El Maria

55 7 0
                                    

Tidak usah pedulikan standar sempurna dunia
Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri
___

Hari-hari Zulaikha kini memasuki masa senggang. Tiga hari libur kuliah rasanya membuat hati bimbang. Ingin pulang ke tanah air tapi terlalu singkat waktunya. Menghabiskan tiga hari di dalam apartemen sepertinya membuat ia akan diserang stres. Mengingat Zulaikha adalah perempuan yang cukup aktif dan paling tidak suka berdiam diri.

" Assalamu'alaykum Zu!" Terdengar suara parau dari seberang telpon.

"Hallo Nay. Lagi ngapain kamu?" Zulaikha berucap sambil sibuk merapihkan kamarnya.

"Baru bangun tidur."

"Eh, ya ampun. Siang bolong begini baru bangun tidur. Kalo kamu jadi ponakan Paklik Ustadz pasti udah diguyur air es." Nada bicara Zulaikha sedikit meninggi.

"Ya untungnya aku bukan ponakan Paklik Ustadz."

Zulaikha menghela napas panjang sebelum akhirnya berucap lagi, "Nay pergi ke pameran yuk. Bosen aku di apartemen."

"Pameran? Dimana?"

"Di sepanjang road street sampai biang lala."

"Kapan?"

"Nanti malam jam 8."

"Boleh deh boleh sambil cuci mata. Eh, kamu ngajak Mas Adam juga ga?"

"Ya engga lah. Bisa lapor ke Mas Yusuf nanti dia kalo aku keluar malem."

"Oh jadi itu tugas Mas Adam." Nayla terkekeh di seberang telpon.

"Whatever lah." Ketus Zulaikha.

"Eh Zu, gimana kalo ternyata Mas Adam itu laki-laki yang sering Paklikmu bilang."

"Yang mana?"

"Yang datang melamar."

Deg, Zulaikha tergagap sejenak sambil menelan ludah kemudian terngiang-ngiang beberapa perbincangan dengan Wira lewat telepon tentang laki-laki yang datang melamar.

"Ahh peduli amat." Zulaikha tak mau ambil pusing.

"Tapi kalau iya gimana Zu? Kayaknya layak dipertimbangkan deh. Good looking iya. Smart ga usah diragukan. Sholeh. Apalagi coba?"

"Nay cuci mukamu dulu tu, kayaknya kamu masih setengah sadar jadi ngelantur. Bye." Zulaikha langsung memutus sambungan telepon dengan wajah berkerut namun hati berdebar-debar terpikir kalimat Nayla.

Buk, Zulaikha melemparkan ponsel dengan kasar ke kasur kemudian kembali menyusun sisa-sisa buku yang masih berserakan di atas meja ke rak.

Menikah menikah menikah, huh. Gerutu Zulaikha dalam hati.

Setelah selesai membereskan ruangan, Zulaikha langsung duduk di meja sambil menyalakan laptop. Beberapa potong apel tersaji di piring lengkap dengan satu cangkir minuman saffron kesukaannya. Jari jemarinya terlihat semangat mengetikkan sesuatu, terlihat pula sunggingan senyum di bibirnya. Ia masih fokus dengan aktifitas di depan layar laptop sambil sesekali menikmati buah dan minuman saffron yang tersaji.

"Yehh, perfecto!" Zulaikha berucap sambil bertepuk tangan lirih seorang diri.
***

London road street river, terlihat lebih ramai dari biasanya. Pameran jelang akhir bulan tengah diselenggarakan di sepanjang jalanan tepi sungai. Beberapa wahana permainan juga mulai dipenuhi oleh banyak pengunjung, ada kafe-kafe kecil ala kaki lima yang menyajikan beragam macam makanan dan minuman. Tak lupa beberapa pameran seperti buku, kerajinan keramik, lukisan, dan berbagai jenis maket turut memadati sisi jalan.

Yusuf & ZulaikhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang