"❀.one.❀"

6.7K 580 115
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ♥

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˙·٠•●۩۩ஜ꧁☙♔☙꧂ஜ۩۩●•٠·˙

*Author pov*

Gadis berumur 17 tahun yang tertidur pulas itu terbangun di pagi hari yang cerah, ia melirik jam di atas nakasnya yang sudah menujukan pukul 6. Ia pun segera bangun dari kasurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, ia kemudian memakai seragam lamanya yg memiliki atasan berwana putih dengan rompi warna hitam, serta rok berwarna senada diatas lutut. Dan Sepatu hitam, kaos putih—panjang selutut.

Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Mata biru jernih, kulit putih bersih, serta rambut berwarna coklat muda bergelombang sepanjang sikut. Sangat cantik. Ia hanya menggunakan lip balm untuk bibirnya agar tidak kering.

Tok.tok.tok.

"Ia, masuk."

"Sayang, apa kau sudah siap?" tanya Catrine kepada anaknya itu.

"Sudah bu," jawab Alena.

"Kau sangat cantik tuan putri, mari kita turun untuk sarapan," goda Catrine seraya mengajak Alena untuk sarapan.

"Ah, ibu bisa saja. Baiklah, aku juga sudah lapar," jawab Alena.

Kemudian anak dan ibu itu pun keluar dari kamar—menuruni anak tangga menuju meja makan.

Setibanya didepan meja makan, mereka berdua duduk berhadapan serta memakan sarapan buatan Catrine. Setelah selesai, Alena langsung membereskan meja makan beserta piring kotor di bantu oleh ibunya. Lalu
setelah beres, keduanya pun duduk di kursi ruang tamu.

"Bu," Alena pun membuka pembicaraan.

"Iya sayang, ada apa?" balas Catrine sambil menatap wajah anaknya.

"Apa ibu tidak kesepian jika aku pergi?" tanya Alena dengan raut sendu.

"Kau tenang saja sayang, ibu tidak apa-apa. Kau fokus saja pada pelajaranmu disana ya," ujar Catrine seraya mengelus puncak kepala putri yang sangat disayanginya itu.

"Tapi bu ... "

"Sudah, tidak ada tapi tapian, sebentar lagi jemputanmu datang, jadi bersemangat lah tuan putriku" ujar Catrine sambil tersenyum—menahan air matanya yang serasa ingin tumpah.

Hati Alena sangat berat harus meninggalkan ibu yang telah membesarkannya sedari kecil itu, walaupun Catrine bukanlah ibu kandungya.

Flashback on..

Malam itu, sekitar pukul 11 malam. Catrine baru pulang berkerja dari salah satu bar di daerahnya tinggal. Ketika di perjalanan pulang, Catrine mendengar suara bayi menangis di dalam lorong yang gelap, karena penasaran, akhirnya Catrine mencoba untuk mencari tahu asal suara tersebut.

"Suaranya semakin kencang, pasti ada didekat sini, tapi diman—"

Deghh..

Mata Catrine membulat sempurna, sekarang di depan matanya ada bayi mungil yg hanya berbalut sehelai kain dengan bercak noda darah—di dalam lorong yang gelap dan juga dingin.

Catrine pun menutup mulutnya dengan kedua tangannya saking tidak percaya. Lalu dengan cepat ia menggendong bayi malang itu.

"Astaga! Siapa yang tega membuang anak semanis kamu nak?! sungguh miris sekali nasibmu. Ibu janji, ibu akan merawatmu agar kau tidak kekurangan kasih sayang seorang ibu," ujar Catrine—terharu sambil menggendong bayi mungil itu.

Flashback off..

Alena pun memeluk ibunya dengan erat, seakan akan berpisah selamanya, Cantrine pun membalas pelukan putrinya itu. Tak lama, pintu diketuk dari luar.

Tok. tok. tok.

Ibu dan anak itu pun duduk seperti semula, lalu catrine berdiri—membuka pintu. Tampaklah dua orang pria bertubuh tegap dengan sorot mata yang dingin menatap ke arah Catrine dan Alena.

"Maaf, kami petugas dari Immorland Acadamy ingin menjemput nona Salena Imanuel Frans," ujar salah seorang dari mereka.

*Catrine's pov*

Aku pun membuka pintu setelah terdengar suara ketukan, kemudian kulihat ada dua orang pria bertubuh tegap menatap dingin ke arah ku dan Alena.

"Maaf, kami petugas dari Immorland Acadamy ingin menjemput nona Salena Imanuel Frans," ujar salah seorang pria itu.

Aku hanya mengangguk lalu menghampiri putri tercinta ku. Dengan perasaan berat hati, aku melepas kepergiannya. Tapi tetap mencoba tersenyum walau terpaksa.

Ia hendak keluar rumah, namun sebelum itu, ia memelukku dengan erat. Sungguh, rasanya aku tak ingin melepaskannya, tapi aku tidak mau egois, ini semua juga demi kebaikannya.

Ia pun masuk ke dalam mobil, kemudian mobil itu berangkat, aku tidak hentinya melambaikan tangan dan menatap kepergian mobil itu hingga sudah tidak terlihat lagi.

*Catrine pov end*

A/N

Jika kalian bertanya kemana koper dan barang-bareng alena, dia tidak perlu membawanya. Karena semua sudah tersedia di acadamy, ia hanya perlu membawa raganya saja.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haduh guyss sumpah aku tu deg deg-an. Aku bingung banget mau buat alurnya gimana 😂maaf ya kalau ceritanya gak menarik.

Buat yg mau nyempetin baca tinggalkan jejak mu ya 😊⭐💬🎀

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ♡

Aca»

QUEEN IMMORTAL ✅ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang