Bagai terjun dari dunia Imaji ke dunia nyata, Nares tiba-tiba membuka mata.

Begitu matanya terbuka sempurna, hanya ada samar-samar wajah Lia diantara para bintang diatas langit sana. Lia memberi senyum terbaiknya pada Nares hingga pemuda itu seketika terhipnotis.

Tidak ada lagi Rachel.

Nares mengambil benda pipih dari saku celana hitamnya, dia menekan satu kontak lalu mendekatkan ponsel ke daun telinga.

Namun tidak ada sahutan dari sebrang sana. Pada panggilan kedua juga tetap sama, tidak diangkat.

Nares tersenyum kecil, pasti dia sudah tertidur.

Nares : Maaf kepencet

Tidak tahu kenapa, tanpa alasan yang jelas Nares hanya ingin mengiriminya pesan seperti itu.

Dia hanya ingin melampiaskan rindu lewat pesan singkat tersebut.

Biarpun terkesan tak ada arti, tapi semoga Lia mengerti.

***

Lia menaiki anak tangga satu persatu, dia baru saja menyelesaikan makan malam bersama keluarga diruang makan beberapa menit lalu. Dan Lia berniat mau melatih vocal-nya untuk tampil besok.

Lia membuka pintu kamar, tepat saat pintu dibuka, terdengar dering ponsel yang begitu nyaring. Ia segera berlari kecil menuju ponselnya yang berada diatas kasur.

Nares is calling...

Belum sempat ia menekan ikon hijau, sambungan sudah terputuskan lebih dulu.

Lia mendengus, jari telunjuknya hendak menelpon balik tapi satu notifikasi dari WhatsApp menyita perhatiannya.

Nares : Maaf kepencet

Anak perempuan itu diam lama sambil memandangi pesan yang Nares kirim di tampilan pop-up.

Menghembuskan nafas pendek, Lia akhirnya mematikan ponsel dan dia letakkan diatas nakas samping kasur.

Ia memilih untuk membaringkan tubuh, niatnya untuk melatih vocal kandas begitu saja.

Seraya menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong, Lia banyak bertanya dalam hati.

Kenapa Nares selalu memperlakukan dia layaknya seperti seorang pemuda kepada gadisnya?

Kenapa Nares selalu memporak-porandakan dan menarik-ulur kondisi hatinya?

Lia memejamkan mata, berbisik pelan. "Nares sukanya Rachel, kamu jangan ngerusak ya, Berliana..."

Iya, dia percaya bahwa Nares memang mencintai Rachel.

Jadi kalau sudah begini bukankah ia yang harus mundur?

***

"Selamat pagi anak-anak?" Sapa Bu Dahlia pagi hari ini.

"Selamat pagi, Bu!" Siswa-siswi kelas IPA 2 semangat sekali. Sebagian orang yang akan menampilkan drama musikal telah mengganti seragam sekolah dengan properti masing-masing.

"Bagaimana? Sudah disiapkan bahan yang mau ditampilkan?"

"Sudah, Bu!"

"Mau langsung tampil aja atau latihan lagi? Kalau latihan lagi, ibu akan beri waktu lima belas menit."

"Langsung tampil aja, Bu. Nanti dialog nya lupa." Kata Satria memberi saran.

Bu Dahlia mengangguk, merasa benar. "Yasudah kalau gitu perwakilan setiap kelompok maju kedepan untuk mengambil potongan kertas, ya. Ada berapa kelompok semua?"

Move OnWhere stories live. Discover now