“Wow, ini hebat Lucy. Karya tulismu mendapatkan nilai A dari guru bahasa kita yang terkenal pelit dalam memberi nilai” seru Sinta yang merupakan teman sebangku Lucy.
Lucy tersenyum angkuh sambil mengibaskan helaian rambut hitamnya yang panjang kebelakang. “tentu saja, seorang Lucy bisa mendapatkan apa yang dia mau. Kau tahu kenapa?! Karena aku punya segalanya !
“Ya, memang hanya kau yang bisa Lucy” ujar Sinta dengan nada memuji. “Bagaimana kau bisa mendapatkan ide dalam menulis karya tulis itu hingga menjadi rangkaian tulisan yang menakjubkan?!”
Lucy menopang dagunya dengan kedua tangannya sambil menatap Sinta. “Kau benar-benar ingin tahu?!”
“Ya, !. Aku juga ingin mendapatkan nilai tinggi sepertimu” sahut Sinta dengan semangat.
Lucy mencondongkan badannya lebih dekat kearah Sinta “Aku meng-copy karya orang lain” bisik Lucy kemudian.
“Apa?!” ujar Sinta setengah berteriak namun langsung menutup mulutnya ketika sadar mereka sedang berada dikelas dimana guru matematika sedang menerangkan pelajaran di depan. “Maksudnya kau mengambil karya milik orang lain ?!” bisik Sinta.
Lucy memandang kuku tangannya yang baru saja di warnai dengan warna merah sambil tertawa dingin “Bisa dibilang begitu. Aku hanya perlu merubahnya sedikit lalu tulisan itu menjadi milikku. Tentu saja itu menjadi karyaku”
“Tapi itu tidak boleh kita lakukan Lucy?! Itu sama saja dengan kau mencuri karya orang lain!!”
“Kau berisik sekali. Penulisnya tidak akan tahu aku mengambil tulisannya dan menjadikannya sebagai tulisan milikku!!” ketus Lucy
“Apa kau tidak peduli kesusahan penulis dalam merangkum idenya, serta hal yang dirasakan penulis dalam membuat tulisan yang kau copy kemudian kau jadikan karyamu?!”
“aku tidak peduli, itu urusannya. Siapa suruh dia menerbitkan tulisan itu kedunia maya. Sudahlah kau membuatku muak dengan kata-katamu” Lucy membuang muka kemudian sambil mendengus kesal.
Sinta menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya pelan tanda menyerah dengan sifat Lucy yang keras kepala dan tidak mau diberi nasehat. “Ada saatnya nanti kau akan menuai hasil dari perbuatanmu itu Lucy. Jangan katakan aku tidak pernah mengingatkanmu” ujar Sinta pelan namun masih dapat didengar Lucy yang menganggapnya angin lalu.
Lucy berjalan memasuki toilet untuk memperbaiki penampilannya setelah mengisi perut dikantin sekolah. Lucy memandangi pantulan dirinya dicermin, kemudian memuji kecantikan yang membuatnya menjadi primadona sekolah. “kau memang gadis yang tercantik Lucy” ucap lucy sambil tersenyum angkuh.
Ketika Lucy mencuci tangannya di wastafel sambil menggosok kedua tangannnya, sebuah pukulan keras mengenai tengkuknya. Lucy goyah dan dan jatuh pingsan
***
“Ukh…” Lucy perlahan membuka matanya sambil meringis ketika rasa sakit terasa dari tengkuknya. Matanya mengerjap pelan ketika mendapati dirinya berada disebuah ruangan dengan sedikit cahaya yang membantu matanya untuk melihat ruangan dimana Lucy berada tidak berisi apapun selain dirinya serta kursi yang didudukinya. Lucy baru menyadari dirinya yang dalam posisinya yang di ikat pada sebuah kursi. Lucy meronta mencoba membuka ikatan yang melilit kuat tubuhnya sambil berteriak minta tolong, namun usahanya sia-sia karena tidak ada yang mendengar suaranya, selain itu ikatan yang meliliti tubuhnya begitu kuat hingga membuatnya meringis kesakitan.
“Oh, ternyata kau sudah bangun” sahut sebuah suara yang terdengar dingin dan menusuk
Lucy memicingkan matanya mencoba melihat sosok yang baru saja menyapa pendengarannya.