Plan

272 29 2
                                    

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Sampai-sampai, kita tidak sadar kalau tahun akan segera berganti. Malam sebelum tahun berganti, biasanya ada acara kumpul bersama keluarga, kerabat, ataupun teman dekat—BBQ bersama, menyaksikan kembang api yang ditembakkan ke langit, bermain permainan keluarga, dan lain sebagainya. Sangat menyenangkan. Ah, dan jangan lupakan hari spesial dimana 1 minggu sebelum tahun bertambah, natal.

Tepat 2 hari sebelum malam natal tiba, Jinyoung mengumpulkan sepasang kekasih yang sedang kasmaran, dan seorang play boy yang sedang galau karena baru saja putus. Jaebum, Seulgi, dan Jackson duduk melingkar di lantai ruang tengah apartemen Jinyoung. Sedangkan si tuan rumah baru saja kembali dari dapur dengan nampan yang membawa 3 gelas air putih di atasnya.

"Hanya air putih?" Jaebum bersuara. "Kupikir kau membuatkan coklat panas untuk kami."

Jinyoung ikut bergabung dengan mereka, duduk di atas lantai. "Tidak ada coklat panas. Kalau mau, buat saja sendiri."

Jaebum berdecak setelah mendengar balasan dari Jinyoung. Tangan pria berkulit pucat itu meraih segelas air putih yang berada di atas nampan dan menenguknya.

"Baby mau coklat panas?" tanya Seulgi yang duduk di sebelah Jaebum. "Mau kubuatkan?"

Jaebum tersenyum dan mengangguk. "Mau," jawabnya seperti bayi sambil mengusap punggung tangan Seulgi yang tidak dia lepaskan dari tadi.

"Oke, bentar." Seulgi pun berdiri, kemudian terkekeh saat Jaebum tidak ingin melepaskan tangannya.

Sedangkan Jackson yang duduk menyandar pada sofa, yang melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan di depannya memutar bola matanya malas. Entah kenapa, Jackson jadi ingin muntah melihat tingkah sok manja dan sok mesra Jaebum dan Seulgi. Biasa, iri. Dia baru saja diputuskan oleh kekasihnya 3 hari yang lalu. Alasannya tidak jelas.

Seulgi langsung meluncur ke dapur setelah diberitahu letak bubuk coklat dan air panas oleh Jinyoung. Setelah membuatkan secangkir coklat panas, dia kembali ke ruang tengah dan memberikannya pada Jaebum yang langsung berterima kasih dan mengecup keningnya.

Sekali lagi, Jackson ingin muntah. "Oh, cuman buat bebeb nih ceritanya? Kita gak dibuatin?" sindir Jackson mengambil segelas air putih yang berada di atas nampan. "Ya, gak papa sih. Air putih juga oke. Yang penting ikhlas, iya gak Jinyoung?"

Jaebum menggelengkan kepalanya, menyuruh Seulgi untuk mengabaikan Jackson yang emosional, lagi galau.

"Jadi?" Jackson bertanya setelah menenguk air putih. Dia melihat Jinyoung yang duduk di sebelahnya, "Kenapa menyuruh kami kemari?"

Jinyoung tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak tahu harus memulai dari mana, karena dia tahu ketiga manusia yang dia kumpulkan ini pasti akan langsung meledeknya begitu dia menyebut namanya. "Aku ingin ... memberi hadiah natal untuk ... dia."

Jaebum dan Seulgi langsung tertawa meledek saat mendengar Jinyoung berbicara dengan terbata-bata, sedangkan Jackson menguap tidak peduli. "Bilang aja Jisoo! Ngapain sih harus terbata-bata? Kita juga tahu kali, siapa yang kau maksud."

"Jisoo?" Jackson yang tadinya lemas seperti akan dipanggil malaikat maut sebentar lagi mendadak semangat saat mendengar nama Jisoo. "Ah, Jisoo! Aku sangat merindukannya. Dia sedang dimana Jinyoung? Sepertinya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya."

Jinyoung melirik Jackson dengan tajam dan menyingkirkan tangan yang memegang pundaknya. "Kupikir tadi kau sedang galau karena baru saja dicampakkan Kak Joohyun?"

"Ah, Kak Joohyun. Sial, kenapa kau harus mengingatkanku ber*ngsek?!" Jackson memukul Jinyoung dengan kesal. Padahal, dia baru saja melupakan perempuan itu 30 detik yang lalu setelah mendengar nama Jisoo. Dan sekarang, dia kembali diingatkan lagi oleh Jinyoung. "Hei, aku tidak dicampakkan! Tapi aku yang men—"

"Jangan mengarang. Aku dan Seulgi mendengar cerita dari Kak Joohyun."

"Lalu? Kalian percaya dengannya? Bisa jadi dia yang—"

"Kami mendengarnya dari Kak Joohyun yang mabuk. Orang mabuk biasanya tidak pernah berbohong."

"Jinyoung, aku tahu kau akan memihak padaku. 'Kan? Katakan sesuatu untuk mendukungku." Jackson hendak menyenderkan kepalanya pada Jinyoung, namun langsung didorong oleh pria itu. Jackson berdecak setelah itu.

"Sudah, sudah. Kembali pada tujuan awal." Jinyoung melihat Seulgi yang duduk di depannya. Seulgi adalah salah satu teman dekat Jisoo. Jelas Seulgi tahu, apa hadiah yang Jisoo idam-idamkan selama ini. "Kita mulai dari Seulgi."

"Aku?" Seulgi menunjuk dirinya sendiri.

Jinyoung mengangguk. Memangnya siapa yang namanya Seulgi lagi selain dia di sini? "Apa ... Jisoo pernah memberitahumu, apa yang sedang dia idamkan?"

"Jisoo? Hm ...." Seulgi berpikir sejenak. Dia sudah kenal dan berteman dengan Jisoo selama hampir lebih dari 7 tahun. Dan tidak pernah sekalipun dia mendengar Jisoo menyinggung soal hadiah natal, ataupun ulang tahun. Jisoo sendiri berhenti percaya dengan santa klaus saat berumur 5 tahun. Jadi dia tidak terlalu banyak berharap soal hadiah di hari natal. Seulgi pun menggelengkan kepala. "Tidak ada."

Jinyoung menghela nafas kecewa. Padahal Seulgi adalah harapan terbesarnya untuk mendapatkan jawaban. Dia beralih menunjuk Jaebum. Sama seperti Seulgi, Jaebum pun tidak tahu. Dia dan Jisoo hanya teman biasa, tidak lebih. Jika Seulgi yang teman dekat Jisoo saja tidak tahu, bagaimana dengannya?

Jackson melihat Jinyoung yang masih belum menanyainya. "Bagaimana denganku?" Dia bersuara, Jinyoung, Jaebum, dan Seulgi melihat ke arahnya. "Kalian tidak bertanya denganku?

"Memangnya kau tahu apa? Seulgi yang sahabatnya aja gak tahu, apalagi kau," balas Jaebum yang didukung oleh Jinyoung.

"Eits, kalian meremehkanku ya? Hei, dengar sini. Gini-gini, aku sudah berpengalaman tahu!"

Jinyoung menghela nafasnya pelan. "Sudahlah, kau diam saja."

"Kenapa tidak dengarkan saja dulu?" Seulgi bersuara. "Dengarkan pendapatnya terlebih dahulu. Soal benar atau tidak, itu urusan belakang."

Jackson menunjuk Seulgi, "Sudah kuduga. Seulgi, kau memang yang terbaik!" Keduanya melakukan tos, lalu langsung dipisahkan oleh Jaebum yang posesif.

"Jadi, apa yang ingin kau usulkan?" Jinyoung bertanya pada Jackson yang hanya memamerkan senyumannya dan mulai membeberkan rencana, yang terdengar mengerikan bagi Jinyoung.

Drttt... drtt....

Suara telpon masuk. Jinyoung meraih ponselnya dan mematikannya setelah melihat nama si penelepon dan kode dari teman-temannya yang melarangnya mengangkat telepon itu. Jinyoung menghela nafas berat. Maaf, dia berkata di dalam hati.

- T B C -
28 Dec 2020

Halo semua! 
Jadi aku mutusin buat bikin lapak baru untuk cerita ini, yang awalnya mau aku publish di lapak one shots "You and i". Soalnya, kalau dijadiin 1 chapter aja, ceritanya kepanjangan dan akan membosankan menurutku (10.000+). 

Enjoy😁!!

All I Want For Christmas Is You - JINJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang