Chapter 1

2K 133 23
                                    

Sepasang benda seperti earphone wireless mengisi lubang indera pendengar seorang pemuda berambut raven.

Ketika melihat seorang pria berambut putih dengan masker di wajahnya, masuk dan meletakkan buku absen. Jari lentik miliknya menurunkan anak rambut yang bertengger di telinga.

Sejenak suasana menjadi hening ketika si pria berambut putih itu memperhatikan satu-persatu muridnya.

Tatapan pria berambut putih itu sempat terhenti pada seorang pemuda berambut raven yang sedang menatapnya balik.

Bagaimanapun syal merah yang melingkar di leher pemuda itu membuat pria berambut putih heran.

Namun, tatapan datar dari sang pemuda membuat pria berambut putih melanjutkan kegiatannya.

Mengabaikannya dengan alasan, mungkin pemuda itu kedinginan.

Pemuda berambut raven mengalihkan pandangan matanya tanpa berkedip. Mengabaikan sang guru yang sedang mengabsen teman-temannya.

Dia lebih memilih menatap titik-titik putih yang berjatuhan dari langit.

Salju

Sudah beberapa hari ini salju mulai turun. Walaupun tidak terlalu lebat. Namun bisa membuat jalan aspal berubah warna menjadi putih.

Dan sekolah pun masih meneruskan kegiatan belajar mengajar. Tapi sekolah yang ditempatinya itu setara dengan kelas Internasional. Mereka di target nilai sempurna di semua mata pelajaran pada ulangan kelulusan besok.

Agar sekolah itu menjadi sekolah favorit dari yang terfavorit.

Entah apa yang ada di pikiran Kepala Sekolah -pria tua bermata satu- itu benar-benar seperti maniak. Senang menghancurkan orang lain dengan genggaman tangannya yang sudah keriput.

Dia tidak pernah ingin mengurusi pria tua gila itu. Jika pria tua itu tidak menyenggol dirinya.

Yap, itu prinsipnya.

Dia sudah malas dengan kehidupannya. Entah kenapa, dia pun tidak tahu.

Rasanya seperti dirinya sudah melewati masa-masa sulit yang sangat panjang.

Tuk

Sebuah benda menyentuh kepalanya membuat pemuda itu berhenti berargumen.

"Kelas sudah sepi, apa kau tidak mau pulang, Sasuke?" Tanya pria berambut putih yang baru saja mengajar pelajaran di kelasnya.

Manik obsidian itu melirik sekitar. Benar apa kata orang-orangan sawah itu. Kelasnya sudah rapi.

"Hn," jawab Sasuke.

Dengan santainya, pemuda raven membereskan alat belajarnya.

"Kau dijemput?" Tanya guru itu.

"Hn"

Kakashi Hatake. Sang guru yang kini sedang menggaruk kepala bagian belakang setelah mendapat jawaban anti mainstream dari muridnya.

Sregg

Melihat pemuda raven itu berdiri dan berjalan melewatinya membuat Kakashi membuka suara.

"Jika kau tidak di jemput. Kita pulang bersama saja" ucap Kakashi sambil berjalan menuju ke meja guru mengambil barangnya.

Tanpa memperhatikan gerakan pemuda raven itu terhenti sejenak.

'Kita pulang bersama saja'

Kalimat itu menggema di kepalanya. Bahkan saat Kakashi mengucapkan kalimat itu, jantungnya sempat berdetak keras. Membuat tangan kanan milik pemuda itu menyentuh dada.

[Bl] Evanescent [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang