Karya Batara
gYa ya, kalau begitu si Naga Bongkok saja, suhu,h Ceng
Liong memotong. 'Siapakah kiranya yang dapat mengalahkan
kakek bongkok itu satu lawan satu!"
Mu Ba tertegun
"Kenapa diam, suhu? Yang jelas bukan kau, bukan?"
Raksasa ini mengangguk, merah mukanya. "Ya. dan jisuhumu
(Mayat Hidup) juga tak dapat mengalahkan kakek
bongkok ini jika harus satu lawan satu, Liong-ji. Tapi kukira
ada dua orang yang dapat menandingi kakek bongkok itu,
bahkan mungkin tiga kalau So-beng mahir mainkan Tok-hweji!"
"Hm, Iblis Penagih Jiwa ini tak mungkin mau memberikan
kepandaiannya kepadaku, suhu. Coba kausebutkan saja siapa
dua orang yang mungkin dapat menandingi kepandaian Naga
Bjngkok itu!"
Mu Ba menarik napas. "Pertama mungkin Pendekar Gurun
Neraka, Liong ji. Dan ke dua adalah ketua Beng-san pai itu!"
"Ciok-ihouw Taihiap Sâlw Ki Beng?"
"Mungkin."
Ceng Liong berkilat matanya. "Tidak ada lainnya lagi,
suhu?"
Mu Ba menggeleng ragu. "Kukira hanya dua orang itu,
Liong-ji. Tak ada lainnya lalu Ada apakah?"
Ceng Liang tak menjawab. Matanya berubah aneh, tapi Mu
Ba yang rupanya tahu tindak-tanduk muridnya ini tiba tiba
bertanya, "Kau mau mempelajari kepandaian dari orang yang
dapat menandingi Naga Bongkok, Liong ji?"
"Hm..." Ceng Long terpaksa menganggukkan kepalanya.
"Memang betul, suhu Tapi kalau Pendekar Gurun Neraka jelas
tak mungkin!"
"Kalau begitu ketua Beng-san pai itu saja, Liong-ji.
Kudengar dia memiliki ilmu baru yang disebut Soan-hoan
ciang!"
Ceng Liong berkedip matanya. "Kau bisa membantu, suhu?'
"Kalau kau mau, bocah. Dan kebetulan sekali kudengar
bahwa saat ini ketua Beng-san-pai itu dilanda kecewa!"
"Kecewa apa, suhu?"
"Tentang pewaris ilmu silatnya, Liong -ji. Katanya
kudengar Soan-hoan-ciang yang dimilikinya tak mendapat
sambutan baik di hati ketiga cucunya!"
"Eh, bagaimana itu, suhu?" Ceng Liong tertarik.
"Bagaimana ilmu silat Soan-hoan-ciang itu tak mendapat
sambutan di hati cucunya? Dan siapa mereka?"