25 - our relationship

Start from the beginning
                                    

"Itu dia, Harry Potter berhasil mendapatkan Snitch, Gryffindor menang!" Rosie menghentikan laju sapu terbangnya dan menoleh. Apa? Harry berhasil mendapatkan Snitch?

Begitu pertandingan akhirnya selesai atas kemenangan Gryffindor, mereka langsung turun kebawah dan saling berjabat tangan. Rosie mengucapkan selamat pada Ron atas kemenangan Gryffindor dan Ron pun juga memberikan selamat pada Rosie karena tahun ini dia bisa bermain Quidditch dan mendapatkan posisi sebagai Chaser. Ya, walaupun tetap saja dalam hati Rosie sedikit kesal karena Ravenclaw harus kalah. Tapi syukurlah ini baru pertandingan pertama. Nanti, saat dia bertanding lagi melawan Hufflepuff, Rosie bersumpah akan lebih agresif lagi saat bermain supaya tim Ravenclaw bisa menang.

"Hai, teman-teman. Maaf, aku gagal mendapatkan Snitch nya!" sahut Cho merasa bersalah.

"Ya, tidak apa-apa, Chang."

"Cho pasti tidak fokus saat bertanding tadi karena lawannya adalah Harry."

"Yah! kau ini bicara apa!" sahut Cho dan langsung menutup mulut Rosie.

"Haha, aku hanya bercanda."

Mereka pun memasuki ruang ganti dan berganti baju kembali. Rosie memasukkan seragam Quidditch nya kedalam tas ranselnya dan terdiam sejenak---nampak sedang berfikir. Dia pun tidak sadar ketika Cho memanggilnya, "Rose, ayo!" Cho menunggu di depan pintu sambil menjulurkan tangannya.

"Um---kau duluan saja. Aku masih menunggu seseorang."

"Aw, siapa itu? apakah kau sudah mendapatkan pengganti Draco? Oh! atau---Ernie sudah menjadi pacarmu?" goda Cho sambil terkekeh.

"Kau itu bicara apa? tidak---aku sedang menunggu temanku yang lain." ujar Rosie.

"Benarkah??"

"Yah Cho! sebaiknya kau segera pergi dari sini."

"Ish, Aku 'kan hanya bertanya, Rose. Kenapa kau malah mengusirku? Kau terlalu senstif," ejek Cho. Rosie memanyunkan bibirnya dan kembali berkata, "Cepat pergi, nanti yang lain malah meninggalkanmu, kau 'kan penakut," goda Rose.

"Aku tidak penakut! hah, sudahlah, sampai bertemu di Dorm, Rose~" Cho pun menutup pintu dan kemudian keluar dari ruang ganti.

Begitu Cho pergi Rosie menghela nafasnya sambil menunduk. Gadis itu menatap lantai ruang ganti ini dengan tatapan kosong.

'Kau sudah berjanji untuk bertemu denganku. Kau sudah berjanji akan menonton pertandingan pertamaku. Dimana sebenarnya kau, Draco?' batin Rosie.

Jujur, dia sedikit kecewa karena Draco sama sekali belum menemuinya lagi setelah hari libur selesai. Padahal, di surat yang Draco kirim dia sudah berjanji untuk menemui Rosie lagi ketika mereka kembali ke Hogwarts. Yang membuat Rosie tambah khawatir adalah, sudah lima hari ini Draco tidak pernah masuk kelas. Entah kemana perginya lelaki itu. Dia seakan tidak kapok membuat Rosie khawatir padanya.

*

Draco melangkahkan kakinya dengan cepat begitu dia berhasil keluar dari ruang kebutuhan. Dia benar-benar lupa kalau hari ini adalah pertandingan Quidditch Rosie. Lelaki itu terlalu lelah dan sibuk memperbaiki lemari sialan yang ada di ruang kebutuhan itu---yang bahkan sampai sekarang pun tidak kunjung selesai untuk ia perbaiki.

Draco mengelap keringat yang mengalir di dahinya dan menarik ikatan dasi hitam yang dipakainya sampai melonggar. Lelaki itu juga melepaskan dua kancing teratas kemejanya dengan kasar. Sial! semoga saja dia belum telat.

Draco menarik nafas kasar ketika dia terus berjalan menelusuri koridor Hogwarts dengan tergesa. Semua jadwal kegiatannya seakan sudah berantakan semua. Draco bahkan sengaja untuk tidak menghadiri kelas pelajaran favoritnya beberapa hari terakhir ini karena dia terlalu khawatir dan hanya fokus bekerja untuk memperbaiki lemari yang ada di ruang kebutuhan itu.

Sweet and Bitter • [Draco Malfoy] ✔️Where stories live. Discover now