13

29 24 36
                                    

Alarda terus berlari di lorong rumah sakit dengan Neia yang berada di gendongannya. Dari tadi belum ada suster ataupun dokter yang terlihat, sebenarnya ini rumah sakit atau kuburan sih? Alarda berhenti ketika melihat salah satu suster di lorong lainnya. Dengan cepat dia berlari,

"SUSTER! TOLONG!"

mendengar teriakan itu, Suster menoleh lalu mengangguk dan segera memangil yang lainnya. Beruntung Neia segera di tangani dengan cepat. Sementara Alarda sendiri hanya bisa diam, dan sekarang? Dia juga hanya menunggu dengan sabar diluar ruangan UGD satu. Dia berharap semuanya akan kembali normal. Cih, jika saja laki-laki itu tidak datang semuanya pasti akan baik-baik saja. Benar, Alarda akan membunuhnya nanti.

"Kenapa bisa gini sihh" Alarda menunduk semakin dalam. Kenapa akhir-akhir ini banyak yang membuatnya pusing.

Tiba-tiba suara ramai ambulan terdengar menggema. Alarda mengangkat kepalanya menatap kearah luar rumah sakit. Sebuah ambulan yang membawa pasien tabrak lari atau sebagiannya, dan suster atau beberapa perawat yang siap siaga, sudah tidak asing. Tapi entah kenapa melihat yang seperti ini Alarda jadi selalu penasaran sendiri.

Tepat ketika mengeluarkan orang yang dibawa,

"Pak"

Srak

Alarda langsung berdiri. Kenapa suster ini selalu mengagetkannya dengan suara apalagi wajahnya yang pucat itu. Alarda jadi berfikir apakah ini hantu atau manusia ya?

"Dokter menunggu anda didalam"

"Saya kaget mba" biasa namun membuat suster itu terheran.

"Salah sendiri bapak nya, padahal saya udah ada disini dari tadi" Alarda berlalu begitu saja. Jika nanti dia kerumah sakit ini lagi namun tidak di sambut dengan baik, ingat ini salahnya sendiri:v

****

"Gimana dok?"

Dokter itu malah diam menatap. Alarda jadi takut, apa Neia baik-baik saja? Atau sebaliknya? Sedikit menghela nafas, Dokter itu tiba-tiba tersenyum dan mengangguk.

"Sekarang mungkin baik-baik saja, cuma ada sedikit masalah dengan kepalanya. Kita akan melakukan operasi lusa, jika di lakukan sekarang keadaannya akan semakin menurun" Alarda meremas ujung kemejanya sendiri.

"Apa gapapa dok?"

"Setidaknya dia bisa bertahan. Dokter bedah juga akan sampai besok. Kita berdoa saja. Sementara itu, kita akan memindahkan pasien ke ruang ICU, mohon di urus" Alarda hanya mengangguk. Dokter berpamitan, dia sadar keduanya perlu waktu.

"Gak lucu Nei"

Hening.

Alarda terus menggenggam tangan dingin Neia dalam diamnya. Dia takut, jangan, jangan sampai orang tercintanya pergi. Laki-laki itu, ya, ayahnya harus merasakannya.

Segera berlari keluar, namun tidak lama Alarda kembali lagi. Dia mengecup pelan pipi berisi milik Neia.

"Aku bakal balik lagi" Alarda pergi dari sana untuk menemui Leon. Laki-laki itu sudah berkali-kali Alarda hubungi namun tidak diangkat.

Alarda ingat,

Dia mengetik sesuatu di ponselnya. Satu panggilan terhubung di sana. Alarda menghela nafas kasar sebelum suara laki-laki lain tiba-tiba terdengar dari ponselnya.

'ini mau ngomong apa kagak?'

"Lo tahu gak Leon kemana?"

'lah lo gak tahu?'

"Tahu apa? Kenapa emangnya?"

'Leon kritis, tabrak lari dijalan kembangka'

BRAK

ALARDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang