에피소드 3

59 0 0
                                    

“Eh, lo Fikha kan? Adeknya Dion?”

“Iya.. Kenapa emangnya?” tanyaku penasaran. Aku sedang duduk di halaman depan sekolah, menanti hujan yang turun dan dia juga disana bersama teman-temannya. Menciptakan jarak antara aku dan dia.

                “Oh.. lo baru masuk sini kan? katanya lo yang mau minjem buku ya? Mana daftarnya?”

 

                Dan berawal dari situlah sebuah cerita baru tertulis.

 

9 tahun yang lalu…..

------

                “Astaga FIKHAA !!” teriak temanku hingga satu penjuru ruangan sepertinya mendengar teriakannya.

                “Kenapa? Bener dong.. ih.. aku jadi ga ngerti deh.” Jawabku dengan polosnya. Memang tingkahku yang polos dan lemot membuat orang-orang bahkan sahabat-sahabatku harus ekstra duper duper sabar.

                “hufff.. jadi gini yaa.. client kita itu mintanya foto pre-wednya di tempat yang suasananya tuh syahdu dan tenang gitu.. gak di pegunungan juga kali….” Jawabnya dengan nada pasrah. Aku bekerja di sebuah Event Organizer dan lebih tepatnya di bagian kreatif sekaligus merangkap sebagai fotografer. Aku sangat menyukai pekerjaan ini. Pernah sewaktu-waktu ada pasangan yang ingin foto pre-wednya di Korea. Tentunya dengan dibiayai oleh tempatku bekerja aku bisa pergi kesana meskipun hanya ke pulau kecil. Hampir semua aku tangani. Foto Pre-wed, foto buku tahunan, launching produk atau tempat baru, dan pesta ulang tahun. Tapi dari semua yang pernah aku tangani, satu hal yang belum pernah aku tangani adalah.. mengurus pernikahannya itu sendiri.

                Entah kenapa bagianku hanya foto-foto sebelum pre-wed. Paling maksimal mendekorasi ruang pernikahannya. Padahal aku kan juga  pingin merasakan ngurusin pernikahan orang dan ngeliat mereka bahagia karena kemahiranku mendesign acara sedemikian mungkin.

                “Ya bener dong.. pegunungan kan syahdu trus tenang lagi. Bebas dari polusi.” Kataku menambahkan.

                “Duh.. yang bener aja, Fik.. yakali mereka udah cantik dan ganteng pake baju pernikahan trus fotonya di pinggir jurang..” balas temanku sambil memijit-mijit keningnya. Harap maklum ya, paling miris sih sampai jedotin kepala ke dinding.

                Hal yang paling rumit dalam pekerjaan ini adalah mengerti maunya pelanggan. Pernah sewaktu-waktu ada yang minta foto pre-wed ala-ala tarzan. Katanya sih biar anti-mainstream. Ada juga yang pinginnya di taman ala-ala India. Sekarang ada yang request di tempat yang syahdu dan tenang. Namanya juga pekerjaan.

                Hari ini aku kerja lembur lagi. Terima kasih untuk calon sepasang pengantin yang request tempat yang menurutku rumit. Mencari tempat kan ga mudah, harus googling, reservasi tempat dan lainnya. Iya kalo langsung ketemu dan pas. Sekarang aku seperti agen tur perjalanan saja.

                “Eh, udah mulai tuh acaranya”

                “Wah mana-mana? Minggir gue juga mau liat !”

 

                Kudengar suara bisik-bisik dari samping mejaku. Seperti biasa, teman-teman kantorku disini suka sekali sama acara baper-baperan yang sedang booming itu.

Waktu Indonesia bagian BaPerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang