sorry for typo (s)[ aturan membaca : hargai karya saya ]
Pagi ini, Renjun bangun lebih awal dari biasanya. Nggak, bukan mau olahraga, tapi perutnya mules. Efek kebanyakan minum kopi semalam.
Ditekannya saklar lampu, guna membantu penglihatan. Kamar dengan nuansa monokrom, juga boneka Moomin besar yang ia letakan di samping lemari sekarang terlihat jelas." Allahuakbar, berasa kena cahaya illahi gue.." gumam Renjun masih dengan muka bantal dan rambut yang sekarang sudah seperti habis manggung lagu trio macan.
Renjun bingung harus ngapain, soalnya dia biasa bangun paling lambat jam lima lebih sebelas menit dua puluh detik. Detail banget memang. Karena Renjun selalu bangun jam segiti, teng. Nggak lebih nggak kurang.
Daripada mikir kelamaan, Renjun memutuskan untuk mandi. Supaya bisa berangkat cepat dan beli bubur ayam di depan sekolah yang antrian nya udah ngalahin mie pedas merek itu.
Dilihat arloji yang melingkar di tangan kirinya. Jam enam lebih lima belas menit. Kalau jam segini biasanya Renjun bakal nunggu sobat jaman zigot yang kebetulan jadi tetangga nya.
Namanya Jeno. Jeno itu tipe murid yang urak-urakan tapi nilai tetap edan alias, tetep bagus walau tiap hari kerjaannya main-ngurus kucing-kelonin kucing-main lagi. Ya gitulah siklus hidup Jeno sehari-hari. Selain urakan, Jeno juga budak cinta kucingnya. Kalau ditanya "Lebih sayang pacar atau kucing?" Jeno pasti jawab lebih sayang kucing, soalnya dia ngga punya pacar. (Bukan kurang populer! Tapi kucing nya galak.)
Jeno kalau sama kucingnya itu udah kaya budak sama majikan. Budak nya Jeno, majikannya bongshik- nama kucing Jeno. Ngga tau dapet darimana nama bongshik itu.
Jeno juga sering bawa bongshik ke sekolah, katanya biar bongshik berbudi luhur dan berotak cerdas. Kalau ditilik sih muka bongshik lebih menggambarkan kalau dia muak sama Jeno.
"Jun! " itu suara Jeno yang sekarang lagi berdiri di halaman depan rumah Renjun, ngga lupa dia gendong bongshik. Bongshik sendiri mah udah pasrah aja pas diketekin sama si Jeno.
"Motor gue atau punya lu?! "
Jeno yang tadi sedang sibuk dengan dunia nya dan bongshik, langsung menoleh saat ditanya "Pakai punya gue aja, tapi nanti lu tolong gendong bongshik ya. "
"Bongshik taruh di rumah aja kan bisa Jen, " ucap Renjun sambil mengambil bongshik dari dekapan Jeno.
"Ngga ngga bisa, nanti dia malah pergi terus kawin sama kucing lain. Asal lu tau, bongshik itu terkenal di dunia per-meongan komplek kita! " Terserah apa katamu saja Jen.
Renjun langsung naik ke jok belakang motor Jeno. Motor Jeno itu kaya di film dilan. Bedanya knalpot motor dilan nggak alay. Normal aja. Nggak dipasangin knalpot karbu kayak punya Jeno. Brot Brut Bret brot-Brut Bret, gitu deh bunyinya.
Pas udah siap, Jeno langsung melajukan motornya. Selama perjalanan, yang terdengar hanyalah ocehan Jeno tentang upacara nanti, perihal pidato kepala sekolah yang monoton, dan pasti akan berakhir tentang menjaga kebersihan. Disambung dengan membicarakan jaemin- sobat Renjun juga, yang kalau minum kopi malah mahalan kopinya daripada gula nya, terus haechan yang kemarin sore mendadak jadi kaya anak senja gitu. Minum kopi, sambil lihat samsat gitu katanya, ditambah genjrengan gitar sumbang.
Pembicaraan itu terus berlanjut, sampai mereka tidak sadar kalau ada motor dengan kecepatan tinggi dari arah belakang yang melaju kearah mereka berdua.
"PERMISI, PERMISI! "
Jeno Adipati
KAMU SEDANG MEMBACA
take me home, renryu.
Fanfictionft. renjun & ryujin kalau kata pepatah jawa, witing tresno jalaran saka kulino