Chapter 2 - Taste Like Sweet Honey

Start from the beginning
                                    

" Lihat halaman ini ! " Ujarnya.

Aku menelusuri halaman itu dan mengangguk paham.

" Oh, butik Mamaku jadi sponsornya. Yah, wajar saja ya. Butik Mama memang terkenal sih. " Jawabku dengan nada datar.

" Bukan itu ! Lihat yang di atasnya ! "

Mataku kini menelusuri halaman atas. Seorang pria berpose disana, dengan pakaian yang bisa kutebak, pakaian yang dibuat oleh perusahaan Mama. Pria yang berpostur tinggi dan berwajah tampan. Bisa dibilang, ia memiliki kualitas tinggi sebagai model, dan ... Ia memiliki warna rambut yang cukup aneh. Merah kecoklatan, warna rambut yang jarang terlihat, dan aku yakin itu rambut hasil cat, bukan asli.

" Siapa ? " Tanyaku.

" Hah ?? Yang benar kamu gak tahu?? Walaupun Mamamu adalah seorang fashion designer ?? Kupikir pasti kau pernah melihat orang ini karena ia cukup sering disponsori oleh perusahaan Mamamu. " Elly menatapku dengan terkejut, dan tidak perlu dibilang bahwa matanya melebar dengan hebat sampai-sampai aku takkan kaget jika tiba-tiba bola matanya menggelinding keluar.

" Tidak. Aku memang sering ke perusahaan Mamaku, tapi ... Aku tak pernah melihat orang ini. " Balasku.

" Bisa dibilang ... Anna sama sekali tidak tertarik dengan hal beginian. " Michelle menambahkan, dan aku mengangguk, mengiyakan.

" Ah, sulit dipercaya. Dia adalah Klaus ! Klaus Christopher, model berumur 16 tahun yang karirnya lagi melonjak sekarang! Dan juga ... Dia ... Sangat CAKEP !! " Elly menjelaskan dengan antusias, dan entah kenapa ia seperti menegaskan kata CAKEP.

Aku kembali menatap majalah yang berisikan foto orang yang bernama Klaus itu. Memang sih, ia begitu tampan. Bukan hanya wajah saja, postur tubuhnya juga sangat mendukung profesinya sebagai model. Warna rambutnya yang berwarna merah kecoklatan juga secara ajaib begitu cocok dengannya, seakan ia terlahir dengan rambut seperti itu. Bisa dibilang, apapun akan cocok dengan manusia setampan dia.

Ngomong-ngomong soal warna rambutnya, aku ... Ingat bahwa pernah melihat orang berwarna rambut seperti itu. Ya, orang yang ada bersama Zen Droic waktu itu. Orang yang memakai masker, kacamata dan topi.

Tapi ... Mustahil kan ?

" Ah, pulang yuk ! " Elly mengemaskan majalahnya kedalam tas.

" Iya, ayo pulang. Lagipula bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. " Michelle tersenyum sambil mengambil tasnya.

Ah, iya ya. Kelas sudah kosong. Tapi ... Entah kenapa ... Ribut sekali.

" Ada apa ya? Kok berisik ? " Michelle bertanya-tanya.

" Dari arah gerbang sekolah. " Elly menunjuk keluar jendela, melihat kerumunan siswi-siswi yang berteriak-teriak gak jelas.

Setelah diperhatikan baik-baik, ada manusia di tengah tengah kerumunan itu.

" EHH ??! Bohong !! Yang benar ?!! " Elly tampak heboh setelah menatap ke arah kerumunan itu minimal 10 detik.

" Apa? "

" I-itu kan !!! KLAUS CHRISTOPHER !!! "

Elly dengan cepat melesat keluar kelas dengan membawa tasnya. Dengan kecepatan lari seperti itu, aku takkan kaget jika tiba-tiba Elly bisa menang di olimpiade lari.

Aku dan Michelle hanya berjalan keluar gedung dengan santai. Aku sama sekali tidak tertarik dengan manusia yang disebut-sebut oleh Elly.

Dan aku ... Sama sekali tidak ingin bergabung dengan kerumunan orang yang berisik itu. Selama bertahun-tahun, aku hidup dengan damai dan tentram karena menghindari hal-hal yang menurutku akan merepotkanku, ataupun hal-hal yang akan membawa masalah padaku.

PaperplaneWhere stories live. Discover now