" Ini, ambil."
Mendengar suara halus nan datar itu, sontak membuat seorang bocah laki-laki yang sedang berteduh dibawah pohon rindang mendongakkan kepalanya. Dan begitu kepalanya terangkat, ia baru bisa melihat siapa pemilik suara itu. Pemilik suara itu ternyata adalah seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan ransel Hitam dipunggung tengah menyodorkan dua bungkus roti padanya.
" Malah diem. Ini ambil." Suara gadis itu kembali terdengar sembari mendekatkan roti ke wajah bocah laki-laki itu. Membuat bocah itu lantas melepaskan lembaran koran ditangannya ketanah, lalu meraih roti tersebut. "Terimakasih, kak," ujar bocah itu tersenyum senang. Kebetulan perutnya sangat lapar.
Tanpa menjawab atau balas tersenyum, gadis itu membetulkan letak ranselnya sebentar, kemudian berlalu begitu saja
melanjutkan langkahnya yang masih belum punya tujuan.
Dia, gadis yang menyandang ransel Hitam itu bernama Shaira Annara.
Dengan beberapa pakaian serta sejumlah uang dalam ranselnya, dua hari yang lalu ia kabur dari rumah Paman dan Bibinya. Ralat, rumahnya sendiri. Rumah kedua Orang tuanya yang sudah diakui Si Paman dan istrinya itu.
Di bawah sengatan matahari, snekers putihnya terus melangkah. Merasa menyesal karena tak terpikir membawa mobilnya. Kabur tanpa membawa mobil seperti ini tidak mudah. Tapi dia sama sekali tak menyesal telah kabur seperti ini. Ini lebih baik daripada tinggal serumah dengan Pasangan gila harta seperti Paman dan Bibinya itu.
Dua hari ini ia bermalam di Hotel, namun pagi ini ia memutuskan untuk pergi dari sana. Entahlah, ia tak betah ditempat itu.
Ia tidak bisa pergi kerumah teman karena takut akan ditemukan oleh Paman dan Bibinya. Bukan, Paman dan Bibinya mencari bukan karena khawatir. Mereka takut Shaira akan melakukan hal macam-macam yang akan merugikan mereka. Mereka ingin Shaira jadi budak dirumahnya sendiri. Dan yang lebih penting, Shaira adalah tambang emas mereka karena Hak waris harta peninggalan Orang tua Shaira ada pada mereka sampai Shaira menikah kelak. Itulah mengapa mereka tidak akan melepaskan Shaira begitu saja.
•••
Dinginnya udara malam seketika menusuk kulit Shaira begitu keluar dari tempat makan sederhana yang jadi tempat makan malamnya itu.
Dengan kedua tangan yang masing-masing menggenggam tali ransel, Shaira melangkah sambil menatap sekitar, berharap menemukan taxi untuk membawanya ke Hotel terdekat. Ya, Hotel lagi walau terpaksa. Hanya untuk malam ini, karena besoknya ia akan pergi ke suatu tempat milik sahabatnya. Mereka sudah berjanji tadi saat sahabatnya itu mengabarkan tentang kedatangan Paman dan Bibinya itu kerumahnya. Sesuai dugaan Shaira.
Pandangan Shaira berhenti pada satu titik dimana terdapat sebuah taxi terparkir disana. Taxi itu terparkir tak jauh darinya. Benar-benar pas karena dia memang sedang butuh taxi. Shaira lantas berlari kecil menghampiri taxi tersebut. Ia sudah tak sabar tiba di Hotel lalu membaringkan tubuh letihnya.
" Ke Hotel terdekat, Pak!" Sembur Shaira begitu memasuki mobil. Sibuk melepas ransel hendak menaruhnya kesamping.
Ia sama sekali tak menyadari si supir taxi yang terlihat begitu terkejut dengan kedatangannya.
Selesai dengan ranselnya, Shaira pun melihat kearah supir. " Kenapa belum jalan, Pak? Saya buru-buru ini," tanya-nya seraya mencari posisi senyaman mungkin. Tubuhnya itu benar-benar lelah.
Sayang, baru saja duduk nyaman, Shaira harus merasa kesal ketika supir itu berkata, " Keluar."
