Teman-teman, Terimakasih telah menjadi pembaca❤️😊
--------------------
"Sayang banget ya Ka, Padahal pengen liat Fatma pakai baju pengantin."
"Minggu depan setelah Tasyakuran, Insya Allah kita bisa megang Hp lagi. Kita bisa chat Fatma, Minta foto di dia."
"Pengennya sekarang, tapi ya mana mungkin. Beneran masih belum nyangka Fatma nikah secepat ini Ka." Wajahku terus memandang sebuah bingkai foto. Disana terdapat fotoku dengan Fatma ketika di bandara.
"Jalan takdirnya udah gitu Rin. Bagaimanapun menolak. Ya tetap terjadi."
"Penasaran sama suaminya." Wajahku menengok ke arah Ka sarah.
"Oh iya Rin. Kemarin kaka ada chatingan sama Ummi. Kata Ummi suami Fatma teman Abangnya. Terus kata Ummi. Suami Fatma bukan alumni pondok kita. Alumni mana ya. emm...Lupa kaka. Dan kata Ummi, Suami Fatma ganteng." Bicara Ka Sarah sambil berjalan membereskan kamar.
Perasaanku tambah tidak karuan. bukan alumni pondok di Kandangan. Terus alumni mana?
Ahmad, Apa Ahmad Adam Zaki ? Wajaku yang sebelumnya ceria mulai memudar. Tapi kali ini aku tidak ingin Ka Sarah tau apa yang terbenak di hatiku.
"Ingat lagi dong ka. Apa sebelumnya suami Fatma sekolah di Martapura ?" Tanyaku begitu serius.
"Bisa jadi Rin. Kemarin Ummi bilang nama pondoknya bukan alamatnya." Tampak wajah Ka Sarah kurang meyakinkan. "Nanya banget kamu Rin." Tutur Ka Sarah lagi seraya melontarkan senyum.
"Pengen tau aja Ka."
"Yaudah Kaka beres-beres dulu." Ucap Ka Sarah meninggalkan aku.
Seperti ini aku ketika sendiri. Banyak hayalan yang kurang baik. Terus terbenak kalau Ka Adam menikah dengan Fatma.
Bagaimana jika itu benar-benar terjadi. Seorang sahabat menikah dengan orang yang aku cintai.
Lagi-lagi butiran bening melintas di pipiku. butiran bening itu jatuh dari kedua mataku. Sampai kapan aku seperti ini. Luka lagi yang aku rasa. Padahal ia telah pergi dengan kehidupan barunya.
Aku ambil Dalail Khairat (Buku bacaan Sholawat) untuk menenangkan hati yang telah berpikir tidak karuan, Serta hati yang terus berharap kepada selain-Nya.
Aku baca perlahan. Ia benar-benar menyentuh hatiku. Aku merasa lebih dekat dengan-Nya.
Sesekali kupandang sebuah foto besar yang di pasang di atas jendela kamar. Foto itu menguatkanku ketika apapun. Sebuah kubah berwarna hijau. Ia adalah foto makam Rasulullah SAW.
Selemah apapun aku. Sejatuh apapun perasaanku. Aku yakin ada Allah di setiap nafasku.
❤️❤️❤️
1 Minggu Kemudian....
Beberapa pesan masuk yang belum di baca. Menumpuk hingga pesan-pesan terdahulu jauh di bawah. Aku baca dari bawah, Karena aku mencari chat dari Fatma. Pasti ia mengirim foto ketika dia menikah.
Yang ada hanyalah foto Fatma sendiri yang mengenakan cadar ketika resepsi dan foto tanpa cadar ketika acara hantaran seserah pengantin. Begitu cantik karena Fatma memang cantik aslinya.
Aku scrol chat-chat berikutnya. Ketika kubaca Chat dari Kayla. Tubuh ini terasa bergetar. Aku terus menahan diri agar aku tidak kecewa. Aku terus bertakbir agar hatiku tidak menyalahkan takdir. Perlahan bibirku bergetar. Kedua kelopak mataku memejamkan mata. Lagi-lagi aku sembap sebab hal ini. Aku menggigit bawah bibirku agar suara tangisku tidak di dengar santri putri yang lain. Foto itu menunjukan Foto Fatma di gandeng 2 orang laki-laki. Dan 2 orang itu aku teramat mengenalnya. Yang di sebelah kiri adalah Abang Jindan. Dan di sebelah kanan adalah orang yang pernah menisi hatiku, Ia adalah ka Adam. Kedua laki-laki itu menggenakan baju yang sama. Yaitu Pakaian adat melayu. Aku tak mampu bersanga baik lagi. Ini memang sudah terjadi. Siapa lagi yang menggandeng Fatma kalau bukan suaminya. Aku tak bisa berpikir yang lain lagi. Tidak mungkin aku berpikir bahwa Ka Adam adalah ayah Fatma. Dan pikiranku tidak mampu berpikir bahwa Ka Adam adalah Kaka kandung dari Fatma. Sedangkan yang aku tau kaka Fatma hanyalah Ka Najwa, Abang Jindan, Dan Ka Hasan.
Mengetahui hal ini adalah jalan terbaik. Mungkin pada hari pertama hatiku begitu rapuh. Aku merasa bahwa aku orang yang paling tersakiti pada hari itu. Berjalannya waktu. Aku perlahan mulai melupakan. Karena pikiranku tertuju pada kebahagiaan sahabatku.
Aku beraktifitas seperti biasanya. Hingga perlahan luka benar-benar hilang. Baru kali ini aku merasa lega atas semuanya. Semua harapan telah musnah.
Sekolahku lebih baik dari sebelumnya. Belajarku lebih giat. Karena pikiranku tidak terfokus kepada yang lainnya.
Perjalanan cintaku aku hentikan sampai disini. Aku benar-benar lelah mencintai seseorang tanpa ada kepastian. Aku lelah memakan janji yang akhirnya seseorang itu lupa bahwa dia pernah bejanji. Aku benar-benar menutup hatiku untuk jatuh cinta kembali.
❤️❤️❤️
Salam sayang dan rindu,
Dina Nafisah
أنت تقرأ
Hinak si langkar
أدب المراهقينSebagian cerita diambil dari kisah nyata dari orang yang berbeda- Semakin aku menginginkan, semakin aku dikecewakan dengan harapan. Ketika aku bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki cita-cita yang sama. Hatiku mulai luluh dengan kesholehan l...
