Part 15 "Mimpi Buruk"

Zacznij od początku
                                    

"Bruk.."

"Maaf." Tukas Syila spontan ketika helmnya tak sengaja menubruk helm Arlan.

"Udah tiga kali, lo mau gue ngebut biar lo nggak bengong lagi?" Ucap Arlan lantang dari balik helmnya.

Syila menepuk pundak Arlan. "Jangan." Ucapnya cepat. "Oke gue nggak bengong lagi." Syila memilih menatap sekitar, berusaha membiarkan hal lain mengisi pikirannya.

Begitu mereka berdua sampai di rumah, Syila langsung menuju kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pada Arlan.

"Huhh...." Syila menghela nafas pendek. Ia membaringkan badannya dengan mata yang terpejam sebelum terdengar suara notifikasi handphone membuyarkan..

Arlan


Keluar

Gue depan kamar lo


"Ish depan kamar aja pake lewat chat segala, ngomong langsung kan bisa." Keluh Syila kecil, mendengus kesal.

Ia membuka pintu kamarnya dan benar saja Arlan berdiri tepat di depan kamarnya.

"Siap-siap 10 menit, gue ajak lo keluar." Perintah Arlan lalu langsung melesat memasuki kamarnya.

Syila hendak protes, mulutnya bahkan sudah terbuka. Banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan, seperti kemana, kenapa, dan lain-lain. Ini bukan suatu tindakan yang seorang Arlan normal lakukan.

Wll tapi akhirnya Syila memutuskan menerima tawaran tersebut. Ia memang butuh suatu tempat yang dapat menyegarkan pikirannya. Kaki Syila melangkah mendekati lemari, tangannya memilih di antara deretan baju-baju.

Entah ia benar-benar berpakaian hanya dalam sepuluh menit, Syila saat ini sudah siap dengan pakaian yang sederhana namun nyaman.

Syila keluar dari kamarnya dan Arlan telah berdiri membelakanginya.

"Kita mau kemana?" Tanya Syila bingung.

Arlan membalikkan badannya. "Ikut aja." Jawabnya lantas berjalan mendahului.

Langkah kaki Syila mengikuti Arlan di depannya, sepertinya kali ini mereka akan berkendara dengan mobil melihat kunci mobil bergantung di jemari tangan Arlan.

"Jadi bisa lo bilang sekarang kita mau kemana?" Tanya Syila setelah mereka berdua memasuki mobil.

"Danau." Singkat, padat, dan jelas.

Syila hanya ber-oh lalu menyandarkan badannya dan mengarahkan pandangan ke luar jendela. Syila memejamkan mata, namun ia tidak tertidur hanya menutupnya untuk beberapa saat.

Dari samping terdengar Arlan berdecak.

Syila tak membuka matanya, namun hawa mulai terasa aneh saat ia samar-samar merasakan pergerakan Arlan mendekat. Arlan mencondongkan badannya ke arah Syila dengan jarak kedua wajah mereka yang semakin tipis. Syila kian memundurkan tubuhnya, ia memejamkan matanya rapat-rapat. Wajah Arlan saat ini terasa tepat di samping wajahnya, bagimana jika laki-laki itu berniat...

"Pake sabuk pengaman aja lo lupa." Arlan menarik sabuk pengaman dan memasangkannya untuk Syila.

Syila menggigit bibir bawahnya, bisa-bisanya ia salah sangka sejauh itu.

"Gausah pura-pura tidur, perjalanan cukup jauh, tidur beneran aja." Ucap Arlan yang mulai menghidupkan mobilnya.

Syila baru saja akan membuka matanya jika saja Arlan tak mengeluarkan kalimat itu. Ia melipat tangannya di depan dada lalu kembali lanjut memejamkan mata. Dan benar saja, tak lama ia malah berakhir di alam mimpi.

"Ayah.." Sambut seorang gadis kecil dengan kedua tangan yang direntangkan dan senyum yang lebar.

Sang ayah langsung mengangkat anak perempuannya, membawanya ke dalam gendongan. "Syila, anak ayah yang cantik."

Syila tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi-giginya setelah mendengar pujian tersebut.

Ayahnya menurunkan Syila ke bawah. "Syila, kamu jaga ibu ya maaf ayah tiba-tiba harus pergi." Ucap sang ayah tiba-tiba.

Syila hanya mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ayah mau pergi kemana? Ayah bakal balik lagi kan?"

Ayahnya menggeleng. "Maafin ayah, ini hadiah terakhir dari ayah buat kamu." Tangannya menyodorkan seperangkat alat melukis ke hadapan Syila.

Dari arah belakang, ibunya mengambil Syila, menariknya paksa menjauh dari sang ayah

"Syila, ayah pergi." Ucap ayahnya terakhir kali sebelum membalikkan badan.

Syila ingin mengejar ayahnya namun ibunya menahan. Air matanya mulai turun mengalir. Ia berteriak dan memberontak agar bisa mengejar langkah sang ayah.

"Ayah, jangan pergi."

"Ayahh..." Tangisannya terdengar benar-benar putus asa, berharap ayahnya mau membalikkan punggung padanya.

Di depan, ia justru melihat sang ayah menggandeng tangan wanita lain lalu benar-benar menghilang.

"Ayahhhh, Syila nggak mau ditinggal ayah."

"Ayahh...."

"Syila." Teriak seseorang menyadarkan gadis itu dari mimpinya.

Syila langsung membelalakkan matanya dengan nafas yang tersengal-sengal. Tak terasa, air mata yang sebelumnya jatuh di mimpi sekarang mengalir sesungguhnya di dunia nyata.

Arlan buru-buru menepikan mobilnya dan melepas seat-bealtnya. Sedetik kemudian ia mengambil punggung Syila membawanya ke dalam dekapan. Tangannya terselip di antara rambut Syila, memberikan elusan lembut.

"Shutt..." Arlan membisikkan gumaman penenang.

Syila mencengkram erat hoodie Arlan dengan kedua tangannya

"Arlan gue takut, gue mimpi buruk." Ia meringsut semakin dekat ke dalam dekapan Arlan. Jujur saja itu bahkan bukan mimpi buruk, melainkan serpihan pahit dari masa lalu.

"Ada gue, nggak ada yang perlu lo takutin."

Update 🎉🎉
Kalo suka jangan lupa di vote ya 😊
Jangan lupa di tambahin ke perpustakaan juga :)
Yukk follow dulu sebelum baca
See u in the next part
Makasi semuanya❤

Romansa Remaja Satu Atap (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz