Chapter Empat

880 81 1
                                    

Logan's POV

Sinar rembulan yang malu-malu mengintip dari balik lebatnya daun-daun di pepohonan yang tinggi di sekitar area pesta. Alpha Shaw membimbingku berjalan menuju lapangan parkir. Kami berjalan bersebelahan dengan jarak sekitar satu lengan. Setelah ciuman yang impulsif tadi, aku tidak ingin melakukan kontak fisik lainnya dengan Alpha Shaw. Aku tidak tahu apa yang merasukiku beberapa saat yang lalu ketika aku mengizinkan Alpha Shaw untuk mendaratkan ciumannya padaku. Mungkin itu rasa penasaran yang mendorong keingintahuanku mengenai Mate. Mungkin juga itu hasrat penanda bahwa Alpha di sampingku ini adalah milikku. Mungkin juga itu jalan pintas menuju hari-hari mendatang untuk kami berdua.

Hembusan angin malam tiba-tiba menerpa. Membuat rambut di kepalaku berantakan ke segala arah. Aku menyipitkan mata, menghindari debu yang kemungkinan terbawa angin. Temperatur udara mulai turun saat mulai memasuki musim gugur. Sangat kontras dengan temperatur panas dan lembab ketika musim panas.

"Apa kau kedinginan?" Alpha Shaw bertanya padaku.

Aku meliriknya sekilas.

"Tidak." ujarku, "Aku bukan wanita paruh baya yang sensitif dengan udara dingin." intonasiku cukup datar.

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Alpha Shaw itu cukup mengusikku.

"Ah... baiklah." gumam Alpha Shaw dengan nada yang sedikit kecewa, tapi aku tidak merasa bersalah.

"Jangan perlakukan aku seperti manusia yang rapuh. Aku seorang werewolf dewasa, dan kau merusak egoku dengan tidak mengakui fakta ini."

"Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya sedikit khawatir." sanggahnya.

Aku tersenyum masam dan menghentikan langkah. Merapihkan kembali rambutku yang tertiup angin lalu menjatuhkan pandangan pada Alpha Shaw. Tatapan mataku menelusurinya bagaikan menjajaki peta harta karun misterius. Sejak bertemu denganku beberapa jam yang lalu, kekhawatiran yang dimiliki pria ini banyak sekali. Aku tidak menyangka pria tipe dirinya bisa memiliki segudang kekhawatiran akan hal-hal yang menurutku sangat tidak penting untuk dikhawatirkan.

"Alpha Shaw..." panggilku padanya.

"Panggil saja aku Xander. Tidak perlu memberiku gelar." koreksinya.

Aku menyipitkan mata, berpikir sejenak dan memutuskan bahwa hubungan kami belum cukup jauh hingga aku bisa memanggil namanya begitu saja.

"Alpha Xander..." panggilku mengulangi.

"Hmm?" sahutnya pasrah dengan pemilihanku untuk penyebutan namanya.

"Apa kau selalu seperti ini pada semua kekasihmu sebelumnya?"

"Apa maksudmu?" tanyanya bingung.

"Bersikap terlalu perhatian pada mereka. Aku bisa muak jika harus berhadapan dengan seseorang yang seperti ini secara terus menerus." kataku mengakui.

"Aku tidak pernah punya kekasih. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana." gumamnya masam, "Aku bersikap seperti ini hanya kepadamu."

Mendengar pengakuannya yang mengejutkan itu, pikiranku menjadi kosong. Aku tidak habis pikir, bagaimana mungkin seorang Alpha seperti dirinya sama sekali tidak pernah menjalin hubungan percintaan.

The Omega's Toy [Revised Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang