Kalau ada yang udah halal, ngapain cari yang dosa.
.
.
.
.
.
....."Lo-"sambil menunjuk nunjuk muka kei, arina bersiap menenyemburkan kemarahan nya yang sudah mati matian ia tahan untuk tak dikeluarkan. Tapi saat tak sengaja matanya melihat jam di tangan nya yang sudah menunjukan pukul setengah sepuluh, ia urung kan karena waktu istirahat yang sudah habis apalagi nanti ada ulangan fisika lisan.
"Apa apa"dengan muka songong nya, kei berusaha memancing amarah rina agar kembali tersulut. Entahlah tapi kei emang suka cari masalah
sambil mengatur napasnya rina berusaha menghilangkan kemarahan yang sudah menumpuk di di kepala nya. Mengipas ngipasi kepala nya, berharap bisa mendapatkan ketenangan hati dan pikiran dalam menghadapi orang macam kei.
"Kalo mau gua cipok, buka dulu dong gerbang nya"ucap kei santai
Wah Wah, gak bisa di biarin nih
Habis sudah kesabaran rina, tak peduli lagi dengan ulangan fisika nya, toh nanti juga dia bisa nyusul, sekarang yang terpenting adalah menghadapai mulut julid kei.
mulut kei emang udah dari sono nya kecipta julid jadi gak bisa ditunda tunda lagi untuk menahan amarahnya."Pak"
"Buka gerbangnya"ucap rina dengan nada ketus tanpa melihat pak satpam yang segera bergegas bukain gerbang nya. Fokusnya masih pada kei yang sekarang malah mendengus marah. Entah apa yang ada di pikiran kepala cowok nakal itu.
Ah sepertinya rina tau'Apa apaan maksut mami ini, kenapa giliran di perintah rina aja diturutin ame pak satpam nya, lah sama anak sendiri malah belagu'batin kei kesal, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran mami nya itu.
Mungkin kebanyakan jalan sani sini, ghibah sana sini sama rina ya gini, entah jurus apa juga yang di gunakan rina agar bisa sedekat itu sama mami nya, bahkan dulu sewaktu kei mengenalkan pacarnya gia yang sekarang juga masih menjadi pacarnya sebelum ia menikahi rina saja gak sedekat itu sama maminya.
Mungkin emang mulutnya sama sama suka julid ya gini, kalo di liat-liat juga mami nya lebih sayang rina deh dari pada anak kandung sendiri ini. Apalagi setelah 3 bulan terhitung sejak ia mengikrar kan ijab kabul dirumah rina.
Sehari aja gak pernah ada absen untuk maminya bertemu rina, entah apa yang mereka lalukan seharian-_.
Iya statusnya sekarang bukan lagi lelaki lajang tapi sudah berpredikat menjadi seorang suami dengan rina yang menjadi instrinya. Huh mendengarnya saja sudah membuat kei geli sendiri.
"Nah pak"ucap kei sambil melemparkan kunci mobilnya pada pak satpam yang di tangkap dengan sigap karna tak ingin susah-susah memparkirkan kendaraan nya setelah melihat gerbang nya sudah terbuka lebar.
Mending ia disini aja adu bacot sama rina, rasanya nya lebih seru. Mengingat ia juga belum mendapatkan jatah morning kiss nya.
Sambil mesisingkan lengan baju kanan kiri seragam nya, kei perlahan berjalan ke hadapan rina. Melepas satu persatu kancing seragam yang tadi ia pasang hanya untuk pencitraan di depan papinya saja.
Memperlihatkan dalaman baju hitamnya yang tak pernah absen ia pakai. bahkan mungkin satu lemari baju kei semua nya rata-rata warna hitam, ada sih warna biru atau lainnya tapi masih bisa di itung lah pake jari.
Setelah semua kancing nya terlepas kei perlahan melepas baju seragamnya, menyampirkan ke pundaknya agar sewaktu waktu kalo ada guru bk langsung gampang pakai nya lagi.
Rina yang sedari tadi memperhatikan kelakuan kei hanya mendengus lirih
"Pake gegaya segala lengannya di sisingin , ujung-ujung nya juga di lepas."gerutu rina sambil hanya mengerakan bibir nya yang monyong-monyongin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keirina
Teen Fiction(Slow update) Hanya menceritakan sebuah cerita klise dimana memperlihatkan gampang susahnya Rina dalam merubah cowok playboy+nakal Menjadi cowok yang sebegitu bucin padanya. "Keiiiiiiiii"teriakan Rina begitu menggelegar memenuhi setiap sudut rumah M...