[ 05 ] Crossroad

Magsimula sa umpisa
                                    

"Oke. Thank you, Sayang."

"Sayang cuma kalau ada maunya! Dasar!" Miruna mendumel sebentar sebelum menutup sambungan telepon. Dia menarik napas penuh beban. Kasihan juga temannya itu. Memang harusnya Christoper menurut saat dia menjodohkan temannya itu dengan Juwita. Seandainya saja Christoper waktu itu mau mencoba hubungan dengan Juwita, pasti kehidupan mereka tidak akan serumit hari ini.

Miruna menutup laptopnya pelan. Dia ijin sebentar pada Juwita dan Deon yang saat ini mengerjakan satu proyek dengannya dan membuat mereka jadi duduk berdekatan di satu kubikel. "Kak Juju, Kak Deon, gue turun bentar, ya."

Juwita hafal jika Miruna sudah menerima telepon dan meminta ijin begini, "Toper ngajak nyebat lagi? Kok sama lo doang? Biasanya ngajak gue atau Deon."

"Lagi mau curhat dia. Kasihan. Diomelin bosnya. Galak tuh bosnya."

Deon menggeleng tidak percaya, "Yang ada dia tuh senior galak! Gue dengar dari adik kelas gue yang lagi kerja internship under timnya Toper. Katanya galak banget apalagi kalau urusan proyek korea-korea gitu gue lupa namanya. Kok lo lucu-lucu gini bisa temanan dekat sama monster galak kayak Toper, deh?"

"Mereka bukan berteman, Yon. Mereka tuh udah kayak saudara kembar! Aslinya Christoper sama gebleknya kayak Miruna, kok," Juwita mencoba membela Christoper.

"Kurang paham juga gue, mungkin karena waktu kecil gue dan Toper makan wortel dari kebun yang sama, kita berdua jadi tetap dekat sampe udah gede gini. Gue turun dulu, Kak!" Miruna mengambil dompetnya lalu keluar ruang kantor dan betapa kagetnya saat dia menemukan Zain sedang menunggu lift.

"Naik atau turun, Za?" Miruna bertanya berusaha menjadi sebiasa mungkin. Dalam hati dia sangat memohon Zain tidak merasakan kecanggungan yang kini memenuhi otaknya.

"Gue mau naik. Lo?" balas Zain masih datar seperti Zain biasanya jika tidak ada topik menarik untuk dibicarakan.

Miruna menekan tombol turun lift. "Gue mau ke bawah, Za. Lo ke atas ada yang mau ditemuin?"

Zain menganggukkan kepalanya. Dia memang akan mengambil dokumen dari tim pajak yang berkantor satu lantai di atas tempat kerja mereka. "Lo mau ketemu Toper?"

"Kok lo tahu? Ketebak banget?" Miruna bertanya balik karena bingung harus membalas apa lagi sambil menunggu pintu lift terbuka untuk masing-masing dari mereka.

"Tadi gue dengar sedikit pas lo lagi angkat telepon dan gue lagi ambil dokumen di printer."

"Oh..."

Hening menyita sisa waktu yang ada hingga pintu lift menuju ke lantai bawah untuk Miruna terbuka. "Gue duluan ya, Za. See you!" tangannya dia kibaskan menggerakkan gaya "dadah" yang sangat canggung dan saat itulah Miruna meratapi tindakannya sendiri.

***

Saat keluar gedung kantor di pinggiran jalan yang biasa digunakan orang-orang sekitar area perkantoran itu untuk merokok, mata Miruna langsung menemukan sosok Iota. Namun, di sana belum terlihat adanya tanda-tanda kehadiran Christoper. Maka Miruna lekas mengetik pesan untuk meminta Christoper segera menemuinya di lokasi biasa.

"Halo, Kak Iota!" Miruna menyapa Iota yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

Iota mengalihkan perhatian dari ponselnya. "Oh, hai, Runa! Kamu lagi mau ke mana?"

"Aku biasa turun jam segini sama Toper, Kak," Miruna membuat satu kebohongan kecil untuk menutupi keadaan sebenarnya bahwa Christoper sebenarnya hanya sedang tidak ingin bertemu hanya berdua saja dengan Iota. "Kak Iota lagi ada urusan apa?" tanya Miruna kini pura-pura tak tahu dengan keadaan yang ada.

Amour #3 (Serial Bintara)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon