Day - 5

3 1 0
                                    

Halte bus
16.22

Tetesan hujan bergelincir ria diatas atap seng. Berjatuhan membasahi tanah, bau tanah basah khas nya tercium batang hidung remaja basah kuyup yang berteduh dibawah halte bus tua. Berbalut kaos putih polos dan celana panjang santai yang basah kuyup, terlapis jaket maroon yang tak basah dan masih bisa memberikan sedikit kehangatan untuk dirinya. badannya menggigil kedinginan. Ia menginginkan kehangatan lebih untuk dirinya yang sekarang sebatang kara tak terurus.

Ardean, 13 tahun dan terusir dari panti asuhannya dan luntang-lantung tak tahu arah. Matanya menatap jalanan sepi, berharap ada orang baik hati yang memberinya kehangatan itu, terus melakukan itu dengan tatapan sendu. Menggeleng kepala lalu mendengus geli.

" Bodohnya aku, masih mengharapkan kehangatan dari orang lain padahal beberapa hari yang lalu aku diusir dari kehangatan itu oleh 'Mereka', akankah aku diambil lalu dibuang lagi?" Batin Ardean mengingat saat dirinya diusir oleh seisi panti, diusir secara kasar bersama cemoohan yang memuakkan, Menjijikan.

" Syukurlah aku punya jaket ini, hujan lebat tak akan terlalu mengganggu karena jaket yang hangat," lanjutnya dengan kekehan serak. Bersyukur setidaknya masih memiliki kehangatan walau hanya sedikit, setidaknya Ia bisa bertahan dalam hujan lebat yang mengamuk.

Memeluk kakinya yang membeku mati rasa, nafasnya berusaha untuk menghangatkan sang kaki. Menggosok-gosokan tangannya hingga memerah dan menempelkannya ke pipinya, ah ya ini hangat. Jaket maroon sangat membantunya agar badannya tetap hangat.

Di bawah naungan Halte bus tua, Ardean bertahan dengan kain jaket maroon nya ditengah hujan yang tak bisa memberinya kehangatan.

[A/n]
Dapet pesannya?

14 Days Writing ChalenggeWhere stories live. Discover now