Ravian : Ingatan

23.5K 1.3K 53
                                    

Note : Buat yang di cetak miring itu maksudnya flashback ya pembicaraan Doni sama Ravian. Dan ugh! entah kenapa saya punya feeling kalau part kali ini bakal banyak kritik *komat--kamit baca doa* ah yasudahlah, saya berharap ada banyak masukan untuk memperbaiki tulisan ini atau tulisan saya yang lain ke depannya. oke makasih semua yang udah baca, vote, bahkan komen cerita ini. lov u all. happy reading and... happy week end :)

***


"Jadi waktu itu lo cuma one night stand sama dia?" tanya Doni dengan tatapan tak percaya.

Gue menatap dia bingung. Kenapa harus berdiri semaleman?

"Waktu di puncak..." lanjutnya seolah mendorong ingatanku.

Puncak?

"Gue nggak nyangka. Dia nggak ada tampang kayak gitu," lanjutnya lagi sambil menyandarkan punggungnya.

Ini sebenernya ngomongin apa sih?

"Don, lo kalau ngomong yang jelas dong! Jangan loncat-loncat kayak kodok mau beranak gitu!"

Doni memijat keningnya perlahan,"lo pura-pura nggak tahu atau gimana sih, Rav? Gue jelas-jelas ngeliat dia keluar dari kamar yang lo tidurin."

Gue melongo. Tunggu!

Seperti puzzle yang tiba-tiba menyusun dengan sendirinya, gue mulai mengingat kejadian di puncak malam itu. Malam itu secara sembunyi-sembunyi beberapa anak termasuk gue dan Doni menyelinap buat kumpul-kumpul. Bukan sekadar kumpul-kumpul ternyata. Si Dimas malah membeli beberapa minuman beralkohol. Gue yang tadinya sama sekali nggak pernah minum akhirnya dipaksa buat ikut ngerasain juga. Setelah itu gue nggak inget apa-apa lagi. Mungkin teler. Dan... ehm... oh ya! Gue mendadak inget lagi, waktu itu paginya gue memang bangun dalam keadaan pusing luar biasa dan... telanjang!

Gue melotot sendiri dengan ingatan yang tiba-tiba muncul seiring dengan ocehan Doni.

"Apa tadi lo bilang?"tanya gue memastikan.

Doni menatap gue prihatin.

"Don! Lo boleh percaya atau enggak, tapi seriusan. Gue bener-bener nggak tahu atau tepatnya nggak inget apapun setelah lo dan temen-temen lo berhasil bikin gue minum," lanjut gue lagi.

Doni menatap gue serius, "lo serius?"

"Lo mau berapa rius gue kasih kalau lo mau jelasin apapun yang lo ocehin tadi. Dan Jani... dia siapa?"

"Wah parah lo Rav, abis nidurin anak orang malah lupa!"

Hah? Nidurin? Rudal gue? Mammoth gue? Secara reflek gue megangin mammoth gue. Jadi lo udah pernah masuk sarang, nak? Kok gue nggak tahu?

Doni menatap gue jijik, hingga gue secara cepat melepaskan pegangan gue.

"Heh? Serius lo?" tanya gue lagi.

"Lo beneran lupa?"

"Serius gue," mendadak gue jadi galau. Yang ini beneran gue. Gue beneran udah nidurin anak orang? Ya ampuuuun, kenapa gue lupa rasanyaaaaa?

"Lo minum nggak sampe sebotol. Gue kira lo nggak bakal teler. Lo ngilang setelah lo bilang mau ke toilet. Nggak balik-balik sampai kita bubar. Gue masuk paling terakhir, karena beres-beres juga. Berabe juga kalau anak-anak cewek pada tau," jelas Doni.

Ke toilet? Kilasan-kilasan bayangan mulai muncul. Gue yang berjalan sempoyongan menuju toilet.

"Pas gue masuk, gue lihat Jani, rambutnya berantakan banget. Dia kelihatan buru-buru keluar dari kamar deket dapur."

Baby Maybe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang