Sesampainya di kamar, Lea segera berbaring di ranjang empuk itu. Perlahan mata lentik Lea tertutup. Namun saat akan menuju ke alam mimpi, ia membuka matanya lagi lebar-lebar. Astaga! Ia lupa mengabari sahabat luknutnya kalau ia telah sampai di Jakarta.

Dengan tergesa-gesa, Lea duduk dan mencari ponselnya. Ketemu! Ia segera mencari kontak Yunda dan tut! Ia menelpon Yunda.

Tut!

Tut!

"Halo! Hua, Lea!" seru Yunda di seberang sana.

Lea terlonjak kaget. "Yunda, gue udah sampai di Jakarta Yun, mau video call nggak ada sinyal," ucap Lea pelan. Ia masih syok dengan suara keras Yunda.

"Beneran? Oemji, gimana, lancar kan perjalanannya?" tanya Yunda dengan nada senang.

"Iya, lancar banget."

"Lo lagi apa sekarang?" tanya Lea sembari membenahi duduknya.

"Gue lagi mau make masker ini, lo sih pake telepon segala. Kan nggak jadi."

Lea memutar bola matanya malas. "Sok lo, entar nggak dikabarin nangis lagi."

Yunda terkekeh diseberang. "Lo lagi di mana Ya?"

"Gue lagi di apartemen, soalnya besok kan ada kej-"

Tok! Tok! Tok!

"Nona, waktunya makan malam. Tuan dan Tuan muda menunggu Nona di meja makan."

Yunda disana memekik. "Astaga! Lo udah kayak ratu aja, apa-apa diladenin. Uh! Pengen!" Yunda merengek kepada Lea.

Lea tertawa kecil. "Apaan sih. Gue aja risih, kok lo malah seneng," ujar Lea.

"Hm, yaudah deh. Gue mau maskeran nih, lo jangan lupa sama pesen gue ya?!"

Lea mengangguk, meski tidak akan dilihat oleh Yunda. "Iya, gue inget. Lo juga, inget pesen gue!"

"Oke. Bay, ale-ale!"

Tut!

Lea menghela napas lega. Akhirnya. Eh, tadi dia disuruh untuk makan malam bukan? Apa ini sudah malam? Batin Lea bertanya-tanya. Kemudian Lea menyibak gorden yang ada di kamarnya. Ternyata memang benar sudah malam. Lea memandangi suasana kota Jakarta di malam ini yang terlihat indah untuknya.

Lea tersenyum. "Indah banget, saking lamanya gue nggak kesini." gumam Lea lirih, ia menatap dimana lampu-lampu berkerlip indah, bahkan bulan dan bintang tidak segan untuk muncul di malam ini.

Saat Lea asyik memandang indahnya kota Jakarta tiba-tiba, ia tersentak ketika ada usapan lembut di kepalanya. Lea menoleh, ternyata Rezwan, Kakaknya sendiri tengah menatapnya sembari tersenyum manis.

"Ngelamunin apa hm?"

Lea menggeleng lucu. "Nggak kok. Aku cuma mau lihat-lihat aja, ternyata indah banget." Lea kembali menatap indahnya kota Jakarta itu.

Rezwan menghela napas kasar. "Sampai kamu nggak ke meja makan? Nanti kalo kamu sakit gimana?"

Masih dengan menatap lurus ke depan, Lea menjawab, "Nggak kok. Udah biasa kok, Lea makan terlambat."

Rezwan menatap Lea tajam. "Jadi kamu selama ini makan telat?!"

Lea tersentak dengan nada suara Rezwan yang naik satu oktaf dan tatapan tajam Rezwan. "E-eh, b-bukan, Kakak salah paham. M-maksud Lea bukan begitu," ucap Lea dengan gugup lantas menunduk karena takut dengan mata hitam pekat itu yang menatapnya dengan tajam.

Rezwan terkekeh pelan melihat reaksi sang adik, ia tak marah, hanya kesal karena adiknya itu makan dengan terlambat. Nanti kalo sakit gimana? Tapi karena sikapnya tadi, sang adik sudah ketakutan seperti ini. Uh! Menggemaskan sekali adiknya ini. Kemudian Rezwan dengan pelan menarik Lea dan memeluknya lembut, menaruh dagunya di pucuk kepala Lea.

Lea tersentak tetapi perlahan ia hanya diam saja di dalam dekapan sang Kakak. "E-em, Kak?" setelah sekitar lima menit lebih tak ada yang berubah, hanya Rezwan memeluknya erat dan menciumi pucuk kepalanya. Lea merasa akward dengan keadaan seperti ini. Jujur, ia masih belum terbiasa dengan semua ini. Eh! Ini baru Kakak pertamanya, bagaimana kalo yang lain apalagi di Yoyo-nya itu. Duh!

Setelah lima detik Lea memanggil, baru Rezwan menjawabnya. Rezwan menatap Lea yang berada dalam dekapannya.

"Kenapa hm?"

Lea menghembuskan napas pasrah. "Kita nggak makan malam, Kak?" Lea bertanya pelan-pelan sembari mendongak, menatap tubuh tegap dan menjulang dihadapannya ini.

Rezwan melepaskan dekapannya. Ia memandang wajah sang adik yang ia rindukan selama lima tahun belakangan ini. Tanpa Lea ia tidak bisa hidup, hampir saja karena Lea pergi, ia mau melakukan percobaan bunuh diri tetapi di gagalkan oleh sang Ayah. Untung waktu itu sang Ayah memberi pengertian kepadanya.

"Yaudah, ayo kita makan By." Rezwan menarik tangan Lea lembut dan membawanya ke meja makan. Sementara Lea, ia hanya mengikuti langkah panjang san Kakak, ia masih syok. Yaampun! Kakaknya itu sungguh berlebihan. Dan apa tadi By? Baby maksudnya? Oh tidak!

•••

Sesampainya di meja makan, disana sudah ada Arsyaf dan Yasmin. Sepertinya mereka menunggu Lea untuk makan malam bersama.

Rezwan menarik kursi duduk lantas mempersilahkan Lea untuk duduk. Kemudian menarik kursi untuk dirinya sendiri dan duduk di sebelah Lea.

"Kenapa lama banget Wan?" tanya Arsyaf menatap putra sulungnya itu, sematara Yasmin dan Lea sudah makan sejak tadi dalam diam.

Rezwan mengangkat bahu acuh. Ia sama sekali tidak tertarik dengan pertanyaan sang Ayah. Ia lebih memilih menyatap makanan yang sudah di siapakan oleh maid. Memakan dengan tenang lantas sesekali ia menyuapi Lea makan dan mengelus serta mencium Lea.

Arsyaf mendengus. Ia menyerah jika di hadapkan oleh Rezwan. Apa susah jika menjawab pertanyaan yang ia lontarkan dengan sopan ataupun dengan jelas. Eh, ini Ayah-nya nanya malah di cuekin. Sopan nggak sih? Memang putranya ini harus mendapatkan gelar 'The Real Is Putra Durhaka'.

"Anak sialan."

•••

Setelah makan malam tadi, Rezwan dan Arsyaf pamit untuk pulang. Sebenarnya Rezwan ingin menginap disini dan tidur bareng dengan Lea. Tapi karena paksaan dari Daddy-nya itu, ia terpaksa eh, ralat, sangat terpaksa mengikuti Daddy-nya dengan malas.

Malam ini, Lea berada di dalam kamarnya. Ia tengah bersantai, sembari membaca buku novel yang ia bawa dari rumah. Setelah ia merasa matanya memberat, ia menutup novelnya dan merebahkan dirinya untuk tidur.

Sebelum tidur, Lea tersenyum menatap langit-langit plafon di kamarnya. "Makasih Tuhan, telah mempertemukanku dengan kelaurgaku kembali. Tapi, ini bukan akhir dari kisahku, melainkan-

"awal dari kisahku."

•••

TBC.

Huft! Mood jelek, terus tangan gatel pen up, tapi ternyata idenya nyumbat ya gini guys:)

Maaf-maaf aja kalo feel-nya nggak dapet, soalnya ini ngebut nulisnya:(

Vote dan komennya yuk! Karena itu adalah asupan dari auhtor.

Ngerti caranya ngehargai kan?

Jaga kesehatan dan semangat daringnya! 💙


AZALEA (ON GOING!) PROSES REVISI TOTAL! Where stories live. Discover now