Bagian 39 : Kau Rumahku

ابدأ من البداية
                                    

Ilham tersenyum geli. "Buat kesimpulan dari jawaban Abang."

"Dikira lagi penelitian apa."

"Latihan, kan kamu habis ini skripsian."

"Tinggal jawab susah banget sih," gerutu Ara.

"Tinggal mikir kesimpulan susah banget sih," ucap Ilham membalik gerutuan Ara. "Bunda lagi kerja sebagai istri yang baik, sama Ayah lagi kondangan."

TINGGAL JAWAB BUNDA LAGI KONDANGAN SAMA AYAH AJA BERBELIT-BELIT AMAT, NYUSAHIN AUTHOR AJA JADI NGETIK BANYAK-BANYAK! gerutu Ara dalam hati.

"Yaudahlah kalau gitu. Ara balik dulu ya, Bang," pamitnya.

"Loh, nggak masuk dulu? Abang masih ada waktu sebelum berangkat kerja."

"Tadi kan udah nyelonong masuk. Lagian Ara tadi niatnya mau ketemu Bunda sama Ayah."

"Kamu nggak kangen sama Abang?" tanya Ilham pelan.

Ara mengulum bibirnya menahan senyum. "Kangen bangettttttt!" seru Ara lalu berhamburan ke pelukan Ilham.

"Ya ampun, udah jadi istri orang aja adek abang ini," ucap Ilham sambil membalas pelukan Ara.

"Abang kapan nyusul?"

"Besok kalau nggak hujan," jawab Ilham ngawur. "Kamu nginep sini? Adam belum balik?"

Ara melepaskan pelukannya. "Enggak, Bang, niatnya mau mampir sebentar liat keadaan Bunda sama Ayah secara langsung. Lagian Bang Adam balik besok pagi, takutnya pas nyampe aku nggak ada di rumah kan kasihan capek-capek."

"Yaudah kalau gitu. Kalau senggang kesini lagi sama Adam."

"Siap mantan bossque," ucap Ara sembari nyengir lebar.

***

Malam ini, Ara hanya berguling-guling di atas kasurnya. Adam tak kunjung bisa dihubungi. Walaupun pesannya sudah centang dua, tapi tak kunjung dibalas.. Cemas tentu saja. 

Di tangannya ia menggenggam ponsel dan juga baby Adam 'gantungan kunci miniatur Adam dari flanel', buatan Adam tempo hari.

"Bang Adam baik-baik aja kan?" tanyanya ke gantungan kunci di tangannya. "Abang nggak lupa buat pulang kan?"

Ara kemudian menggelengkan kepalanya. "Kendalikan dirimu, Ra. Ini cuma gantungan kunci," ucapnya menyadarkan dirinya sendiri. Ia mematikan lampu tidur kemudian memilih tidur dengan memeluk gantungan kunci Adam.

Setelah Ara telah benar-benar terlelap, pintu rumah terbuka. Terlihat Adam memasuki rumah dengan membawa sebuah tas besar. Ia berjalan mengendap-endap ke arah kamarnya. Saat sampai di depan kamar, ia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuket bunga dari tasnya dan sebuah kotak.

Dengan pelan, ia membuka pintu kamar yang gelap.

"Kok gelap? Ara udah tidur?" gumamnya. Dan benar saja, saat ia menyalakan lampu, ia melihat Ara sudah tidur. 

Sedetik kemudian, Ara merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Hal itu membuat Adam melihat baby Adam yang digenggam Ara. Hati Adam menghangat melihatnya. Ia tersenyum dan duduk di samping Ara. Ia menyelipkan rambut yang menjuntai di pipi Ara ke belakang telinga dengan sangat pelan. Takut menyadarkan Ara. Namun, sepelan apapun, Ara tetap saja terbangun. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Bang Adam?!" kaget Ara yang dibalas senyuman manis oleh Adam. Langsung saja Ara berhamburan ke pelukan Adam. "Bang Adam kemana aja sih seharian nggak bisa dihubungi? Abang nggak lupa sama Ara kan?"

Adam mengelus-elus rambut Ara dan melepaskan pelukan Ara. "Gimana mau lupa kalau kamu tempatku pulang, Ra. Kamu rumahku. Kemana pun aku pergi baliknya ya ke kamu. Ini, Abang punya hadiah buat kamu." Adam memberikan sebuket bunga dan sebuh kotak.

"Wah, oleh-oleh nih," Ucap Ara senang. "Makasih ya, Bang. Ini apa?" tanya Ara mengocok-kocok kotak ditangannya.

"Buka aja."

Ara menurut dan melihat sebuah kalung. "Wah, bagus banget, Bang. Makasih."

Adam mengambil kalung di tangan Ara. "Sini Abang pasangin."

Ara pun mengangkat rambutnya untuk memudahkan Adam memasang kalung. Namun, saat Adam memasangkan kalung tersebut, Ara tersadar bahwa jarak mereka sangat dekat. Napas Adam dapat Ara rasakan di lehernya.

Selesai melepaskan kalung, Adam menggangkat wajahnya dan melihat Ara dari jarak yang sangatlah dekat. Mereka saling memandang lekat.

Adam semakin memangkas jarak di antara mereka. Melihatnya, Ara menutup mata. Sebuah tarikan pelan menarik dagu Ara dan ciuman yang dalam mendarat di bibirnya, Ara membalasnya tidak kalah dalam.

Di saat ciuman mereka, ia teringat wejangan dari Puput.

Ciuman panjang itu terlepas. Bibir mereka tidak lagi bertaut. Namun, mereka masih saling pandang lekat. "Aku sayang kamu, Ra," ucap Adam kemudian mencium kening Ara lama. 

"Ara juga sayang sama Bang Adam."

Saat Adam hendak bangkit dari duduknya, Ara mencekal tangannya. "Kenapa, Ra?"

Ara tampak diam berpikir. Kemudian Ara mendekat ke arah Adam. Kedua telapak tangannya menapak di bahu bidang Adam. "Ra? Kenapa?" Adam terlihat bingung.

Tangan Ara kemudian merosot pelan ke dada bidang Adam. Membuka kancing baju hem yang Adam satu persatu. Adam memalingkan wajahnya. "Ra, jangan gini, nanti Abang bisa khilaf."

Saat telah selesai dengan kancing baju Adam, Ara beralih membuka kancing bajunya satu persatu. Namun, Adam menahan tangan Ara, mencoba mengehntikan tindakan Ara yang tiba-tiba.

"Ayo, Bang," ucap Ara yang membuat Adam terkejut. "Pasti berat ya, Bang? Selama ini nahan semuanya gara-gara kesepakatan yang Ara buat."

"Ra, tatap mataku," ucap Adam. Ara dengan takut-takut menatap ke mata Adam. "Kamu serius?" tanyanya.

"Iya, Bang. Biarkan Ara memenuhi kewajiban Ara."

"Kalau hamil gimana? Eh-" Pertanyaan bodoh terlontar dari Adam saking kagetnya.

"Kata Puput, ada teknologi yang namanya...." Ara membisikkan lanjutanya ke telinga Adam.

Adam terkekeh pelan. "Tapi Abang nggak punya itu."

Ara menggaruk kepalanya bingung kemudian berkata, "Nggak apa-apa, Bang. Kalau hamil berarti itu rezeki. Abang bisa bacakan doa sebelum malam pertama kita yang tertunda?"

Adam yang mendengarnya tersenyum bahagia. Ia pun meletakkan tangannya di kepala Ara dan membacakan do'a.

Dengan jantung yang berdegup lebih kencang dari ciuman tadi, Ara memasrahkan dirinya pada Adam. Dengan perlahan, bibir mereka bertaut kembali dan sebelum Adam melanjutkan melepaskan kancing baju Ara yang sempat ia tunda, ia mematikan lampu tidur. Kemudian gelap pun menyambar ke segala arah.

***

Semoga sukaaaa.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Tertanda Dosenmu (Complete ✓)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن