epilog

110K 2.9K 236
                                    

akhirnya setelah readers menunggu cukup lama, author persembahkan *jengjengjeng* akhir dari kisah yang panjang ini hehehehe.

makasih atas semua dukungannya selama ini, maaf karya ini gak sebagus karya author lain. makasih udah pada nyempetin baca :') I really try my best to write this story. berusaha ngelepas gaya tulisan seenaknya jadi lebih kaku dan (inginnya saya sih) enak dibaca. but it's sure hard yaaa. susah banget buat nulis ini, selalu aja ada godaan karena alur dan tokoh yang kurang kuat jadi bikin bingung buat nulis apa.

buat yang tanya kapan bikin karya baru hmmmm kapan ya? tadinya sih mau buat cerita Agung tapi saya sendiri paksa masukin beberapa hal yg saya pikiran tentang cerita si Agung ke sini karena gak punya ide mau ngapain lagi si Agung sama Vira ini. ada yang punya ide? mending tulis sendiri aja ya ceritanya sayang kalau idenya malah dikasih ke orang lain, siapa tau kalau kamu yang nulis justru jadi lebih baik ;)

karya ini adalah karya yang -asli- dibuat oleh saya sendiri. tapi gak ngerti kenapa banyak yang baca, padahal saya lebih suka tulisan saya yang satu lagi *jadi promosi* mungkin karena yg ini ada kata 'wedding' di judulnya kali ya haha. soalnya yg temanya wedding perasaan banyak yg bacanya deh *menurut riset asal a la saya* hehe

well, terima kasih juga buat yang udah follow account ini. pokoknya udah paling terharu berat, apalagi sama readers yg suka ngevote+ngomment, juga buat readers yg nyemangatin supaya cepet update tapi sayanya malah gak update-update *sigh. maaf atas semua kesalahan yang sudah saya perbuat :)

nah akhir kata, selamat membaca, semoga suka sama part terakhir ini daaaaan sekali lagi thank you very much

***

“Adnan, gak cium tangan Baba dulu sebelum pergi?” tanya Radina.

“Baba gak ikut?” Adnan balik bertanya.

“Nggak,” jawab Radina.

Adnan mencium tangan ayahnya lalu melambaikan tangan kecilnya dari gendongan Madina.

“Hati-hati yaaaa,” kata Radina.

“Dadah, Baba, dadaaaah!” seru Adnan dengan semangat.

Radina membalas lambaian tangan anaknya kemudian menutup pagar rumahnya. Ia memang tidak bisa ikut pergi dengan keluarganya karena pekerjaannya belum selesai meski kemarin sudah lembur.

Biar saja toh ia tidak bermain dengan Adnan hari ini karena nanti malam mereka akan bertemu lagi dan keesokan harinya bisa menghabiskan waktu berdua. Radina kembali ke kamarnya untuk melanjutkan pekerjaannya.

Cukup lama Radina bekerja sampai-sampai ia baru ingat kalau ia belum makan dan perutnya protes minta diisi. Radina menelepon delivery pizza. Setelah memesan pizza kesukaannya, Radina kembali mengerjakan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.

“Ting tong!” bel rumah Radina berbunyi.

Radina buru-buru menyambar dompetnya kemudian berlari menuju pagar rumahnya.

“Tumben cepet banget, Mas, lagi gak ra.. me... ya?”

Suara Radina melambat seperti kaset butut. Entah kenapa khayalannya ini terlalu nyata.

“Iya, Mas, lagi gak rame,” jawab si petugas delivery yang ada di depan gerbang rumah Radina.

Radina menerima kotak pizza dari petugas delivery tersebut dan membayar pesanannya. Begitu si petugas delivery menerima uang dari Radina, petugas itu pergi meninggalkan Radina yang merasa dirinya ada di dunia khayal.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang