London

3.4K 208 8
                                    

Niall

Pantat pegel, yawn. Akhirnya aku mendarat juga di kota yang tercinta ini, London. Seluruh badanku pegal, jadi lebih baik aku beristirahat dulu di salah satu café.

Aku duduk di paling ujung, setelah memesan aku langsung menduduki kursi agak di ujung, aku melihat sekeliling, sepi. Hanya ada satu orang cewek berambut brunette sepunggung yang sedang duduk sendirian di meja sampingku sambil memainkan ponselnya. Aku pun teringat sesuatu, aku merogoh tas gendongku dan menemukan ponselku. Aku menggantinya dengan kartu lokal dulu, setelah itu aku menghubungi Ayesa.

Dengan cepat Ayesa membalasnya, beruntung karena dia tidak marah padaku yang pergi secara diam-diam. Awalnya aku kira dia akan mengamuk padaku, tapi ternyata tidak.

"Permisi." tiba-tiba seseorang sudah berdiri di hadapanku membuyarkan lamunan.

Aku mendongakkan kepala ke atas dan ternyata seseorang yang berdiri di hadapanku adalah cewek yang tadi duduk di samping mejaku, cewek berambut brunette.

"Ya?" sahutku.

"Lo orang sini?" tanyanya aneh membuatku mengerutkan keningku, pertanyaan yang aneh.

"Iya, kenapa?"

"Maksudnya, lo tinggal di kota ini?"

"Ya, memangnya ada apa?"

"Boleh minta tolong?" pintanya ragu.

"Boleh jika aku bisa membantu."

"Boleh pinjem uang nggak? Gue orang Irlandia, gue ke sini mau ke rumah sepupu gue. Tadi gue mau bayar tapi sialnya dompet gue nggak ada. Gue udah coba hubungin sepupu gue tapi dia belum bales sama sekali." Jelasnya.

"Oh boleh, berapa?" tanyaku sambil mengeluarkan dompetku.

Cewek tersebut menyebutkan berapa uang yang dia pinjam, setelah itu aku mengeluarkan beberapa lembar yang dari dalam dompetku dan memberikannya. Dia berterimakasih padaku lalu buru-buru menghampiri kasir dan membayar tagihannya. Setelah itu dia kembali, sekarang dia duduk pindah ke hadapanku.

"Makasih ya, emm oh iya nama gue, Abigail lo bisa panggil gue Abi. Nama lo siapa?" tanya nya sambil mengulurkan tangan dihadapanku.

"Nama gue Niall umm Niall Horan." Jawabku terbata sambil membuka kaca mata juga masker sesaat lalu menutupnya kembali.

"Hah? Niall Horan dari One Direction?" tanyanya sedikit kaget.

"Ssstt." Desisku seraya menyimpan jari telunjuk di bibir yang tertutup oleh masker.

"Sorry, gue nggak tau kalau lo Niall Horan dari One Direction, kalau gue tau gue nggak bakalan minjem duit ke lo deh. Aduh gue malu sorry, pasti gue ganti deh pasti." Ujarnya panik.

"Santai aja, lo bukan Directioners ya?" tanyaku meyakinkan.

"Iya bukan, gue lebih suka art daripada music. Oh ya sebentar." Ucapnya lalu merogoh tas kecilnya yang di selempangkan dan mengeluarkan ponselnya.

"Boleh minta nomor ponsel lo?" tanyanya ragu.

Aku menatapnya sesaat dan kurang begitu yakin, aku tidak biasa memberikan nomor ponselku ke sembarang orang.

"Umm kalau lo nggak mau ngasih, gue minta alamat rumah lo aja deh."

"Alamat rumah? Buat apa?"

"Biar gue gampang ngembaliin uang lo."

"Nggak usah, lo nggak usah bayar juga nggak apa-apa, gue ikhlas kok. Nggak perlu lo ganti."

"Tapi Niall, niatan gue itu pinjem uang lo. Bukan minta."

My Idol is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang