah Neia"

Deg

"Lo punya fotonya?"

"Engga"

Tangan Alarda bergetar, sejauh inikah mereka sudah berjalan. Apa yang sekarang dia harus lakukan. Kenapa didalam dirinya jadi kacau begini, Leon yang punya segala informasinya. Oh ya, Alarda menghela nafas sesaat. Dia lupa hari ini akan ada berita yang menghebohkan. Alarda membuka saluran tv di ruangannya.

Kevin juga melirik Alarda beberapa kali, biasanya laki-laki itu tidak pernah mau menonton acara televisi yang menurutnya membosankan, apalagi dari tadi Alarda mencari acara berita.

"Gak ada sih"

"Gak ad--"

BRAK

"EH MONYET JATOH"

Kevin menutup mulutnya rapat-rapat setelah mengetahui siapa yang membuka pintu ruangan secara kasar. Duh mulutnya terkadang memang harus di setrika.

"BAGAIMANA PEKERJAAN KAMU ALARDA?!!!"

"Ya gini" laki-laki tua itu beralih menatap tajam pada Kevin.

"Bagaimana? Semuanya sudah dijalankan"

"Salah! Kode terakhir itu salah!"

Alarda terdiam. Kenapa bisa salah, tidak mungkin Leon memberikan informasi yang salah. Dia percaya pada Leon, biasanya anak itu selalu sukses dalam bekerja. Semuanya memusingkan.

"Sudah saya bilang! Jangan berikan pekerjaanmu pada orang lain! Dasar anak tidak berguna!!!"

Deg

Alarda menunduk dalam, kata-kata itu kembali, bagaimana pun statusnya tetap sebagai anak. Di beri kalimat seperti itu jelas melukai hatinya. Sedangkan Kevin hanya menonton drama dihadapannya dalam diam dengan wajah konyol. Dia terlalu bodoh untuk memahami situasi saat ini, keluarga Alarda ya? Memang rumit keluarga itu.

ALARDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang