v. Sebungkus Roti Berkat Jaemin

250 74 36
                                    


Hari menjelang pagi dengan matahari yang masih bersembunyi dari batas pandangan. Aleta terbangun setelah berkali-kali terjaga sebelumnya. Ia sama sekali tidak bisa tidur tenang, tubuh dan pikirannya was-was dalam situasi saat ini. Bersyukurlah ia tidak ada bencana yang sepanjang malam hingga detik ini.

Api unggun sudah padam. Beberapa orang lainnya sudah ada yang terjaga, ada pula yang masih terlelap. Ada sekitar lima puluh orang yang berkumpul di sini melingkari api unggun yang tidak lagi berkobar.

"Adakah dokter di sini?!" seru seseorang yang berhasil membuat kepala-kepala menoleh ke arahnya.

Namun, nampaknya tidak ada satu pun dokter di sini sebab tidak ada yang bergerak mendekati pria tersebut atau mengacungkan tangannya. Mukanya kalut, ia kembali bersorak, "Pemilik minimarket membutuhkan penanganan dokter! Ia kejang-kejang!"

Beralihlah semua pandangan ke arah kaca minimarket yang transparan, menampakkan pemilik minimarket yang tengah bergulat dengan kejang-kejang di hamparan lantai minimarket miliknya. Semua orang panik melihatnya.

Sayangnya tak kunjung ada yang maju sebagai dokter, pemilik minimarket nampak kesakitan di tengah kejangnya.

Tiba-tiba seseorang di sebelah Aleta berdiri dan segera berlari kecil ke dalam minimarket, ia Jaemin, melesat secepat mungkin hendak menolong pemilik minimarket. Dengan cekatan dirinya menjangkau pemilik minimarket. 

Jaemin mengambil tindakan awal dengan menyangga kepala pemilik minimarket itu ke atas pahanya. Kemudian tangannya dengan segera mengendurkan bagian pakaian yang mencengkram ketat tubuh pemilik minimarket tersebut, nampak kancing kemeja bagian atasnya dilepaskan. 

Pemilik minimarket tersebut memuntahkan isi perutnya, dengan cekatan Jaemin memiringkan kepala bapak tersebut demi menghindari muntahan memasuki paru-parunya. Tidak lama akhirnya pemilik minimarket mulai sadar dari kejang-kejangnya, ia terbatuk dan kembali memuntahkan sisa muntahan yang masih tertahan di lehernya.

Begitu kejang-kejangnya sudah benar-benar berhenti, bapak pemilik minimarket tersebut mencoba duduk dengan perlahan. Jaemin membantunya. 

Aleta menatap Jaemin kagum dari luar minimarket. Apakah Jaemin seorang mahasiswa kedokteran? pikirnya.

Jaemin nampak mengatur letak dan posisi duduk pemilik minimarket, wajah pemilik minimarket tampak lesu dan terlihat bernapas kasar, mungkin efek dari kejang-kejang barusan.

Tidak lama setelahnya, sesudah memastikan pemilik minimarket sudah baik-baik saja, Jaemin segera kembali keluar dari minimarket. Orang-orang bertepuk tangan sebagai tanda pemberian apresiasi Jaemin atas pertolongan pertama yang ia berikan pada pemilik minimarket tersebut. 

Jaemin kembali duduk di sebelah Aleta. "Wow kamu benar-benar keren!" puji Aleta menepuk kedua tangannya pelan.

 "Terimakasih," ia membungkukkan badannya sedikit.

Aleta menyelonjorkan kedua kakinya, tangannya mengangkat pelan kepala Jio yang dipangku di atas pahanya demi membenarkan posisi tidur adiknya. Ia berkata, "Kamu mahasiswa kedokteran ya?"

Lelaki di sebelahnya mengangguk kecil, "Kurang lebih."

"Ah, aku jadi malu perihal  cara menangani luka di kakimu tempo hari," dengus Aleta sembari menggerakkan jemari-jemari kakinya.

"Tidak kok, itu sudah bagus," kini Jaemin yang memuji Aleta, entah memang terpaksa memuji.

Matahari mulai naik dari balik ujung penglihatan, menandakan sudah pagi. Langit tidak lagi mendung seperti kemarin sore, hingga kehancuran bangunan mulai terekspos jelas. Benar-benar hancur lebur, hanya ada beberapa bangunan yang masih berdiri, dapat dihitung oleh jari.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 12, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ParagonWhere stories live. Discover now