Satu kata itu bukan hanya membuat Shaira kesal dan heran, tapi juga membuatnya merinding. Suara itu memang pelan, namun begitu tajam seolah mendengar auman Srigala di tengah hutan. Pelan, samar, namun begitu menakutkan.
Untung saja Shaira saat ini dalam keadaan letih dan kesal. Jangankan suara auman Srigala, Raja Srigala pun ia lawan.
" Kok gitu? Udalah, antar saya sekarang. Saya bayar dua kali lipat!" Sahut Shaira kesal, menatap pantulan wajah si supir taxi dengan raut dengki. Shaira semakin berani ketika sadar bahwa supir taxi tersebut masih muda, bukan bapak-bapak seperti biasa.
Si Supir yang sedari tadi menatap Shaira tajam melalui kaca mobil itu hendak mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba fokusnya teralih pada sebuah mobil Hitam mewah yang ada didepan mobil mereka.
Mobil mewah itu bergerak, dan mobil mereka pun kini ikut bergerak mengikuti mobil itu.
Shaira yang berada di belakang itu kini mengatupkan mulutnya rapat menatap mobil yang sedang mereka ikuti lalu beralih menatap si supir yang saat ini tampak begitu serius.
Shaira kini sudah menebak jika supir muda yang sedikit tampan itu bukan supir biasa. Jelas saja, mana ada supir taxi mengusir penumpangnya keluar? Lagipula orang ini sedikitpun tidak ada tampang-tampangnya jadi supir taxi.
Belum selesai pemikirannya tentang si supir muda dan mobil yang mereka ikuti itu, Shaira kini tersentak oleh mobil yang ia tumpangi berhenti dengan sedikit mendadak di tengah jalan yang sepi. Shaira lekas mengalihkan tatapannya dari si supir ke arah depan.
Oh.. Pantas saja berhenti. Bagaimana bisa mobil mereka jalan jika ada sebuah mobil melintang jalan didepan sana? Itu mobil yang berbeda. Shaira mengerutkan kening, mana mobil mewah yang mereka ikuti tadi?
Lalu entah lupa akan kehadiran Shaira atau memang tidak peduli, Si supir itu keluar dari mobil tanpa mengucap sepatah kata. Melangkah tegap ke arah mobil melintang yang kini terlihat keluar tiga Pria dari dalamnya.
Shaira yang sedari tadi memperhatikan kini melebarkan matanya ketika salah satu dari Pria bertampang sangar itu jatuh tersungkur usai menerima kepalan tinju si supir tampan.
"Wow.." Gumam Shaira yang tampak begitu tertarik dengan tontonan didepan sana.
Gadis itu menatap aksi empat Pria di depan sana tanpa berkedip. Wajahnya sesekali mengernyit dan kadang meringis. Dalam hati Shaira sedikit kasihan pada tiga Pria yang sudah tumbang dengan wajah penuh luka itu. Tapi salah mereka sendiri main hadang. Lagipula Supir tampan itu hanya menyelamatkan diri. Dari awal sampai akhir, tiga Pria itu yang lebih dulu menyerang, namun selalu meleset dan berakhir mereka yang balik diserang hingga mengenaskan seperti sekarang.
Begitu melihat lawannya sudah terkapar, Supir itu selanjutnya merundukkan tubuhnya untuk menggapai kerah salah satu Pria yang masih sedikit sadar. Supir itu mencengkram kerah Pria tak berdaya itu sambil mengatakan sesuatu yang tentu tak bisa Shaira dengar. Lalu setelah melepas cengkramannya dengan keras, Supir tampan itu kini berbalik badan kearah mobil Shaira.
Dalam remang malam, Pria itu berjalan kian dekat dengan tatapan setajam mata Srigala. Tangannya yang terdapat bercak darah itu masih terkepal.
Harusnya orang yang melihat pemandangan itu ditambah dengan keadaan jalan yang sepi mencekam seperti saat ini, pasti orang itu sudah lari terbirit-birit.
Tapi sayang, orang yang berada diposisi itu adalah Shaira.
Alih-alih takut, gadis itu kini sudah keluar dari mobil untuk menyambut Pria yang baru saja membuat Tiga orang terkapar itu dengan senyuman lebar.
29-03-2021
CN.
Bersambung.
______________________________________________
Hm... Shaira minta dibuat terkapar juga ya, kayanya?🤔
