Epilog

8.1K 654 133
                                    

Epilog

Ia sudah berada di museum itu sejak pagi. Bahkan ia datang terlalu pagi hari itu dan mendapati Museum Fatahillah masih sepi. Ia masuk ke dalam museum dan mulai melihat berkeliling-keliling sampai ia lelah. Ia lalu duduk di sebuah bangku yang kosong dan menunggu seseorang yang hendak ditemuinya hari itu.

Siang itu ketika pengunjung cuup ramai, ia bisa melihat sosok yang ditunggunya itu masuk ke dalam museum bersama rombongan anak-anak sekolah berseragam SMA. Ia bisa melihat seseorang itu mencarinya di antara keramaian itu. Ia memilih diam dan menyaksikan ketika rombongan anak –anak SMA itu meninggalkannya di tengah-tengah ruang utama museum itu. Ia bisa melihat laki-laki yang akan ditemuinya itu dengan jelas, tetapi tempatnya duduk membuatnya susah ditemukan. Ia melihat laki-laki itu menoleh mencari-cari tanda-tanda keberadaannya. Ia tersenyum karena hal itu. Laki-laki itu terlihat sedikit kecewa, dan ia lalu berjalan menuju sebuah lukisan yang dibingkai dan digantung di dinding. Lukisan itu adalah sebuah gambar Peta Batavia tahun 1740.

Lagi-lagi ia tersenyum kepada dirinya sendiri. Ia merasa kasihan kepada laki-laki itu dan berjalan mendekatinya. Dalam diam ia berdiri di samping laki-laki itu, pura-pura ikut mengamati.

"Wat doe jij hier, mister? Bewonder de glorie van je voorounders? –Apa yang kau lakukan di sini? Mengagumi kejayaan nenek moyangmu? -" ujarnya kepada seorang laki-laki itu. Ia menoleh menatap laki-laki yang juga menoleh menatapnya. Ekspresi laki-laki itu berubah-ubah. Awalnya ia kaget, lalu terlihat bahagia, tetapi kemudian terlihat sebal.




Dari bandara ia hanya mampir sebentar untuk meletakkan koper dan perlengkapan kameranya. Dengan membawa kamera dan 2 lensa favoritnya, ia segera mencegat taksi di depan hotel untuk menuju kawasan Kota Tua. Ia ada janji bertemu dengan seseorang disana.

Sesampainya di kawasan Kota Tua, ia minta diturunkan di depan Museum Fatahillah. Ia buru-buru keluar dari taksi setelah membayar tarifnya. Ia membeli tiket dan buru-buru masuk ke dalam museum bersama dengan rombongan anak-anak berseragam SMA. Ia menoleh kakanan dan ke kiri, mencari orang yang ingin segera ia temui selama setahun belakangan ini. Ia berhenti di tengah-tengah dan membiarkan anak-anak SMA itu pergi. Ia berusaha mencari perempuan yang berjanji akan menemuinya di tempat itu hari itu juga. Ia lalu berpikir, mungkin perempuan itu belum datang. Ia akan menunggu di depan lukisan Peta Batavia tahun 1740 yang tergantung di dinding.

Sejenak ia mengamati lukisan itu. Pikirannya tak focus.

"Wat doe jij hier, mister? Bewonder de glorie van je voorounders? –Apa yang kau lakukan di sini? Mengagumi kejayaan nenek moyangmu? -" suara seorang perempuan membangunkannya dari lamunannya. Ia kenal pemilik suara itu.

Ia menoleh dan mendapati perempuan yang ditunggunya sudah ada di sampingnya. Awalnya ia kaget, lalu merasa senang akhirnya bisa bertemu dengan perempuan itu. Lalu ia jadi sebal karena membuatnya mengira perempuan itu tak datang.

"Nee, ik wacht op een vriend. –Tidak, aku sedang menunggu seorang teman. –" jawabnya kepada perempuan yang menyapamu itu. Ia lalu tak kuat menahan senyum yang terkembang di bibirnya.


[  E.N.D ]

MELINTAS MASA [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang