Iblis Berjanggut Biru - Wiro Sableng

674 2 0
                                    

Iblis Berjanggut Biru – Wiro Sableng

1

1

DUA PEMUDA berpakaian kelabu dan sama menunggang kuda hitam, memacu kuda masing-masing menuju ke timur. Di belakang, di arah punggung mereka sang surya yang hampir tenggelam membersitkan sinar kuning merah. Ratusan kelelawar terbang berputarputar di arah selatan lalu lenyap di balik ketinggian pohon-pohon jati di puncak bukit kecil. Pemuda yang menunggang kuda di samping kiri bertubuh ramping semampai, memiliki kehalusan kulit seperti peremptlan. Kepalanya dibungkus dengan sehelai kain berwarna merah. Kawannya seiring berbadan tegap. Dadanya yang berbulu tersembul di balik bajunya yang tidak berkancing.

Memasuki jalan yang agak mendaki di lereng bukit, kuda tunggangan pemuda

berikat kepala merah tiba-tiba saja seperti ditarik oleh satu kekuatan dahsyat dari

belakang hingga binatang ini berhenti berlari. Kalau saja penunggangnya tidak cekatan

dan sigap merangkul leher kuda itu, niscaya dia akan terlempar.

"Hai ....! Ada apa denganmu Wesi Ireng?!" Si pemuda menegur kuda tunggangannya

lalu mengusap-usap leher binatang itu.

"Kudamu berlaku aneh!" berkata pemuda bertubuh tegap. Namun dia sendiri

menjadi kaget ketika mendadak kuda tunggangannya meringkik keras sambil

mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi ke udara.

"Tenang! Tenang Panah Ireng!" Pemuda ini berusaha menenangkan kudanya yang

bernama Panah Ireng. Dia memandang berkeliling. "Aneh, tak biasanya Panah Ireng

2

berlaku seperti ini . . . "

"Wesi Ireng juga tak biasa-biasanya begini ..,." Baru saja pemuda itu berkata begitu,

kudanya pun ikut-ikutan meringkik. Dia memandang berkeliling. "Aneh, tak ada

binatang buas. Mengapa binatang-binatang ini seperti ketakutan?"

Setelah diam sejenak, pemuda bertubuh tegap berkata,

"'Sudahlah Ratih, tak perlu dirisaukan. Mari kite melanjutkan perjalanan. Tujuan

masih jauh. Mungkin baru besok pagi kita sampai di Tegal Jenar..."

"Betul mas Danu. Mari kita lanjutkan perjalanan . . . " kata pemuda yang dipanggil

dengan nama Ratih, yang ternyata adalah seorang perempuan berpakaian seperti lelaki.

Kedua orang itu menyentakkan tali kekang kuda masing-masing dan siap untuk

meneruskan perjalanan. Tapi benar-benar aneh. Keempat kaki kuda itu seolah-olah

seperti dipantek ke tanah. Lehernya mengulur-ulur ke depan seperti mengumpulkan

tenaga berusaha untuk maju dan lari. Tapi tubuh dan kaki tak bisa digerakkan.

"Hatiku jadi tak enak mas. Jangan-jangan⁄"

Baru saja, Ratih berkata begitu di depan mereka, dari arah atas terdengar suara

orang mendehem dua kali berturut-turut. Ratih dan Danupaya mendongak mengangkat

kepala. Memandang ke depan. Di atas sebuah cabang pohon besar di tepi jalan di

depan mereka tampak duduk bersandar ke batang pohon seorang lelaki muda

berpakaian biru. Meskipun muda tapi dia memiliki janggut lebat. Tidak seperti

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2010 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Iblis Berjanggut Biru - Wiro SablengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang