Oh iya, kedua teman Hira yang sejak tadi hanya diam saja. Mereka tau Hira telah menabrak seseorang yang disukainya sejak menginjakkan kaki di gedung tempatnya belajar ini. Tidak lama untuk memikirkan kejadian apa yang barusan Hira alami. Dia langsung beranjak untuk menuju tempat tujuannya.

Sampai akhirnya Hira berada di depan papan yang membuktikan perkataan Jaeri di kantin tadi tidak salah. Sungguh, Hira tidak percaya. Bagaimana bisa? bahkan dirinya mengalahkan Hueningkai? Anak Olimpiade Matematika atau bisa disebut pacarnya itu.

15.00

Kringg~

Hira menggendong tasnya masih dengan rasa tidak percaya.

"Hey Hiraa! Jangan ngalamun gitu, itu kan kerja kerasmu juga. Kau hebat tau!" teriak Neomi yang sadar kalau sahabatnya yang satu ini sedang melamun.

"Iyaa Hira.. sudah jangan dipikirkan terlalu dalam, kau memang hebat!" Serin yang mencoba meyakinkan, hanya dibalas anggukan oleh Hira.

Tapi tetap saja, Hira masih sangat bingung dengan ini. Memang benar kata Neomi bahwa dirinya itu bekerja keras, namun tidak terbayang pencapaiannya sebesar ini. Terlebih dia bisa mengalahkan pacarnya itu. Sebentar, kenapa Hira jadi teringat Hueningkai.

"Hira."

Hira tersentak kaget. Tiba-tiba ada yang memangil namanya. Baru saja dirinya memikirkan orang itu, yang tidak disangka ternyata sudah dibelakangnya. Hira memberi anggukan berarti paham, bahwa Hueningkai mengajaknya pulang. Seperti biasanya.

"Serin, Neomi.. aku pulang dulu ya." pamit Hira

"Oh okay, baiklah."

"Hati-hati di jalan Hiraa!" teriakan Neomi mengisi koridor yang sudah sepi itu. Hira membalasnya dengan lambaian tangannya tanpa menegok ke arah kedua temannya tadi.

Hira's POV

Sampai di depan gerbang sekolah. Hueningkai belum mengatakan satu patah kata pun. Aku jadi semakin takut. Apa dia marah gara-gara aku berada di peringkat atasnya. Aku semakin merasa bersalah.

"Hira-ya.. mau makan es krim bersama?" ajak Hueningkai

"Em.. Boleh." Aku memang ingin dan senang. Bagaimana tidak, Es krim!

Sampailah di kedai es krim favoriteku. Wah aroma susu sebagai bahan utama es krim disini sangat khas hingga membuatku tersenyum lebar. Rasanya aku akan semakin jatuh cinta dengan es krim.

"Duduklah, aku akan memesan." seru Hueningkai, aku hanya tersenyum dan mengangguk.

Menurutku memakan es krim sambil duduk di dekat jendela kaca yang lebar itu menyenangkan. Bisa melihat pemandangan orang-orang yang berlalu lalang berjalan dengan tujuan mereka. Sepertinya hari ini mereka sedang sibuk. Oh iya, Hari Senin. Pantas saja.

"Hey melamunkan apa?" Hueningkai sudah datang dengan kedua tangannya yang penuh oleh es krim.

"Ini untukmu." Aku belum menerima es krim itu. Aku masih terheran. Dan raut wajahku pasti terbaca sekali oleh Hueningkai.

"Ayo dimakan. Ini es krim spesial untukmu." Hueningkai tersenyum dan aku masih tak mengerti.

"K-kenapa? Ini terlalu banyak toping." bukannya aku menolak, harga es krim ini saja terlihat tidak seperti harga pelajar. Ini benar-benar es krim yang sangat spesial. Kalau boleh jujur, aku sedari dulu memang ingin sekali memakan es krim ini. Tapi melihat antusias Hueningkai, aku merasa semakin tidak enak kalau menolak.

"Terimakasihh.. Huhh kau ini berlebihan sekali" aku menerima es krim itu lalu memakannya.

Hueningkai terkekeh karena nada bicaraku bisa dibilang mengesalkan.

"Hira, Selamat. Kau mendapat nilai tertinggi satu angkatan. Aku sangat bangga padamu." okay, aku menegerti kenapa dia membelikanku es krim ini. Ini berlebihan menurutku. Cukup selamat saja sebenarnya aku sudah sangat senang.

"Hueningkai, maaf telah membuatmu berada di-"

"Heh ada apa denganmu! Kau tidak salah. Kau itu hebat Hira. Aku sangat senang Hira dan aku bangga padamu."
Aku hanya bisa terdiam sambil memakan es krim yang terbilang sangat spesial bagiku. Hueningkai baik, aku menyadarinya. Namun masih disayangkan. Kenapa aku belum bisa menyukainya, dan juga mencintainya.

Hira's POV end

• • • • •

Hira menghela nafasnya sambil melihat langit-langit kamar bernuansa pastel itu. Dirinya masih memikirkan kejadian menabrak Mantan Ketua Osis yang masih Ia harapkan sampai sekarang. Bagaimana tadi jika dia hanya berjalan, pasti tidak akan tertabrak. Kini dirinya sangat bersyukur karena adanya jalan belokan menuju Aula.

"Terimakasih, kau memang jalan berbelok yang akan menjadikan ini sebuah kenangan" monolog Hira sambil terkekeh pelan.

Menjadi Secret Admirer memang sulit. Hanya bisa mengagumi seseorang dari kejauhan.

Tiba-tiba dia memeluk bantal yang ada disampingnya dengan melebarkan sudut bibirnya. Senyumnya tak henti-henti merekah. Beginilah kalo seseorang sudah jatuh cinta, bisa gila.

Sampai akhirnya Hira ingat. Dia berjalan menuju tas berwarna pink yang selalu dia gendong setiap ke sekolah. Dikeluarkannya kotak berwarna putih bersih dengan gliter yang mempercantik tampilannya. Ya, itu pemberian Hueningkai saat mengantarnya pulang tadi.

Dibukanya kotak itu. Berisi note book berwarna sama seperti dinding kamarnya, pink pastel. Ini adalah note book yang sangat Hira inginkan dua minggu yang lalu.

"ck, dia benar-benar berlebihan sekali" gadis itu mendengus kesal.

Disimpannya kotak beserta note book tadi. Hira masih tak habis pikir. Ada apa dengan Hueningkai. Selalu membuat dirinya terkejut dan tidak mengerti. Satu hal yang Hira tau dari Hueningkai, sangat baik.

Hira sadar, dirinya pun tidak akan menolak kebaikan Hueningkai. Hira juga tidak bermaksud memanfaatkan. Hanya saja memang status berpacaran antar mereka ini sungguh sangat berbeda dengan pasangan biasanya.

• • • • •

Hallooo~ gimana part 2? Terimakasih udah baca sampai part ini >3<

Penasaran engga sama lanjutannya? Hihii

Semoga kalian ngga bosen ya sama ceritanyaa ♡♡♡ oh iyaa, biar aku makin semangat lanjutinnya, jangan lupa vote dan comment yaa~!
And stay tune ✨

Sincerity - Hueningkai Donde viven las historias. Descúbrelo ahora