Part 4

765 0 0
                                    

harusnya minggu pagi yg mendung itu gue habiskan dengan meringkuk di bawah selimut sampai siang karena semalaman tadi gue begadang di kamar Indra main Play Station sampai jam empat pagi. selepas subuh gue baru bisa terlelap. tapi suara ketukan di pintu sangat mengusik kenyamanan gue pagi itu. awalnya gue abaikan, tapi makin diabaikan suaranya malah semakin keras.

"iya bentar!" gue menggerutu dengan kesal lalu keluar dari balik selimut ke arah pintu.

"hay Ri..." gue mendapati Echi tersenyum lebar ke gue. "baru bangun ya?"

"eh, kamu Chi." gue buru-buru mengusap wajah gue dengan sarung yg melingkar di pundak gue.

"tadi lagi tidur ya?" tanya Echi lagi.

"ya begitulah. hehe.." gue nyengir pait. gue yakin saat itu gue culun banget. muka kusut, rambut acak-acakan ditambah sisa-sisa iler yg mungkin masih menempel di pipi. (gak usah dibayangin ya!  )

"masuk gih," gue mempersilakan Echi masuk sementara gue bergegas cuci muka di kamar mandi.

"gue ganggu tidur lo ya Ri?"

"enggak kok nyantai aja lah kayak di pantai," suara gue menggema di dalam kamar mandi kecil itu.

"lo nggak lembur?" tanya Echi lagi begitu gue keluar dari kamar mandi dan menyeka wajah dengan handuk.

"staff mana dapet lembur sih? paling yg lembur orang-orang di jalur produksi aja." gue duduk bersandar di dinding, seberang tempat Echi duduk. gue nyalakan sebatang Marlboro sambil sedikit merapikan sisiran rambut.

"tumben amat pagi-pagi gini lo ke sini? perasaan baru semalem kita ketemu deh?" asap dari mulut gue mulai memenuhi seantero kamar.

"gue beliin lo sarapan. nih," Echi menyodorkan bungkusan plastik hitam yg sejak tadi dipegangnya.

"apaan tuh?"

"cuma nasi uduk kok. kebetulan lewat depan gang masih ada yg jual. sok dimakan, nanti basi dulu."

"wah lo tau aja gue laper," gue meraih bungkusan itu. "sory yah ngerepotin."

"enggak papa kok, enggak ngerepotin juga."

"yaa gue basa-basi aja biar lo nggak kapok beliin sarapan buat gue. yg sering aja ya?"

"yeeeey.....enak aja. tekor dong gue?! hehehe."

"kok belinya cuma satu? lo udah sarapan?"

"tadi gue belinya memang pas udah mau abis. itu juga cuma ada segitunya kok."

"lo udah sarapan belum?"

Echi menggeleng.

"ya udah kita barengan aja," gue mengambil dua buah sendok dari rak kecil di samping dispenser.

"entar lo nya kurang nggak?" Echi menerima sendok dari gue dengan ragu.

"udah nyantai aja, kalo kurang entar gue beli lagi di gang sebelah ada yg jualan." gue terpaksa mematikan rokok gue dulu di asbak.

"yakin nih?" tanya Echi lagi.

"yaelaah masih nanya aja nih anak. udah ayo makan," gue mulai melahap sendokan pertama. awalnya ragu tapi kemudian Echi melakukan hal yg sama.

dan akhirnya kami sarapan sepiring berdua. hanya butuh sepuluh menit untuk menghabiskan nasi di piring.

"thanks ya Chi," gue bersendawa kecil setelah minum.

gue duduk lagi di tempat gue tadi. menyulut kembali sebatang Marlboro sebagai "hidangan penutup" sarapan pagi itu. gue lirik jam dinding menunjukkan pukul sembilan lewat seperempat. berarti tadi gue tidur hanya sekitar tiga jam.

SEPASANG KAOS KAKI HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang