"Sial!" Air wajah Naruto menjadi keras saat mengetahui bahwa dunia Shinobi sekali lagi dalam ancaman besar.

"Bisa aku lanjutkan?"

Naruto mengangguk sembari bergumam maaf pada Tsunade.

"Isshiki Otsutsuki, dia memiliki jutsu yang bisa mengecilkan tubuh. Selanjutkan Momoshiki Otsutsuki, dia memiliki Rinnegan ditangan kirinya yang bisa menyerap seluruh Chakra lawan, sedangkan di tangan kanannya, dia mampu membuat Jutsu berkali-kali lipat lebih kuat dan mampu menangkis serangan. Terakhir adalah Urashiki Otsutsuki, dia bisa menarik seluruh chakra musuh dengan senjatanya."

Tsunade mengeryit sesaat sebelum menggulung kembali gulungan yang baru saja selesai dia baca. "Hanya itu yang tertulis digulungan ini."

"Informasi itu cukup membantu. Bagaimana pun juga sangat sulit menulis surat disaat perang sedang berlangsung." Kakashi mencoba menenangkan para shinobi muda lewat perkataannya.

"Jadi kita hanya perlu menggunakan Taijutsu untuk melawan Momoshiki, lalu sebisa mungkin kita menghindari senjata Urashiki, dan untuk Isshiki.. kurasa dia cukup sulit." Seluruh kepala yang berada didalam ruangan mengangguk setuju dengan ucapan Shikamaru.

Kakashi menghela napas lelah. Musuhnya kali ini ternyata lebih rumit dari Kaguya.

"Aku setuju dengan Shikamaru. Cukup sulit melawan musuh yang dapat mengecilkan tubuh. Tapi aku ragu jika hanya itu keahlian merekaㅡ Maksudku, mungkin masih ada yang terlewatkan dan tidak sempat tertulis." Naruto menimpali.

"Godaime-sama," Kurosuke berdiri dihadapan Tsunade dengan tubuh yang membungkuk. "Kumohon, bantu kami."

"Kurosuke..."

"Kumohon.. aku ingin kembali bersama dengan keluargaku."

"Kuro-kun.."

"Arghhhh!" Teriakan Shinsuke membuat seluruh atensi mengarah kearah Shinsuke dengan mata yang terbelalak.

.
.
.

Mimpi adalah hal yang kompleks.

Setiap detail, kejadian, atau pemikiran tidak bisa dipercaya saat dalam keadaan tertidur. Garis antara realitas dan fantasi cenderung terlalu tipis.

Dalam mimpi, seseorang tidak memegang kendali.

Shinsuke mengetahui hal itu.

Dia bingung, tidak bisa beradaptasi, dan tersesat. Lautan es dengan bentuk seragam yang terus-menerus mengelilinginya terlihat samar dan memuakkan, mengejek saat setiap kali dia mencoba keluar.

Memang benar bahwa dalam mimpi, dia bisa terbang. Dalam mimpi, dia tidak merasakan sakit. Dalam mimpi, semuanya tampak baik-baik saja. Tapi benar juga bahwa mimpi bisa menipu: mereka bisa membodohi pikiran dari semua pemikiran rasional dan mengubahnya menjadi kegilaan.

Mimpi bisa menjadi tidak alami.

Mimpi seperti itu tampaknya mengikutinya seperti wabah yang menakutkan. Angin sepoi-sepoi, sejuk namun terasa suram, mengingatkannya akan datangnya sesuatu yang tak diundang yang berusaha menyakitinya.

Kadang-kadang, indera penciuman dan pendengarannya berfungsi dalam gelombang yang tidak dapat diprediksi dan dia akan memanfaatkannta dan fokus, berharap mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi di tempatnya, atau di pihak musuh.

Namun, informasi yang tidak meyakinkan merupakan hasil yang mengecewakan. Tetapi dia yakin bahwa sesuatu yang buruk sedang menunggunya.

Pikirannya telah berbalik melawannya dalam banyak hal dan menarik kesimpulan yang tidak lengkap adalah salah satunya.

in-betweenWhere stories live. Discover now