Chapter 17 - The Master of Manipulate

164K 16.4K 1.7K
                                    

"AAAAAAA!!"

Cassandra berteriak seraya terbangun dari berbaringnya, dia terduduk di atas ranjang dalam keadaan sudah sadar. Dia kini telah berada di dalam kamar. Hari sudah pagi ternyata.

"Huuhhh …." Perempuan itu mengembus napas panjang. Menenangkan dirinya. Kejadian semalam benar-benar mengerikan, dan sialnya masih berputar-putar dengan jelas dalam ingatan Cassandra.

Jika menjadi Cassandra, apa yang kamu rasakan ketika mengetahui secara langsung adegan pembunuhan sesadis yang Ace lakukan?

Takut?

Biasa saja?

Atau, justru merasa senang?

Kalau kamu memilih opsi ketiga, segera periksakan kejiwaanmu secepatnya. Takutnya ada bibit-bibit psikopat.

Selang beberapa saat kemudian, Margareth masuk ke kamar sambil membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur serta segelas air mineral.

Menghampiri Cassandra yang masih stres berat, meletakkan nampan tersebut di atas nakas sebelah ranjang, lalu Margareth berucap, "Nona baik-baik saja, kan? Wajah Anda masih pucat. Tapi syukurlah Anda sudah sadar. Sekarang, mohon dimakan dulu buburnya."

Cassandra mengangguk dengan tatapan kosong ke depan. Pikirannya masih melayang. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

Damn, she's too depressed to eat!

Messed up!

Fuck!

Kembali mengingat darah Paulina membuat perut Cassandra mual. Dia tidak bernafsu untuk makan. Apalagi bayangan perut Paulina yang dibor hingga darahnya muncrat kembali memenuhi kepala. Semakin membuat perempuan itu ingin muntah. Kemarin adalah malam paling mengerikan, menakutkan, sekaligus menjijikkan dalam hidup Cassandra. Semoga tidak ada malam-malam seperti itu lagi di kemudian hari. Cassandra tidak sanggup jika harus kembali menyaksikan aksi gila Ace.

Cukup sekali saja.

"Na? Nona?"

"Hem? Ya?" sahut Cassandra linglung.

"Ayo dimakan."

"Nanti," singkat Cassandra.

Dia melamun lagi.

Benar, masih bisa hidup hingga detik ini merupakan sebuah keajaiban. Cassandra harus banyak-banyak bersyukur karena Tuhan masih melindungi nyawanya.

"Nanti buburnya keburu dingin," ucap Margareth, membuat Cassandra tersadar dari lamunannya.

"Aku tidak lapar."

"Tapi sejak pingsan hingga sekarang, Anda belum memakan apa pun." Terlihat jelas sekali bahwa Margareth khawatir dengan keadaan Cassandra.

"Mau saya suapi?" tawarnya.

"Ti---"

"Tolong biarkan saya menyuapi Nona," potong Margareth seraya mengambil semangkuk bubur lalu duduk di tepi ranjang.

Cassandra tidak ada kuasa untuk menolak. Dia menurut sambil tersenyum tipis. Lalu memakan suapan pertama dari Margareth.

"Bibi jangan berbicara terlalu formal kepadaku, aku merasa tidak nyaman," kata Cassandra setelah menelan bubur di mulutnya.

"Mulai sekarang, bicara yang santai saja jika denganku, oke?"

Selain bersikap masa bodoh dan suka berbuat seenaknya, Cassandra juga tipe orang yang suka memerintah. Evano adalah korban yang sering mendapatkan perintah macam-macam darinya.

"Saya---"

"Bi …."

"Baiklah," kata Margareth tersenyum ramah.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang