Bab 9

503 434 230
                                    

Malam harinya Nala baru saja selesai sholat Isya dan melepas mukenanya tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di layar handphone nya.

"Kak Arsen?" tanya Nala kepada dirinya sendiri.

Arsen Megantara : Kaki lo udah baikan?

Nala Andra Wijaya : Udah Kak, tadi juga udah diurut.

Arsen Megantara : Bagus kalau gitu.
Arsen Megantara : Sekarang ngapain?

Nala heran, kenapa tiba-tiba Arsen menanyakan ia sedang apa, menurut Nala dia benar-benar cowok yang aneh.

Nala Andra Wijaya : Nggak ngapa-ngapain kok.

Arsen Megantara : Keluar sekarang.

Nala tak membalas pesan itu lagi melainkan memilih menghubungi cowok itu. Tak lama Arsen pun mengangkatnya.

"Halo Kak."

"Kenapa?"

"Maksud Kak Arsen, aku disuruh keluar kemana?"

"Depan rumah lo."

"Kakak di depan?"

"Iya."

Lagi-lagi Nala dibuat heran dengan sikap Arsen. Tadi pagi-pagi sekali cowok itu menjemputnya, sekarang malam-malam begini ia sudah ada di depan rumahnya. Entah apa yang ingin Arsen lakukan malam-malam begini di rumah Nala dan hal aneh apa lagi yang akan dilakukan oleh cowok itu.

"Ngapain?"

"Belajar."

"Kan bisa besok."

"Gue maunya sekarang!"

Entah apa yang Arsen rasakan saat ini tapi di dalam hatinya, ia ingin terus bersama Nala.

"Tunggu bentar."

Nala langsung mematikan teleponnya dan mengambil buku-buku yang akan ia pelajari. Nala buru-buru turun dari tangga dan berlari kecil keluar rumah beruntung kakinya sudah mulai membaik.

Nala sekarang sudah berada di dalam mobil Arsen. Ia nampak ngos-ngosan akibat berlari.

"Nggak disuruh masuk nih?" tanya Arsen tiba-tiba.

"Ngapin?" tanya Nala balik.

"Belajar lah."

"Ayah sama Bunda nggak ada, lagi keluar kota."

"Tau kok."

Nala heran, kenapa Arsen bisa tahu kalau orang tuanya tidak ada di rumah.

"Tau dari mana?" tanya Nala.

"Bunda yang kasih tau," jawab Arsen santai.

"Bunda? Sejak kapan manggil Bunda?"

"Sejak ... habis telponan."

"Kok bisa?" heran Nala.

"Bisalah. Waktu gue jemput lo tadi pagi, Bunda ngasih gue nomor teleponnya."

"Terus?"

"Barusan, Bunda nelpon gue terus bilang kalau dia sekarang ada di luar kota."

"Terus sekarang kalau tau Bunda sama Ayah nggak ada kenapa kesini?"

"Justru itu, gue kesini disuruh Bunda lo buat jagain lo selama dia nggak ada."

Arsen berkata jujur. Tapi dalam hatinya terbersit rasa bisa disebut, senang.

ARSENALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang