Bagian 20 - Berpisah dengan Sumatera Barat

122 22 11
                                    


...Adil bukan berarti setara.

---


Malamnya di rumah Damara, kami berempat ngobrol banyak mulai dari adat Minangkabau dan adat Banjar hingga akhirnya Kak Radit yang ngajakin main Jelangkung tengah malam.

"Main jelangkung, yuk!" ajak Kak Radit yang kelihatannya gak takut sama sekali.


"Ini udah tengah malam woi, g*la kau!" kata Meida.


"Gapapa, kan, ada Damar," kata Kak Radit lagi.


"Dih males, kalo cuman kita cowok bertiga mainnya gapapa. Takutnya kenapa-kenapa pas main sama cewek," Damara langsung menolak.


"Yahh.. gak asik banget!" Kak Radit cemberut.


"Lebih baik sekarang kalian berdua tidur di kamarku, kasian Anin besok dia, kan, pulang. Jangan lupa kunci pintunya kalo ni buaya satu tiba-tiba lepas dari kandang terus masuk ke kamar kalian," kata Damara pada aku dan Meida sambil menunjuk Kak Radit.


"Jangan sampe gua laporin lu ke Polisi atas tuduhan pencemaran nama baik, deh," kata Kak Radit ke Damara.


"Palingan lu yang ditangkep sama Polisinya," kata Kak Ega.


"Bener banget, mukanya emang muka kriminal," kata Damara. Sebelum aku melihat pergelutan untuk kesekian kalinya, aku dan Meida langsung berpamitan buat tidur pada mereka bertiga.


"Yaudah, yuk, tidur, Nin. Aku ngantuk juga nih," ajak Meida.


"Oke, kami duluan, ya! Jangan gak tidur kalian!" kataku pamit pada Damara, Kak Radit, dan Kak Ega.


"Oke, met tidur yach kalyan bidadari surga aqueh!" kata Kak Radit. kami berdua melambaikan tangan sambil menuju ke kamar Damar di lantai dua.

~~~

"Aku kunci pintunya gapapa, Nin?" tanya Meida setelah sampai ke kamar Damara.


"Iya, kunci aja gapapa, kok," kataku.


"Oke." Meida pun mengunci pintu kamar Damara dan langsung merebahkan diri ke kasur Damara. Sedangkan aku memperhatikan sekeliling.


Mataku berkeliling mengitari setiap sudut kamar Damara. Kamarnya berwarna coklat cerah, gak terlalu luas dibandingkan kamar tamu. Ada satu lemari besar tingkat 3 tanpa pintu yang menyimpan banyak koleksi merchandise anime, dari action figure, manga, dan yang lainnya. Sepertinya Damara suka banget sama anime. Menurutku, sih, dia sudah golongan wibu.

Di paling atas lemari itu tersusun banyak piala. Aku melihat dengan saksama piala-piala itu. Dari lomba yang berbau Jepang dan yang paling mendominasi adalah piala seputar teknologi. Di sebelah lemari itu terdapat meja komputer, speaker warna hijau dengan berbagai peralatan pendukungnya yang super lengkap. Bisa dibilang waktu itu komputer jarang yang punya dan masih mengandalkan warnet meskipun teknologi sudah cukup berkembang.

Tentang Kamu dan Rindu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang