Part 2

278 19 4
                                    

            “Cookie?”

Sepotong biskuit disodorkan di depan mulut Niall oleh bocah yang duduk di depannya, memeluk boneka jerapah dengan mulut penuh dengan remahan biskuit coklat. Sejenak Niall melirik Harry yang duduk di sisi bunk-nya yang terletak tepat berhadap-hadapan dengan bunk milik Niall. Niall menghela napas saat Harry hanya mengangkat bahu.

            “Want cookie?”

Sekali lagi bocah bermata hijau itu tersenyum dengan biskuit disodorkan tepat di depan mulut Niall, bedanya kali ini bocah itu berdiri di hadapannya, begitu dekat hingga Niall bisa mencium wangi bayi yang lembut. Meskipun bocah itu telah menganggu tidurnya dan merebut boneka jerapahnya, setidaknya dia masih berbaik hati untuk berbagi makanan.

            Niall membuka mulut, tersenyum dan merasakan sesuatu yang aneh di perutnya saat tangan si bocah terulur untuk memasukkan biskuit ke dalam mulutnya sebelum tertawa dan mengambil beberapa biskuit lagi dari dalam stoples yang tergeltak di atas kasur Niall, diberikan oleh Liam yang sekarang sedang berbicara dengan kru dan manajemen bersama Louis dan Zayn.

“Yummie?” Bocah itu menelengkan kepala, membuat mata hijaunya yang sedikit lebih cerah daripada mata Harry membiaskan cahaya lampu.

            “Yummie,” Niall mengangguk kemudian tepuk tangan dan tawa kecil memenuhi ruangan itu, memicu senyuman dari sudut bibir Niall dan Harry.

            “Hei, buddy,” Harry beranjak dari bunk-nya, dia membungkung di hadapan si bocah yang mengalihkan perhatian dari Niall padanya, memperhatikan dengan mata lebarnya penuh antusias.

            “Mine,” Si bocah, menarik biskuit di tangannya ke dada, memeluknya erat-erat seolah-olah takut Harry akan merebut makanan itu darinya.

            “Aku tahu,” Harry mengangguk, “Kau suka cookies?”

Si bocah mengangguk dan harry tersenyum, hatinya melumer melihat tingkah anak laki-laki itu.

            “Apa kau suka ice cream?” Tanya Harry selanjutnya dan mata si bocah langsung berbinar setelah kata ice cream terdengar.

            “Ice cweam wif spwingke?”

Niall terkikik tapi dia menahannya karena tidak mau merusak usaha Harry yang sedang mengajak si bocah untuk berbicara.

            “yeah, ice cream springkle,”

            “Many spwingke?”

Mata si bocah semakin berbinar dan sekali lagi Harry tersenyum.

            “Aku akan membuatkanmu ice cream dengan banyak springkle kalau kau mau memberitahu namamu,”

Here is it! Niall bersorak dalam hati, menunggu keberhasilan Harry untuk mendapatkan sedikit informasi dari si bocah yang mendadak muncul di bunk­-nya dan mengejutkan semua orang.

            “No talk stwanger,”

Si bocah menarik diri dan memeluk boneka jerapahnya di depan dada, menjadikannya tameng kalau-kalau Harry menyakitinya.  Harry menghela napas panjang, sejenak melirik Niall yang mengangkat bahu lalu tersenyum kala sebuah ide muncul di kepalanya.

            “Aku Harry,” harry memperkenalkan diri, “sekarang kau tahu namaku, jadi aku bukan orang asing,”

Niall memperhatikan si bocah, dia menegakkan posisi duduknya yang sejak tadi bersandar pada dinding. Meskipun sedikit ragu dengan cara harry namun Niall tahu benar bahwa Harry adalah orang yang cukup tahu banyak mengenai bayi, tidak heran Lux sangat menyukainya.

            “Achie no stwanger,”

Niall dan harry saling melihat, saling bertanya tanpa berbicara.

            “Achie?” Niall mengulang cara bicara si bocah laki-laki.

            “No! Achie no Achie!” Si bocah membentak, Niall menggerutu dalam hati, apa bedanya? Dan apa maksudnya.

            “Archie?” Giliran Harry yang berbicara dan si bocah yang ternyata bernama Archie langsung bertepuk tangan bahagia karena akhirnya.

            “So Archie, dimana ibumu?”

            “No Mommy,” Archie memasukkan ibu jari ke mulut kemudian menghisapnya,, “achie tired, sleep?” Dia beralih melihat Niall, berjalan pelan kemudan melingkarkan sebelah lengannya di leher Niall sebelum menyandarkan diri sepenuhnya di tubuh Niall, tertidur.

            Mulut Zayn, Liam dan Louis terbuka lebar saat mereka melihat pemandangan di hadapan mereka. Niall berbaring di atas sofa dengan si anak laki-laki kecil tertidur di atas dadanya, sebelah lengan melingkar di di leher Niall sementara lengan lain memeluk boneka jerapah

            “Niall, sebenarnya darimana dia datang?” Liam membuka mulut, dia duduk di sofa lain sementara Louis dan Zayn masih berdiri di depan pintu.

            “Dari hidungku,” Niall berbisik, sebenarnya dia ingin berteriak namun dia tidak tega untuk membangungkan Archie yang tertidur lelap di pelukannya.

            “Archie menempel seperti koala,” Harry muncul dari arah dapur dengan sandwich di tangan, dia duduk di samping Niall, di pinggiran sofa dan memberikan sandiwchnya pada satu-satunya orang disana yang berambut pirang.

            “Archie?” Akhirnya Louis mendapatkan kesadaran dan menghempaskan diri di samping Liam, disusul oleh Zayn.

            “Namanya Archie, dia menghabiskan semua biskuit lalu mengatakan bahwa dia lelah dan berakhir seperti itu,”

            “Sekarang apa yang harus kita lakukan padanya? Aku tidak mau dia terus menerus menempel seperti ini,” Sekali lagi Niall berbicara dengan berbisik. Liam, Zayn, louis dan Harry tersenyum mereka ingin tertawa tapi tidak mau menertawakan penderitaan sahabatnya juga tidak mau mengganggu tidur Archie.

            “Aku sudah mengatakan ini pada Paul dan dia akan menghubungi polisi, penderitaanmu akan berakhir mommy Niall,”

            “Mom,..” Niall ingin membalas ejekan itu namun sesuatu yang basah mengalihkan perhatiannya, sesuatu yang basah dan mengalir di dadanya, hangat dan bau. Sebelah alis Niall terpaut sebelum dia melotot dan menjerit “Dia mengencingiku!”

Little Archie (One Direction FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang