'Chapter |7|'

50 9 25
                                        

"Lita, kamu udah selesai ngerjain PR?" tanya Angga yang duduk di sofa ruang tamu dengan segelas teh hangat bersama putrinya yang asik barmain ponsel.

"Udah Pa, emang kenapa?"

"Papa lihatin dari tadi senyum-senyum gitu lagi chatting sama siapa hayo," ucap Angga menggoda Jelita yang langsung menatap Angga yang mulai curiga dengannya.

"Papa apaan sih, orang ini sama temen lita kok," sahut Jelita dengan cepat.

"Ya kalau sama pacar juga nggak apa-apa Lita" 

"Maksud Papa apa?" tanya Jelita lirih

Angga tersenyum dengan pertanyaan putrinya yang kelihatan masih polos, "Lupain aja tadi, belajar dulu sana," pinta Angga sambil mengelus kepala Jelita.

"Maksud Papa apa? Aku boleh pacaran? Serius nih boleh," gumannya sambil tersenyum lalu menuruti kata Angga yang menyuruhnya belajar.

Jelita merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk dengan perasaan sangat senang mendengar Angga yang mungkin memperbolehkannya pacaran, semakin bulat juga tekad nya untuk mengejar Gilang sang idamannya itu.

"Papa baik banget hari ini hehehe, kenapa gue deg-degan gini sih," ucapnya mencubit pipinya sendiri yang sedikit chubby.

Ceklek..

Agatha membuka pintu kamar putrinya yang tersenyum bahagian di kamarnya, ia menghampiri Jelita dan duduk di samping Putri nya.

"Wihh anak mama kenapa senyumnya manis banget, ada apa?"

Jelita sedikit terkejut dengan kehadiran Agatha, "Mama ngagetin Lita aja"

"Yaudah maaf, kamu seneng banget tadi jadi Mama kepo dong," ujar Agatha tersenyum candu.

"Engga apa-apa kok, Lita cuman seneng aja sore ini libur les," jawabnya ikut duduk di samping Agatha.

"Calon polwan kok seneng libur sih?"

"Ya habisnya Lita capek tugas mulu kalo les, ya wajar kalo seneng," ucap Jelita tanpa menatap Agatha yang sedikit marah mendengar jawabannya.

"Inget ya Lita, Mama nggak mau lihat kamu males-malesan gini!"

"Iya Ma, Lita minta maaf"

"Yaudah sana belajar, jangan sampai nilai kamu turun," ujar Agatha yang beranjak menuju ke dapur melanjutkan memasak untuk makan malam.

"Iya ini lita mau belajar kok," jawabnya lesu.

Jelita mengambil buku diary tebal nya dari rak buku yang berisi curahan hatinya bertahun-tahun tanpa diketahui seorang pun, ia memandangi tulisan yang sudah lama disimpan dan membaca ulang kejadian yang di tulisnya, baik buruk maupun tidak.

Gadis itu menghela nafas berat, ketika membaca kejadian buruk yang ia alami semasa kecilnya, semasa kecilnya Jelita dipaksa orang tua dan keluarga Angga yang terkenal keras dalam mendidik anak-anaknya untuk selalu mendapatkan rangking di kelasnya.

Jelita sempat frustrasi dengan sikap keluarga Angga yang menekannya untuk menjadi anak yang berprestasi, padahal saudaranya tidak semuanya memiliki kepandaian namun tidak ada yang memarahinya, berbeda dengannya ketika ada nilai yang turun, Jelita harus siap dengan omelan keluarganya.

"I know this is for my good, tapi bukan gini caranya," ucap Jelita lirih berusaha menahan air matanya keluar dengan mengedipkan matanya cepat.

"Mending gue cari udara di luar aja mungkin, siapa tau ada kang cilok ganteng," gumamnya tersenyum sinis, ia mengambil hoodie polos warna putihnya dan keluar rumah mencari udara entah sampai mana nanti pergi nya.

||BEAUTIFUL LIGHT✨|| Место, где живут истории. Откройте их для себя