Chapter 5 : The Destroy of Schaeya's Sword

Start from the beginning
                                        

-----

     Yuki membawa mereka ke negeri Penyihir, tepatnya di hutan Death Willows Forest, tempat dimana mereka mencari Dead Relpin saat itu. Saat sampai disana, Jiyeon merasa lemas, ia kemudian jatuh, sayapnya tiba - tiba pudar.

     "Ibu!! Kau tak apa?!" Kangmin panik melihat ibunya terjatuh lemas. Dongju segera menghampirinya. Ia melihat ada darah hitam di tubuhnya.
     "Anda terkena sihir gabungan," ucap Dongju.
     "Ibu!! Jangan!" Kangmin mulai meneteskan air matanya.
     "Kangmin, jagalah barang - barang berharga milik ayahmu, jagalah barang - barang milik leluhurmu kecuali pedang itu," ucap Jiyeon dengan tubuh yang begitu lemas.
     "Ibu! Jangan, tolong!"
     "Dongju! Hancurkan segera pedang ini, aku ikhlas dan mengizinkanmu untuk menghancurkannya."

     Tak lama, Jiyeon menutupkan matanya dan terbaring tak sadar, ia meninggal di pangkuan Kangmin.

     "Ibu! Ibu!!" Kangmin menangis melihat ia ditinggalkan oleh ibunya.
     "Kau orang yang kuat, Kangmin! Aku tahu itu," Dongju memeluk Kangmin yang menangis.
     "Oke, bantu aku menghilangkan ibuku."
     "Baiklah," kata Dongju.
     "Tunggu, Dongju, biar aku saja, kau ingat Fylix-mu tak lengkap."
     "Oh, aku lupa, baiklah."
     "Kangmin, ayo!" Yuki dan Kangmin saling berpegangan tangan dan mengeluarkan sihir penghilang yang tak dapat dikembalikan, "Ida Siempre!" Tubuh Jiyeon menghilang membentuk serbuk - serbuk peri yang indah dan bertebangan kesana - kemari. Mereka berlima menundukkan kepala untuk menghormati kepergian ibu Kangmin, Jiyeon Kim.
     "Baiklah, ayo! Kita cari potongan terakhir pedang itu!" ucap Kangmin.
     "Kalian tahu mengapa aku membawa kemari?" tebak Yuki.
     "Mengapa?" tanya Eunseong.
     "Karena potongan terakhir ada disini, aku mengetahuinya saat mengambil potongan pedang yang kedua."
     "Kerja yang bagus," ucap Dongju.
     "Tapi, dimana?" tanya Kangmin.
     "Dongju, kau ingat tempat kita menemukan Dead Relpin?" tanya Yuki.
     "Tunggu, sepertinya aku ingat, aku menandainya dengan tali merah di ranting pohon," sela Hwanwoong.
     "Mengapa kau menandainya dengan tali merah?" tanya Eunseong.
     "Terserahku, tempatnya tak dekat dari sini."
     "Maksudmu tali merah menggantung yang berada dekat batu besar itu?" tunjuk Kangmin. Hwanwoong berlari ke arah tali merah yang tergantung di pohon itu, diikuti dengan mereka berempat.
     "Ini tempatnya," kata Hwanwoong.
     "Kita cari disekitar sini!" perintah Dongju.
     "Tunggu," Yuki terdiam dan kemudian mencari dibalik pohon tali merah yang menggantung itu. Ia berhasil menemukan potongan pedang terakhir. "Aku menemukannya!"
     "Mana?" tanya Dongju.
     "Ini, heran, itu tidak disimpan di sebuah kotak,"
     "Apa maksudmu, Yuki?"
     "Potongan pedang ini hanya dikubur di dekat pohon ini."
     "Lupakan saja itu, yang penting kita sudah mendapatkan potongan terakhir," ucap Hwanwoong.
     "Jadi, bagaimana cara kita memasangnya?" tanya Eunseong.
     "Untuk memasang kembali benda yang sudah rusak, kalian bisa gunakan mantra "Oculus Reparo," ucap Kangmin.
     "Ocu- Tunggu, Oculus?" kata Dongju.
     "Ya, mantra Oculus ini terbagi menjadi 4, yaitu Oculus Reparo, Oculus Recyclo, Oculus Reduco, dan Oculus Reuso."
     "Itu seperti kata Repair, Recycle, Reduce, Reuse, benarkah itu Dongju?" sahut Hwanwoong.
     "E-e.. Iya," ucap Dongju yang tiba - tiba gugup.
     "Tunggu apalagi, ayo! Sambungkan itu semua," kata Eunseong.
     "Ok, akan aku lakukan." Dongju mengambil 2 potongan pedang yang ada di dalam tempat pedang yang ia kenakan, ia menaruh potongan itu ditanah dan menyatukannya, ia mulai menutup matanya dan mengucapkan mantra, "Oculus Reparo!" Pedang itu bergetar dan kembali ke bentuk semula.
     "Kau berhasil, Dongju!" Yuki bahagia melihat sihir Dongju kembali.
     "Aku kira kau tidak akan bisa mengeluarkan sihirmu lagi," jelas Hwanwoong.
     "Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Kangmin.
     "Sudah kau tak perlu tahu," ucap Hwanwoong.
     "Kangmin, mana pedangnya?" tanya Dongju.
     "Ini." Kangmin menyerahkan pedang milik leluhurnya yang ada di tangannya kepada Dongju. Pedang Schaeya diletakkan di tanah, Dongju siap menghancurkan pedang itu.
     "Kalian siap?"
     "Selalu," ucap Yuki. Eunseong, Hwanwoong, serta Kangmin menganggukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang, Dongju menghancurkan Pedang Schaeya dengan Pedang Tritania. Pedang Schaeya itu tiba - tiba mengeluarkan cahaya hitam ke atas membentuk simbol The Mortality di atas langit dan asap hitam yang mengelilingi pedang itu, suasana hutan tiba - tiba menjadi menyeramkan. Tak lama, pedang itu meledak hancur seperti bom, suara ledakan itu sangatlah besar, membuat seisi Britherland terbangun di tengah malam, simbol The Mortality di atas langit menghilang,
     "Kau berhasil, Dongju! Sekarang sisa 6 Aeter Num lagi," ucap Yuki.
     "Ledakan itu sungguh luar biasa, membuat para penyihir datang kesini," ucap Eunseong.
     "Tunggu, Jeyou memimpin gerombolan itu, sebaiknya kita berkata jujur kepadanya," kata Hwanwoong.
     "Tumben kau bijak."
     "Diam, Eunseong!"

     Mereka berlima terbang menuju ke gerombolan penyihir itu. Tak lama, mereka sampai.

     "Dongju, Yuki, Hwanwoong, Eunseong!! Kalian disini? Kalian mendengar suara ledakan?" tanya Jeyou.
     "Itu berasal dari kami," jawab Dongju.
     "Apa yang kalian perbuat? Mengapa di negeri kami?"
     "Aku menghancurkan Aeter Num milik Juyeon, aku tidak tahu jika itu akan menimbulkan ledakan besar,"
     "E-e.. Sir? Apakah kita disini sudah selesai?" tanya salah satu penyihir.
     "Oh, kalian boleh pergi."
     "Baik." Para penyihir yang mengikuti Jeyou pergi ke rumahnya masing - masing.
     "Kau hebat Dongju." Jeyou yang tersenyum tiba - tiba teralihkan pandangannya ke Kangmin. "Oh, Kangmin? Sudah lama aku tak melihatmu!" Jeyou memeluk Kangmin.
     "Oh, hyung!" Saat dipelukan Jeyou, Kangmin tiba - tiba menangis
     "Oh, ada apa?" tanyanya
     "Jiyeon Kim telah tiada," ucap Dongju. Jeyou terkejut mendengar kabar itu.
     "Bagaimana? Ada apa dengannya?"
     "Para The Mortality membunuhnya saat kami berada di rumahnya."
     "Aku sangat menyesal, Kangmin."
     "Bolehkah aku menginap dirumahmu, hyung?" pinta Kangmin.
     "Tentu saja, kau boleh menginap, kalian berempat juga tak apa menginap dirumahku, ayo, ini masih malam! Kalian butuh istirahat," ajak Jeyou. Mereka berlima pergi ke rumah Jeyou untuk menginap, perjalan mencari Aeter Num masih sangat panjang, The Mortality terus mencari keberadaan Dongju dan ketiga temannya.

-----

Dongju Son 5 : Aeter Num [END]Where stories live. Discover now