perbuat kepada lain orang sesuatu yang kau sendiri tak suka orang lain perbuat
kepadamu!”
“Bodoh, itu adalah ujar-ujar yang kita pelajari kemarin dulu, bukan
kemarin. Kau selalu sebut ujar-ujar ini saja! Agaknya hanya ujar-ujar yang dapat
memasuki batok kepalamu yang keras itu.”
“Memang hak-seng paling suka kepada ujar-ujar ini, Sian-seng,” jawab anak
itu yang tiba-tiba menjadi berani.
“Mengapa begitu?”
“Harap Sian-seng terangkan dulu apakah semua ujar-ujar Nabi Khong Hu Cu itu
baik dan betul?”
“Tentu saja, tolol! Kalau tidak baik dan betul tak nanti dipelajari orang
sedunia.”
“Kalau begitu, apakah Sian-seng suka kalau kutampar mukamu?”
“Apa katamu? Kau... kau bangsat....”
“Sian-seng tadi menampar pipiku, tapi tidak suka kalau kutampar, bukankah
itu menyalahi ujar-ujar yang kita pelajari?”
Untuk beberapa saat tak terdengar suara apa-apa seakan-akan guru itu
tercengang, tapi kemudian terdengar ia memaki kalang kabut. Dan pada saat itu di
luar kuil terjadilah hal-hal yang lebih hebat lagi.
Seorang hwesio (pendeta) gundul yang bertubuh tinggi besar dengan sepasang
mata bundar menakutkan dan lengan tangan yang besar berbulu, entah dari mana
datangnya, berhenti di luar kuil dan ia menurunkan sebuah keranjang rotan besar
sekali yang tadi dipanggulnya. Ia lalu duduk di atas keranjang itu sambil
melihat ke arah pintu kuil dengan penuh perhatian. Tiba-tiba dari dalam pintu
kuil itu keluarlah tiga orang-orang tua yang juga pendeta-pendeta penganut Agama
To (Tosu) yang memelihara rambut dan rambut itu digelung ke atas dan diikat
ditengah-tengah. Tiga orang tosu itu juga aneh karena yang seorang tinggi kurus
bertongkat kayu cendana, yang ke dua pendek tapi gesit sekali gerak-geriknya,
sedangkan yang seorang lagi tinggi besar dan bercambang bauk yang menyongot ke
sana-sini, berbeda dengan dua orang kawannya yang berjenggot putih panjang dan
halus.
Hwesio gundul tinggi besar itu ketika melihat tiga tosu ini keluar dari
pintu kuil, tampak terkejut karena memang ia tidak menduga sama sekali akan
melihat mereka di situ. Sebaliknya, ketiga orang tosu itu ketika melihat hwesio,
juga kaget sekali dan mereka bertiga lalu menggerakkan tubuh loncat menghampiri.
Loncatan ini luar biasa sekali, karena sekali saja meloncat, mereka bertiga
telah melayang ke tempat hwesio itu yang jauhnya tak kurang dari sepuluh tombak
(setombak kira-kira dua meter)!
“Hai Kong, kau berani menemui kami? Apakah kau mencari mampus?” Tosu
KAMU SEDANG MEMBACA
serial pendekar sakti - Kho Ping Hoo
Randomdiambil dari situs http://kangzusi.com
Kho Ping Hoo - Serial Pendekar Sakti (03) - Pendekar Bodoh(bag1)
Mulai dari awal