The Mansion 2

10.5K 903 95
                                    

Setiap kali dirinya teringat pada Inara, ada dua rasa dominan yang melingkupi jiwa raganya. Bagi Ferrin, Inara berada ditengah-tengah definisi pribadinya tentang kenikmatan dunia—apa yang paling dia inginkan—dan kemarahan tak termaafkan—yang sangat ingin dia hindari.

Setiap pagi, bahkan pada hari menegangkan seperti hari ketika Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Jambi berlangsung, atau bahkan hari pelantikan Walikota, dia terbangun dengan gairah tak tertahankan akan tubuh gadis itu, dan setiap hari pula dia mesti menahan diri untuk tidak bertingkah bodoh dengan melakukan hal-hal tercela hanya untuk mencapai pelampiasan rasa frustasi seksualnya yang lama tertunda.

Biar bagaimanapun Inara terlarang untuknya. Juga gadis itu teramat sangat membenci Ferrin untuk dua kesalahan yang pernah pemuda itu lakukan di masa lalu. Sudah menjadi semacam kewajiban bagi Ferrin untuk menghindar terhadap masalah yang berhubungan dengan Inara. Tapi malam ini keinginan untuk menghindar hilang entah ke mana.

Hari sudah menjelang malam ketika Ferrin memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah pribadi, bukan rumah dinas Walikota yang—menurutnya—tidak pernah terasa nyaman untuk ditinggali. Ferrinberkendara sendiri tanpa kawalan atau iringan ajudan yang selalu siap sedia mendampingi.

Setiap kali menghadapi masalah yangmenguras pikiran, Ferrin memang cenderung menarik diri menjauh dari kehadiran orang lain.

Sambil berkendara santai Ferrin terus memikirkan kecurigaan jika sepupunyalah yang menggerakkan masa untuk menentang keputusannya.  Hal itu tentu bukan tanpa sebab, mengingat seumur hidup mereka seakan dibentuk untuk menjadi musuh alami.

Anjing dan kucing atau, terang dan gelap. Begitulah setidaknya hubungan dangkal yang terjadi dengan atau tanpa sepengetahuan orang lain.

Mereka berdua tidak pernah akur dalam hal apapun. Padahal masih punya hubungan darah yang lumayan dekat mengingat Kakek Ferrin dari pihak Ibu adalah adik dari Kakek Nara dari pihak Ayahnya, jadi hitung-hitung memang masih bersepupu jauh.

Tapi tidak diragukan jika Inara akan sangat senang jika berhasil membuat kepala Ferrin meledak oleh amarah selama satu atau dua detik.

Ferrin tidak begitu ingat sejak kapan hubungannya dengan Nara jadi seperti anjing dan kucing. Tapi mereka memang selalu perang urat syaraf setiap kali bertemu.

Sejak Sekolah Dasar keduanya selalu berlomba memperebutkan predikat terbaik antara satu dengan yang lain. Semakin bertambahnya usia semakin buruk juga persaingan itu. Mereka selalu kejar-kejaran memperebutkan juara umum sekolah, memperebutkan posisi sebagai Ketua Osis saat SMP, berebut jadi wakil sekolah dalam kompetisi pelajar paling berprestasi se-Provinsi saat SMU, memperebutkan beasiswa kuliah di Jerman, dan masih banyak perang terbuka antara Ferrin dan sepupunya.

            Buruknya itu bukanlah permusuhan yang pertama terjadi dalam sejarah keturunan keluarga Noordin besar, Kakek Nara. Dengan keluarga Noordin kecil, Kakek Ferrin. Bahkan dulu kedua Kakek mereka pun sudah terlibat dalam persaingan tidak sehat.

Saat Noordin kecil jadi Walikota, Noordin besar mati-matian berusaha menjadi Ketua DPRD Kota. Dan itu terus berlanjut sampai ke generasi ayah dan ibu keduanya yang sibuk berebut posisi untuk menjadi pengusaha properti nomor satu di Jambi, kota asal keluarga mereka. Jadi mungkin permusuhan keduanya sama abadinya dengan gen yang diwarisi dari Kakek, Ayah atau Ibu lalu pada cucu-cucu mereka.

Mengingat seluruh hubungan tidak baik itu, wajar jika akhirnya Ferrin berasumsi para demonstran itu adalah masa yang digerakkan oleh sepupunya sendiri.

            Ferrin menghentikan lamunan saat bunyi perut menyelakan protes keras akibat terabaikan oleh kesibukan si empu badan. Tak perlu waktu lama bagi pemuda itu untuk menemukan tempat makan favoritnya.

The Mansion(Rumah Warisan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang