Kencan dengan Austin?

96 2 0
                                    

[MALTA]

Sesuai perjanjian, kami akan bertemu pada pukul 3 sore di Lincoln Park. Sejak kemarin sore, aku tidak bisa berhenti berpikir. Mengapa ia mau pergi denganku? Apa ia punya maksud tersembunyi? Tapi, bagaimana mungkin! Kami bahkan belum kenal begitu lama. Tidak mungkin dia menyukaiku, bukan?

Aku melihat jam di ponselku.

"Ah! Sudah jam 2 siang! Aku bisa terlambat!"

Momen seperti ini tidak mungkin aku lewatkan. Aku tidak boleh terlambat! Lagi pula, ini adalah pertama kalinya Austin mengajakku pergi bersama.

Tunggu dulu! Apa yang harus aku kenakan?

Aku membuka lemari pakaian. Kelihatannya tidak ada yang bisa ku pakai.

"Aku tidak punya baju bagus!" Teriakku kesal.

"Lalu, baju sebanyak itu untuk apa?"

"Aaaaaaaa...!!!" Tanpa sengaja aku melemparkan gantungan baju yang ku pegang ke arah Jason. Untungnya dia berhasil menghindar.

"Huhh...hampir saja! Kenapa kau kaget?" Tanya Jason dengan polos.

"Kenapa aku kaget? Tanya saja sendiri! Kau masuk ke dalam kamarku secara tiba-tiba tanpa mengetuk pintu. Ku kira kau penguntit atau semacamnya!"

Aku jadi teringat kejadian di sekolah saat SMP. Waktu itu, aku dan temanku, Alice, pergi ke ruang ganti seusai pelajaran olah raga. Kami berbicara asyik sekali mengenai pentas seni yang akan diadakan di sekolah dalam beberapa hari. Kemudian, Alice meninggalkanku untuk mengambil botol minumnya yang tertinggal di lapangan bola. Jadi, aku hanya sendirian saja saat itu. Sedangkan, teman-temanku yang lain masih berada di lapangan untuk mengikuti ujian.

Saat itu, aku masuk ke kamar ganti dan membuka bajuku. Kemudian, aku mendengar suara benda yang terjatuh, entah apa itu. Suaranya cukup besar. Karena takut, aku cepat-cepat memakai bajuku dan keluar untuk melihat.

Tak lama, aku mendengar suara Alice yang sedang memaki-maki seseorang. Aku kaget ketika tahu bahwa ada seorang anak laki-laki yang masuk ke ruang ganti perempuan. Anak itu memegang sebuah kamera di tangannya. Untungnya, Alice berhasil menghalanginya agar tidak kabur.

Setelah itu, beberapa temanku yang lain datang dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada guru olah raga kami.

Tak kusangka, sepertinya anak itu mencoba untuk mengintipku melalui celah yang terbuka dan mengambil fotoku saat aku mengganti pakaianku.

Untungnya, dia terjatuh ketika mencoba berdiri di atas kursi kayu yang rusak.

Saat kami memeriksa kameranya, untung sekali ia tidak sempat mengambil satu gambar pun dariku. Aku cukup beruntung saat itu.

"Hahaha...Yang benar saja! Mana ada yang ingin menguntitmu? Kau kira kau selebriti, hah?" Katanya sambil cengengesan.

"Terserah kau saja! Aku sedang buru-buru."

"Memangnya kau mau kemana? Kenapa semua bajumu tergeletak di atas kasur? Jangan-jangan kau..." Selidik Jason.

"Tidak! Tidak seperti yang kau pikirkan! Aku hanya ingin jalan-jalan saja sebentar. Bukan kencan, kok!" Dalihku.

"Bukan kencan?" Kemudian ia tertawa terpingkal-pingkal. "Malta, aku bahkan belum selesai bicara. Sepertinya itu memang maksudmu bukan? Kau tidak perlu berbohong! Aku kan kakakmu, kenapa kau harus malu?"

"Kenapa kau selalu menyebalkan, sih!" Kataku kesal.

"Sudah...sudah...kau tidak perlu marah! Aku mengerti, kau sudah dewasa sekarang. Aku tidak percaya, ternyata orang sepertimu bisa suka dengan seseorang, ya! Apa itu Larry?" Ia mencolek lenganku berkali-kali.

AMBISIUS : My Brother's Enemy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang