Setelah kejadian siang itu, Jelita menjadi lesu dan tak bersemangat saat pulang kerumah berbeda dari biasanya yang sangat ceria, sampai Rendra bingung di mobil ketika melihat muka adiknya yang terus saja ditekuk.
"Lita, ada apa lagi? Kenapa lo diem aja?" tanya Rendra ikut duduk di sofa dengan Jelita yang terdiam dengan tatapan kosong.
Jelita tak mendengar ucapan Rendra yang mengajaknya berbicara.
"Woi!" panggil Rendra dengan nada tak santai, membuat Jelita terkejut mengedipkan matanya dengan cepat berusaha untuk tidak melamun.
"A-apa?kenapa?" ucapnya terbata-bata.
"Lo kenapa sih?"
"Gapapa, gue cuman capek kak," jawabnya langsung beranjak pergi ke kamarnya.
"Kemana?" tanya Rendra bingung.
"Kamar," sahutnya malas.
"Tunggu..," panggil Rendra menahan kepergian Jelita yang beranjak menuju tangga kamarnya.
"Kasih Lita waktu untuk sendiri!" cetus Jelita melirik Rendra dengam tatapan tajam.
"Oke," sahut Rendra pasrah memaklumi adiknya, mungkin ia sedang pms pikirnya.
Jelita menutup pintu dengan perlahan dan berusaha untuk tidak menimbulkan sebuah suara, ia perlahan duduk di lantai dengan kaki yang tersilang dan mendekapnya, matanya menatap langit-langit diding kamar. Entah apa yang dirasakan hati Jelita bercampur aduk,takut,marah dan kecewa karena masih saja teringat ucapan Gilang yang menyakitkan baginya.
Sore ini ia tak berani mengirim pesan seperti biasanya untuk Gilang, Jelita tau pasti pria itu bisa marah besar jika sore ini akan mengirimkan sebuah pesan untuk Gilang. Air matanya berhasil lolos lagi membasahi pipinya, ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sesegukan dikamarnya, sakit namun ia menahan agar Angga papanya tidak memarahi atau khawatir kepadanya.
"Hiks, Jelita nggak boleh nangis cuman gara-gara hal sepele itu! Jelita kan calon pacar Gilang, nggak boleh cengeng dong! Jelita harus kuat," gumam Jelita mengusap air matanya dengan lengan bajunya.
Dengan sigap, Jelita berdiri menuju kamar mandi untuk berendam menenangkan dan merelax kan tubuhnya dan memijit kepalanya perlahan membuatnya semakin tenang seolah masalah itu perlahan hilang.
~🍃~
Kali ini Gilang sendirian dirumah, karena baru saja mendapatkan pesan dari Daniel Papanya kalau Kenzo bermain di rumah neneknya sore ini. Ia melemparkan jaket jeans nya ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya, mengusap-usap muka nya dengan cepat masih mengingat kekalahan yang ia alami tadi siang, namun hatinya tiba-tiba terpikir oleh gadis yang dimarahinya di depan banyak orang ada sedikit perasaan iba karena telah membentaknya, tetap saja menurutnya gadis itu yang disalahkan menurut Gilang sendiri.
"Bocah itu ngga nge chat gue sore ini? Ya baguslah kalo dia ngga berisik dan gue harap dia ngga bawel di sekolah besok, biar buat pelajaran lo kaum hawa," gumam Gilang melemparkan ponselnya ke lantai dengan santainya.
Drrtt...Drrtt..
Hp milik Gilang berbunyi di bawah lantai ada sebuah telepon dari Daniel, ia pun mengambil nya dengan Papanya.
"Hallo Pa?" jawabnya menyahut panggilan lewat telepon Papanya.
"Gilang, Papa sama Kenzo kayaknya bakal nginep di rumah nenek deh, Lang soalnya nenek kangen sama Kenzo nih udah lama nggak ketemu, kamu ngga apa kalo dirumah sendiri? atau ajakin Dito buat nginep nggak apa-apa kok," jelas Daniel memberi tahu kabar Kenzo dan dirinya yang akan menginap di rumah Neneknya.
YOU ARE READING
||BEAUTIFUL LIGHT✨||
Teen Fiction"To the point! Gue gasuka bertele tele!!" ucap pria itu lantang dari tengah hujan deras menguyur "LITAA SUKAA SAMA KAMU!! LITA MAU JADI PACAR KAMU" Jawab gadis itu sedikit mengigil karena kena air hujan "Kalo iya lo mau.. Sini peluk gue.." pinta...
