Bab 9: Awal Kesalahpahaman

Mulai dari awal
                                    

            Alex.

            Aku melenguh dalam hati. Sama sekali tak menyangka manusia aneh dan misterius itu adalah pemburu. Jujur saja, aku masih belum bisa memercayainya. Dia terlihat begitu… baik. Tidak seperti Sandra yang terlihat begitu mengerikan sebagai penjagal vampire.

            “Tetap saja, itu terlalu berlebihan,” sahut Alex masih dengan nada gusar yang sama. Tangannya disilangkan di dada. Dia berdecak pelan. “Sudahlah. Aku akan menjaganya dan dia tidak akan kabur.”

            Jelas tidak mungkin dengan rantai sekuat ini. Mendadak aku bertanya –tanya apakah ruangan ini digunakan untuk menyekap sekaligus mengeksekusi vampire. Aku bergidik membayangkannya.

            “Terakhir kali aku menyuruhmu menjaganya, kau malah melepasnya,” sindir Sandra tidak senang.

            Aku meringis mengingat hari dimana aku terbangun di tempat tidurnya. Sial, Alex ternyata pintar berakting. Kukira dia benar –benar tak tahu menahu ketika menemukanku di tempat tidurnya.

            Alex bergerak tidak nyaman. Dia mengacak –acak rambutnya salah tingkah. “Well, yah, terjadi sesuatu hal.”

            Kalau bisa, mungkin wajahku sekarang akan menjadi semerah tomat menyadari apa maksud perkataan Alex. Pertemuan terakhir itu, dengan mengabaikan masalah tato, kalau diingat –ingat benar –benar memalukan.

            Apalagi ciuman itu.

            Oh, ya ampun, aku berciuman dengan seorang pemburu vampire!

            Kurasa kalau bisa aku akan menendang diriku sendiri. Aku lebih kaget memikirkan aku benar –benar berciuman dengannya daripada fakta bahwa dia seorang pemburu. Ada yang salah dengan otakku.

            Sandra mengangkat bahu seolah tak peduli. Atau bisa dibilang tidak tahu detail kejadiannya. “Terserahlah. Jaga dia dengan benar dan jangan berpikir untuk melepaskannya.”

            “Kau akan pergi?”

            Aku berharap dia pergi.

            Sandra berjalan pergi menuju pintu kayu besar yang terbuka sebagian. Aku melihat sejumlah anak tangga dibaliknya. Sudah jelas ini memang ruang bawah tanah. “Ya, aku harus mengurus….” Seolah teringat sesuatu dia membalikkan badan. “Ah, siapa namanya?”

            “Cedrid.”

            Aku terkesiap mendengar nama adik Alcina itu disebut. Apa yang akan dilakukan Sandra padanya? Untungnya, keduanya tidak menyadari bahwa aku bereaksi terhadap percakapan mereka. Sandra melenggang pergi dan menutup pintu besar itu dengan suara berdebam keras meninggalkan Alex yang masih bergeming dan aku yang gelisah memikirkan apa yang akan dilakukan Sandra.

            Selama beberapa lama Alex masih mematung dan aku hanya bisa menatapnya dalam diam. Aku bimbang antara memilih berpura –pura tak sadarkan diri atau mengkonfrontasinya sekarang juga. Selama aku masih menimbang –nimbang, Alex menghela nafas berat sebelum akhirnya membalikkan badan ke arahku. Dia menatapku tepat di manik mata sebelum aku bisa mengalihkan pandangan.

            Dia terlihat sedikit terkejut kemudian menutupinya dengan sempurna karena wajahnya kembali datar tanpa ekspresi apapun. Alex berjalan mendekat tanpa suara sampai akhirnya berdiri tepat di sebelahku.

            Tak kududa, dia mengulurkan tangannya dan menyentuhkan jemarinya di dahiku. “Kau baik –baik saja?” Aku berjengit kaget tetapi membiarkannya saja ketika dia tetap bersikukuh menyentuhku. Seorang pemburu seharusnya tak perlu seperhatian itu. Tak perlu mengkhawatirkanku seperti itu. Dia terlalu baik hingga rasanya aku tak bisa menganggapnya sebagai seseorang yang harus kutakuti.

The GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang