03.6 | Cata Kantaka

2.9K 212 28
                                    

03.6
Cata Kantaka



Wonosari. Gunungkidul
Sekitar bulan Juni 2008
Ujian kenaikan kelas


Kalau ia pikir-pikir lagi, Tama baru menyadari sesuatu. Ia tak tahu apapun mengenai Surya. Ia hanya kenal Surya yang berbagi kelas agama hindu berdua saja dengannnya. Ia hanya kenal Surya yang begitu ramah dan baik hati kepada teman-teman di kelasnya, hingga Surya menjadi idola dan popular di antara teman-teman perempuan di kelasnya. Ia juga hanya kenal Surya yang suka basket. Selain itu, Tama tidak tahu apa-apa mengenai Surya.

Suatu siang setelah ujian akhir kenaikan kelas di hari pertama selesai, Tama tak sengaja melihat sosok Surya yang sedang bermain basket di lapangan upacara sekolah bersama dengan beberapa orang anak tim basket SMA 1. Beberapa orang yang ikut bermain basket bersamanya adalah adik kelas mereka. Tama terhenti sejenak di sudut bangunan sekolah tempat ia dapat menyaksikan permainan Surya yang bergitu lincah. Seragam Surya telah dilepas dan tinggal kaos putih yang biasanya ia kenakan di bawah seragamnya. Beberapa kali Surya mencetak angka sambil tertawa-tawa. Ia terlihat begitu bahagia.

Tama termenung sembari mengingat-ingat cara bermain Surya ketika mereka bermain 3 on 3 yang sekarang sudah jarang sekali mereka lakukan. Kegiatan belajar persiapan ujian kenakan kelas membuat mereka menghentikan aktivitas mereka itu. Tama ingat bahwa permainan Surya tak pernah seagresif itu ketika bermain bersama teman-temannya. Ia juga selalu merasa bahwa Surya tak pernah bermain secara maksimal ketika di lapangan. Tapi mengapa ya?

Lamunan Tama itu terhenti ketika ia mendengar suara bola basket yang terpantul mendekatinya. Anak-anak yang bermain basket di lapangan menoleh ke arahnya. Termasuk Surya yang tiba-tiba sedikit terpana mendapati Tama menangkap bola yang terlempar ke luar lapangan. Tama agak sedikit tergagap menangkap bola basket itu. Pandangannya bertemu dengan Surya. Ia melihat Surya melambai ke arahnya. Tama tersenyum kecil lalu melempar bola itu ke arah Surya. Surya menangkap bola itu dan melambai lagi kepada Tama sebagai ucapan terimakasih. Tama hanya mendengus kecil melihat Surya kembali berbalik menuju teman-temannya.

Tetapi, entah apa yang Surya lakukan, yang pasti, ia mendekati temannya lalu mengoper bola itu dan berbalik menuju bawah ring basket untuk mengambil seragam dan tasnya. Tama agak termenung karenanya. Ia melihat Surya yang kini tengah berjalan menuju ke arahnya.

"Hei." Ujar Surya menyapa Tama sembari menyisir rambutnya yang sedikit panjang di bagian poni itu ke arah belakang. Beberapa bintik peluh merembes di pelipisnya.

"Oh, hai." Kata Tama. "Eum, kok main basketnya berhenti?" kata Tama sambil menunjuk ke arah lapangan. Teman-teman Surya itu terus melanjutkan permainan mereka. Surya mengikuti pandangan Tama ke arah lapangan.

"Oh,em, pengen pulang aja." Kata Surya tertawa seadanya.

Tama tersenyum geli mendapati jawaban Surya itu. Surya berhenti tertawa dan menyisakan senyum di ujung bibirnya. Tama menatap senyum itu. Ia baru sadar sesuatu lagi, sepertinya, ia tak pernah memperhatikan wajah Surya selama ini. Ia tak pernah tahu kalau Surya bisa tersenyum seperti saat ini. Memangnya, ia biasa tersenyum seperti ini?

"Kamu udah mau pulang?" tanya Surya kepada Tama.

"Yap." Kata Tama mengangguk.

Lalu tanpa bertanya, keduanya sepakat untuk berjalan bersama menuju parkiran belakang.

"Tumben baru balik. Kan ujian udah selesai berjam-jam lalu?" tanya Surya membuka obrolan.

"Tadi belajar ke perpus bentar sama Lintang dan Kikan." Jawab Tama sambil mengingat-ingat lagi. Lintang dan Kikan pada akhirnya memutuskan untuk pulang karena harus berangkat les di tempat yang berbeda. Tama selalu berpikir kalau ada ya, murid yang benar-benar kuat untuk sekolah, sore les hingga malam, dan masih harus mengerjakan tugas setelahnya. Setiap hari, setiap minggu.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang