Part 7 - Mirror, Mirror.

4.4K 180 22
                                    

Aku gak tau lagi harus menulis apa. Otakku tumpah tindih antara mikirin kuliah, target, dan cerbung. :D jadi, maaf kalau setelah ini aku rada lama ngepost, yah.berhubung Ipku mulai waras, aku bisa wujudin ambisi sejak masuk kuliah di semester 5 nanti atau paling lama semester 6.  Sedangkan aku udah semester 4. Ngebut, kan? :D belum lagi prodiku ngasih tugas lapangan seabrek. Kalau aku ada waktu, insyaalIah lanjut kok. makasih yang udah nunggu selama ini..  love you, guys. :*

            “Kak, gimana dengan soal ini? gue gak mudeng nih daritadi.” Keluh Eva sambil menyodorkan tugas sekolahnya kearah Tian yang tertawa. Satu sekolah walau beda tingkat, membuat ia selalu lari kerumah Tian apabila ada tugas. Dan cowok itu tak pernah menolak. Malah menawarkan diri untuk membantu.

            “Sesca.. sesca..” Tian suka memanggil Eva dengan sebutan “Sesca” yang merupakan panggilan kesayangan yang hanya ia sendiri tau. menyukainya sejak Eva kelas 1 dan ia kelas 2 SMA, menjaga gadis itu diam – diam, membuat beberapa cowok yang ingin mendekat berpikir ribuan kali kalau tau Eva dalam penjagaannya. Segan. Tentu saja.

            Eva manyun kalau sudah Tian memanggilnya begitu. “Maklum, kak. Gue capek. Pelajaran bikin kepala gue gundul aja.” Eva mengurai kuncir dua rambutnya menjadi tergerai dan harum melati itu seketika menyentuh syaraf penciuman Tian. ia acak rambut ikal panjang itu dengan gemas, membuat Eva menjerit dan memukul bahunya. “Nakal!”

            Tian tersenyum sambil  mengelus rambut Eva dengan sayang. Yang dianggap gadis itu sebagai elusan seorang kakak mengingat mereka sama – sama anak tunggal. Eva mengambil bantal kecil disofa tamu dan meletakkan diatas meja lalu merebahkan kepala disitu hingga wajahnya tak terlihat lagi karna tertutup helaian rambut. “Gue istirahat dulu, kak. Capek.”

            “Tidur dikamar gue aja. Kalau disini kepala lo bisa pegal.”

            “Bentar aja, kak.”

            Tian mendengar bel rumahnya berbunyi. ‘pasti Edric,’ ucapnya dalam hati. Ia tau sepupu cupu’ dan introvert itu akan kesini karna ingin meminjam beberapa koleksi bukunya. “Gue keluar bentar, yah. Ada tamu. Mau kenalan?” bisiknya didepan wajah Eva yang tertutup rambut itu sambil menyingkirkan beberapa anak rambut yang menghalangi.

            “Palingan tukang listrik yang  nagih pembayaran rumah lo, kak. Gak usah.” Tolak Eva dengan suara mengantuk. membuat  Tian tertawa. “tidur dikamar gue, Sesca. Nanti sore kita sambung belajarnya. Gue gak mau leher lo patah.” Ucapnya sambil berdiri dan melihat Eva tak beranjak. “Evangeline Fransesca Wijaya yang paling gue sayangi, ayoooo...” teriaknya sambil melangkah kearah pintu dan membukanya. “Halo, Edric.”

            Eva berdiri dengan mulut manyun dan menatap pintu yang kini tertutup dan menatap tamu Tian. ngantuknya seketika hilang dan buru – buru memperbaiki rambutnya yang kesana – kemari seperti orang gila. cowok disamping Tian ini benar – benar membuat ia terpesona.

            Edric. Cowok yang kini menatapnya dengan bingkai kacamata super tebal namun memiliki tatapan hitam kelam tajam, wajah sangat tampan walau badannya kurus kering seperti kurang gizi hingga terlihat seperti bilah lidi ketika berdiri disamping Tian yang tegap dan berisi. Semua penampilan minus cowok didepannya itu tak membuat ia mengalihkan pandangan.

            Tian memperhatikan mereka berdua. Di antara sepupunya yang lain, hanya Edric yang rada aneh. Introvert parah, kemana – mana selalu membawa buku setebal kitab, jarang bersosialisasi dengan sepupu lain kalau bertemu. berbanding jungkir balik dengan saudara kembarnya, Fiorenca Mellody Hayman yang aktifnya mengalahkan anak kecil baru bisa merangkak dan cerewet mengalahkan burung Beo kalau sudah ada pertemuan.

All About Love. {Who Loves You, Who Loves Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang